YOGYAKARTAAlkid. Demikian anak-anak muda di Kota Yogyakarta menyebut nama alun-alun kidul (alun-alun yang terletak di sebelah selatan). Alkid terletak di kompleks Keraton Yogyakarta Hadiningrat.

Kawasan yang terletak di sebelah barat Tamansari ini setiap malam selalu ramai dikunjungi orang. Apalagi jika malam Minggu tiba, sejak pukul 19.00, alun-alun kidul ini sudah dipenuhi oleh anak-anak muda untuk ngeceng atau malah berasyik masyuk dengan sang pacar sembari lesehan dan menikmati hangatnya wedang ronde, roti, jagung bakar, dan pisang bakar.
Alkid memang punya daya tarik tersendiri. Di kawasan ini terdapat dua pohon beringin yang jarak antara satu beringin dengan lainnya sekitar 7 meter. Dua pohon beringin terletak berada di tengah persis. Karena pohon ringin dipagari, kemudian disebut sebagai ringin kurung. Ringin kurung adalah satu tanda kultural yang dikenal oleh publik.
Alkid dulunya sebagai tempat latihan baris berbaris bagi prajurit keraton, sehari sebelum upacara grebeg. Tempat itu juga sebagai ajang sowan abdi dalem wedana prajurit berserta anak buahnya, di malam bulan Puasa tanggal 23, 25, 27 dan 29. Namun sejak Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) VIII bertahta, pisowanan ini dihentikan.
Tak hanya itu, di zaman Sri Sultan HB VII, tiap Senin dan Kamis digelar lomba panahan dari jam 10.00-13.00. Target bidik berada di utara ringin kurung. Pernah pula Alkid juga dipakai untuk adu harimau lawan kerbau.
Seiring dengan perkembangan zaman, dan entah kapan mulainya, muncul sebuah kepercayaan, barang siapa bisa berjalan dengan mata tertutup dan berhasil melewati jalan di tengah di antara dua ringin kurung itu, akan mendapat berkah. Prosesi ini dinamai Masangin, yang berarti masuk antara pohon beringin.
Meski jalannya sangat lebar, namun hanya segelintir orang yang berhasil melewati lorong selebar tujuh meter itu dengan mata ditutup. Selebihnya, nyasar tak karu-karuan. Leo Kristi, penyanyi asal Surabaya yang sering membawakan lagu-lagu Balada, juga pernah mencoba. Dia gagal, meski dilakukan di siang hari.
Bagi yang tak ingin berjalan cukup jauh, juga bisa melakukan Masangin dengan cara berjalan dari ringin kurung yang satu ke ringin kurung yang satunya lagi. Tentu dengan mata tertutup pula. Dalam prosesi yang satu ini, kedua tangan yang menjulur ke muka harus bisa masuk dalam lubang tembok yang menjadi pagar pohon beringin ini. Namun tak jarang pula orang yang melakukan prosesi ini tak hanya memasukkan tangannya, tapi juga kepalanya.
Konon, menurut yang percaya, hanya pengunjung yang berhati bersih yang bisa menembusnya. Untuk melakukan prosesi Masangin ini, para pengunjung bisa menyewa sebuah tutup mata seharga Rp 2.000. “Jika berhasil, maka orang itu akan tercapai apa yang diminta,” ujar Andri, salah satu guide yang nongkrong di Alkid.
Andri juga mengingatkan, dalam melakukan itu tidak boleh dibimbing oleh siapapun. Artinya, setelah orang itu ditutup matanya dengan seikat kain, maka orang itu harus dibiarkan berjalan sendiri. “Ya kalau didampingi dan pendampingnya memberikan petunjuk, ya sama saja bohong,” tuturnya.

Tempat Nongkrong
Banyak orang yang mencoba melakukan Masangin ini. Tak kurang dari 50 orang setiap malamnya mencoba ber-Masangin. Tak hanya sebatas warga Yogya, tapi juga wisatawan domestik yang kebetulan datang ke Yogyakarta. Sujono, warga Lampung, misalnya. Ayah dari tiga anak ini tengah mengunjungi anaknya yang kuliah di Yogyakarta, dan merasa penasaran untuk mencoba ber-Masangin. “Saya memang nggak percaya tentang tahayul itu. Tapi saya ingin mencoba, masak jalan selebar itu orang tak bisa melewatinya,” ungkap Sujono.
Pada Kamis (4/8) malam lalu, Sujono mencoba Masangin. Ia mencoba dua kali. Yang pertama, ia hanya sampai di pertengahan. Yang kedua, dia berhasil melewati dua buah ringin kurung itu, meski dibimbing pendamping. “Saya berhasil. Saya melakukan ini lebih karena untuk refreshing bersama keluarga saja,” tuturnya sembari tertawa.
Rekreasi, refresing. Itulah alasan yang sering dilontarkan oleh orang-orang yang melakukan Masangin. Sebagaimana yang dilakukan Sujono, hal ini juga dilakukan oleh keluarga Sonia. “Hitung-htung refreshing setelah penat bekerja. Ya syukur-syukur bisa ngalap berkah, apalagi ini malam Jumat,” tutur Ibu Sonia yang didampingi oleh suami serta kedua anaknya itu.
Alkid memang menjadi fenomena tersendiri di pusat Kota Yogyakarta. Setiap malam, kawasan ini sangat ramai dikunjungi orang. Karenanya, jika Anda datang ke Yogyakarta dan kebetulan tertarik untuk mencoba Masangin tak ada salahnya berkunjung ke Alkid. Siapa tahu Anda bisa ngalap berkah atau hanya sekadar nongkrong, nyari pacar sembari menikmati makanan dan minuman yang dijual di sekeliling Alkid.
Hanya saja, siapkan banyak uang receh, mengingat banyaknya pengamen yang datang-pergi. “Saya sampai kasihan pada pengunjung, karena selalu merogoh kantong untuk memberi pengamen,” ungkap ibu penjual minuman ronde dan pisang bakar. (*)

Sumber: Sinar Harapan