Kemilau Batu Kecubung

Serunya mencucuk kue di perahu kelotok di atas aliran Sungai Kuin di Kota Banjarmasin Kalimantan Selatan (Kalsel), bukan menjadi klimaks penulis dalam merunut nostalgia di kota ini.

SP/N Nuke Ernawat i- Masjid Raya Al Karomah Kota Martapura.

SP/N Nuke Ernawat i- Masjid Raya Al Karomah Kota Martapura.

flickr.com - Batu kecubung ungu.

Setelah 25 tahun, pastinya semua berubah. Dulu, sembari berjalan kaki sepulang sekolah di SD Rajawali yang terletak di Jalan Jenderal Sudirman, menuju rumah yang berjarak sekitar 200 meter, penulis berjalan di trotoar tepi Sungai Martapura yang memang mengalir di tengah kota. Perjalanan pulang sekolah itu, melewati Masjid Raya Sabilal Muhtadin. Nah, tepat di depan masjid, di tepi Sungai Martapura waktu itu, selalu ada beberapa perahu kelotok yang merapat dan berjualan aneka buah-buahan. Bila musim buah rambutan tiba, aneka jenis rambutan yang hanya ada di Kalsel, seperti cikotok dan garuda, biasanya menggunung di atas perahu kelotok pedagang. Belum lagi jeruk madang yang tak kenal musim dan selalu ada, selalu setiap saat dijajakan di tepi Sungai Martapura, depan Masjid Raya. Sembari pulang sekolah, penulis biasanya sekalian ‘dititipi’ ibu untuk membeli buah-buahan itu. Sekarang, perahu-perahu kelotok penjaja buah itu, hanya bisa ditemui pagi-pagi di Pasar Terapung. Semua memang sudah berubah. Pun lokasi SD yang sekarang sudah menjadi gedung Bank Mandiri dan rumah masa kecil juga telah menjadi sebuah hotel. Namun, yang paling menyedihkan, adalah keadaan bangunan Masjid Raya Sabilal Muhtadin yang demikian kusam dengan rumput-rumput liar yang meninggi. Padahal, dulu, masjid itu menjadi kebanggaan warga Kota Banjarmasin. Rumput di halamannya begitu tertata, bahkan menjadi lokasi pelajaran olahraga tempat penulis bersekolah.

Lantas, masjid mana yang sekarang menjadi kebanggaan warga kota? Ternyata, Masjid Raya Al Karomah yang terletak di Kota Martapura. Kota Martapura berjarak sekitar 60 km dengan waktu tempuh sekitar satu jam dari Kota Banjarmasin. Kota Martapura acap kali menjadi destinasi warga dan juga wisatawan.

Hal ini disebabkan di kota itu, terdapat Pasar Batu Mulia. Bumi Kalsel memang terkenal dengan pendulangan batu-batuan mulia, seperti intan, permata, dan aneka jenis batu kecubung. Menyebut batu kecubung, orang pasti akan mereferensikan Kota Martapura dan Banjarmasin. Di Kota Banjarmasin, memang terdapat penjual batu kecubung. Akan tetapi, tentunya dengan variasi yang terbatas dan harga yang juga tidak terlalu bervariasi. Sebab, pusatnya memang di Kota Martapura. Nah, jika Anda penggemar batu-batuan dan biasa memadupadan aneka batu untuk perhiasan, Anda harus ke sana.

Di Pasar Batu Mulia itu, Anda akan menemui aneka batu dari yang berharga per keping kecilnya Rp 5.000, Rp 30.000, hingga ratusan ribu. Selain aneka batu mulia, Anda juga bisa berbelanja perhiasan emas, dari emas kuning hingga emas putih. Akan tetapi, dalam berbelanja bermacam-macam perhiasan itu, pastikan bahwa Anda jago menawar. Sebab, dengan sikap yang baik dan cara menawar yang cantik, tidak mustahil apabila Anda akan mendapatkan aneka batu mulia dan perhiasan, dengan harga yang cukup ramah. Inilah pentingnya bersikap menyenangkan!

Kota Martapura, sedari dulu memang menjadi tujuan para pencari batu-batuan dan perhiasan. Lokasinya yang dekat dengan Bandara Sam- sudin Noor yang terletak di Kota Banjarbaru, menjadi satu kelebihan. Tak jarang, selepas berbelanja di Pasar Batu Mulia tersebut, pembeli langsung bertolak menuju ke bandara.

Penjual aneka batu-batuan mulia di Pasar Batu Mulia, Kota Martapura.

smilingkitchen.com – Klepon.

Pasar Wadai

Ada yang menarik dari Pasar Batu Mulia di Kota Martapura itu. Di antara bagian pasar yang khusus menjual aneka batuan dan pasar yang menjual aneka perhiasan emas, tepat di antaranya terdapat Pasar Wadai. Wadai, dalam bahasa Banjar (Banjarmasin, Red) yang berarti adalah jajanan. Apa saja jajanan yang dijual di Pasar Wadai Martapura tersebut?

