Bukit menuju air terjun.

Bukit menuju air terjun.

Pada 17 Juli 2006, tepat pukul 15.19 WIB, bagian selatan Jawa dilanda gempa sebanyak tiga kali, berkekuatan tertinggi 7,1 Mw atau 7,2 Mb (berdasarkan United States Geological Survey) atau 6,8 skala richter (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika) dengan kedalaman delapan kilometer. Gempa tersebut berpusat di 9.295 (Lintang Selatan) – 107.347 Bujur Timur, tepatnya di Samudera Hindia, sekitar 620 kilometer selatan Kota Bandung.

Sekitar 45 menit kemudian, pada pukul 15.39.45 WIB, pantai selatan Jawa “diamuk” Tsunami dengan ketinggian bervariasi, yakni satu hingga 3,5 meter, dengan rambahan 75 hingga 500 meter. Dari rekaman data lapangan di sepanjang wilayah bencana menunjukkan, Pantai Pangandaran, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat merupakan daerah terlanda Tsunami paling berat.

Pantai Timur Pangandaran.

Pantai Timur Pangandaran.

Ratusan orang tewas dan ratusan lainnya luka-luka. Dan seketika, aset wisata masyarakat Jawa Barat ini pun lumpuh. Nyaris tak ada lagi harapan untuk bangkit pascabencana tersebut. Padahal, sebelum terkena bencana, objek wisata yang terdapat di Pangandaran menawarkan ketenangan dan suasana alam yang memesona, yang dibalut dengan beragam kesenian asli daerah yang unik.

Mengingat besarnya potensi wisata yang terdapat di dalamnya, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia (Depbudpar RI) bekerja sama dengan Organisasi Pariwisata Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa atau United Nation World Tourism Organization (UN-WTO) bekerja keras guna memulihkan citra pariwisata Pangandaran, melalui program Destination Management Organization (DMO). Ya, geliat Wisata Pangandaran bakal terjadi lagi.

Pantai Pangandaran, dengan hamparan pasir putih, yang dilengkapi dengan taman laut nan indah, kini mulai menggeliat kembali. Keanekaragaman tempat wisata yang terdapat di sekitar pantai menjadi keistimewaan tersendiri. Bahkan, terumbu karang dan wisata biota laut mulai diakomodasi, sehingga pengunjung dapat menikmatinya.

Wisata alam yang ada di sekitar pantai barat ataupun timur Pangandaran, hanya dengan Rp 20.000 per orang, dapat dinikmati dengan menggunakan kapal boat, sambil melihat keindahan gua-gua karang yang terdapat di tengah laut. Bagi yang tidak ingin menikmati terbit dan terbenamnya matahari, terdapat tempat-tempat khusus, tanpa perlu berpindah-pindah tempat.

Dengan kata lain, sunset dan sunrise dapat dinikmati dari satu tempat yang sama. Pada saat itu pula, menikmati pasang dan surut air laut yang berjarak relatif lama, menjadi “bonus” bagi para tamu objek wisata Pangandaran. Bahkan, bagi yang gemar berenang, Pantai Pangandaran tidak segan untuk memberikan kenyamanan dan keamanan. Namun, tim penyelamat wisata pantai tetap tersedia.

“Hajat Laut”

Fasilitas Flying Fox.

Fasilitas Flying Fox.

Dengan adanya faktor-faktor penunjang di atas, maka wisatawan yang datang dapat melakukan kegiatan lainnya, seperti memancing, parasailing, surfing, dan jet ski. Ditambah, pada tiap-tiap bulan Muharam, dapat disaksikan acara tradisional Hajat Laut, yang merupakan upacara para nelayan di Pangandaran sebagai perwujudan rasa terima kasih mereka terhadap kemurahan Tuhan YME. Mereka melarung sesajen ke laut lepas, biasanya dilaksanakan di Pantai Timur Pangandaran.

Jalan lingkungan yang beraspal mulus, dengan penerangan jalan yang memadai, serta sarana dan prasarana lainnya, siap digunakan untuk mempermudah pengunjung keliling pantai, bahkan sampai masuk ke desa-desa, hanya dengan biaya Rp 50.000 sekali jalan, dengan menggunakan becak. Jika ingin sedikit berkeringat, tersedia sepeda dengan biaya sewa Rp 5.000 per hari. Nah, bagi yang gemar naik sepeda motor, diperlukan kocek yang lebih banyak. Sebab, untuk sewa motor per jam dikenakan biaya sewa Rp 30.000.

Para wisatawan dapat menyaksikan langsung kegiatan, yang juga merupakan mata pencaharian penduduk setempat, seperti pembuatan tempe, pembuatan gula merah, dan pembuatan kerupuk. Bagi yang ingin membeli, dilayani langsung, tentunya dengan harga yang sangat murah. Sebagai contoh, gula merah asli dihargai Rp 2.000 per biji.

Pembuatan gula merah.

Pembuatan gula merah.

Tak jauh dari pantai, terdapat Cagar Alam Pananjung, yang menawarkan kemolekan flora dan fauna. Sambil menyusuri area hutan “mini” nan rindang, tempat ini tidak ingin mengecewakan penikmatnya dengan wisata gua alam, yakni Goa Jepang dan Goa Lanang. Tak perlu menghitung jumlah uang, sebab pengunjung hanya dimintai biaya secara sukarela untuk masuk ke dua gua tersebut.

Akan tetapi, dibutuhkan sedikit perjuangan untuk dapat menikmati gua-gua tersebut, terutama untuk mencapai Goa Lanang. Tanjakan berbentuk tangga, mengharuskan pengunjung untuk sedikit berkeringat, sebelum dimanjakan dengan keasrian gua yang penuh dengan stalagtit dan stalagmit. Sesampainya di dalam, pasukan kelelawar akan menyambut dengan ramah, hingga kemudian sinar matahari akan menyoroti dari se-la-sela gua, seolah memberi berkah, melengkapi takjub usai menilik keindahan Goa Lanang.

Sementara bagi yang gemar berekspedisi menyusuri sungai, Green Canyon atau nama aslinya adalah Cukang Taneuh, dijamin akan mene-duhkan bola mata, usai melakukan perjalanan darat yang lumayan jauh. Terletak di Desa Kertayasa, Kecamatan Cijulang, lebih kurang 31 kilometer dari Pangandaran, objek wisata ini terletak di ujung aliran Sungai Cijulang, yang menembus gua dengan stalaktit dan stalakmit yang memesona, serta diapit oleh dua bukit dengan bebatuan dan rimbunnya pepohonan. Sajian atraksi alam yang khas dan menantang adalah penawaran yang pantas dari objek wisata ini.

Tangga menuju Goa Lanang

Tangga menuju Goa Lanang

Bila telah sampai di ujung atau setiba di mulut gua, terdapat air terjun Palatar, yang memberikan nuansa nan sejuk. Kegiatan yang dapat dilakukan di tempat ini, antara lain panjat tebing, berenang, dan bersampan sambil memancing. Yang menjadi kelebihan tambahan, untuk mencapai lokasi ini, wisatawan dapat menggunakan perahu yang cukup banyak tersedia di Dermaga Ciseureuh.

Dengan tiket masuk seharga Rp 75.000 per orang, baik perahu tempel maupun perahu kayuh yang banyak tersedia di dermaga, akan mengantar wisatawan sampai tujuan dan balik lagi ke dermaga. Sekadar untuk catatan, objek wisata ini berdekatan dengan objek wisata Batukaras serta Lapangan Terbang Nusawiru. Bila belum puas usai dari Green Canyon, fasilitas Flying Fox sudah menanti untuk memicu adrenalin. Cukup dengan Rp 15.000, pengunjung yang bernyali besar akan terbang di atas tali, melewati Sungai Cijulang, dan bila sudah sampai, akan diseberangkan ke tempat semula dengan kapal.

“Wisatawan lokal yang berkunjung ke tempat ini setiap tahunnya sebanyak 1,5 juta orang. Sedangkan, wisa-tawan mancanegara tercatat 15.000 orang, yang kebanyakan berasal dari Belanda, Jerman, Australia, Prancis, dan Swedia. Kombinasi kekayaan alam dan budaya merupakan wujud konkret dalam usaha mengangkat sektor pariwisata di Pangandaran sekarang ini,” kata Sekretaris Jenderal (Sekjen) Depbudpar Wardiyatmo. [Sigit Widya]

Sumber: Suara Pembaruan