Anda pasti akan terkejut bila tahu, bahwa wadai utama di pasar itu adalah kue klepon. Benar, ini yang dimaksud adalah kue klepon yang terbuat dari tepung beras ketan, diberi bubuk daun suji sehingga berwarna hijau dan diisi gula merah, untuk kemudian direbus dan disajikan dengan parutan kelapa muda. Anda pasti juga akan mengerutkan kening, karena begitu memasuki Kota Martapura, maka beberapa penjual klepon menawarkan secara agresif di jalan raya, dengan aneka merek klepon di kardus pembungkus. Sebut saja, ada Klepon Ibu Noor, Klepon Ibu Aisyah, dan sebagainya. Pasti bikin penasaran, seperti apa sih istimewanya klepon Kota Martapura ini?

Klepon-klepon itu memang tidak biasa. Bulatan-bulatan tepung beras ketan itu dibuat sebegitu kecil dan ketika terkena gigi taring kita, ledakan gula merah cair yang manis, akan menyemprot memenuhi seluruh rongga mulut. “Tidak gampang loh membuat kue klepon yang kue tepung beras ketannya tipis dan gula merahnya itu nyemprot cair ketika tergigit,” kata Bara Pattiradjwane kepada SP beberapa waktu lalu, dalam sebuah perbincangan tentang kue-kue tradisional Indonesia.

Jadi, jangan ragu untuk mencoba klepon khas Kota Martapura ini. Tak usah pedulikan dengan merek kue, semuanya enak kok. Dijamin!

Lantas, kue-kue apa lagi yang bisa ditemui di Pasar Wadai tersebut? Kue-kue itu, antara lain tentunya untuk-untuk, cucur, talam, bika, bolu, dan apam. Apam khas kota ini juga cukup unik. Berbentuk bundar pipih terbuat dari tepung beras, dan tersaji dengan dua rasa pilihan, yakni apam cokelat yang berasa manis gula merah dan apam putih yang menggunakan manis dari gula pasir. Semuanya enak.

Selain kue-kue itu, Pasar Wadai juga menyediakan ikan asin sepat yang bentuknya kecil-kecil dan ikan saluang goreng. Ikan saluang goreng ini, biasa dijadikan oleh-oleh karena rasanya yang khas, yakni gurih garing. Ikan saluang goreng tersebut, juga banyak dijajakan di Bandara Samsudin Noor.

Lantas, bagaimana bila ingin bersantap siang di Kota Martapura? Ada berbagai restoran yang menyediakan menu khas Banjar. Namun, biasanya yang banyak disediakan adalah soto banjar. Di Kota Banjarmasin, soto banjar juga banyak dijumpai. Sajian soto banjar ini adalah kuah kuning bumbu soto ayam tanpa santan, dengan rasa jintan yang kentara, yang menggenangi sohun, taoge, dan suwiran ayam. Soto banjar ini, disajikan dengan telur rebus dan emping goreng.

Selain soto banjar, pilihan menu bersantap lainnya adalah aneka ikan bakar. Ikan bakar ini tentunya adalah aneka ikan air tawar atau sungai. Banyak yang bisa dinikmati dari ikan air tawar ini, yakni sepat, patin, dan pastinya, haruan. Anda juga bisa mencoba rasa udang air tawar, yang tak kalah nikmat dengan udang yang hidup di air laut.

Ada yang unik di sepanjang perjalanan dari Kota Banjarmasin, Banjarbaru, hingga ke Martapura. Di kawasan Guntung Payung di Kota Banjarbaru, Anda pasti akan terkesima dengan banyaknya penjual tahu ala sumedang. Tahu sumedang memang telah berekspansi ke bumi Kalimantan. Selain di Kalsel, tahu sumedang bisa ditemui di Balikpapan, Kalimantan Timur. Dulu, penjual tahu paling kondang di Guntung Payung, hanya satu penjual dan sebutannya, Tahu Guntung Payung. Selain menjual aneka tahu yang terdiri dari variasi tahu empuk, seperti tahu sumedang, juga menjual tahu yang empuk padat seperti tahu yun yi Jawa Barat.

Di samping jualan tahu, toko tahu itu juga kondang dengan es cendol tepung beras yang diberi bubuk daun suji. Tahu Guntung Payung, sedari dulu menjadi tujuan mereka yang umumnya orang Jawa, yang kangen dengan es cendol dan tahu goreng. Sekarang, Tahu Guntung Payung masih ada, hanya saja, dia harus berjuang keras dengan banyaknya penjual tahu ala sumedang. Perkembangan memang mengubah semuanya, tak terkecuali kulinernya.

Sebab, penulis tak menemukan klepon landak yang bentuknya seperti landak, dengan isian unti kelapa ditubuh landak yang terbuat dari tepung ketan berbumbu daun suji, juga kue semir mentega yang dulu dijual di sebuah toko di kawasan Sudimampir Kota Banjarmasin, dan selalu diantre pembeli. Tak hanya itu, buah ramania, dan kasturi yang merupakan famili buah mangga, sekarang dikategorikan sebagai buah langka. Bahkan, kasturi namanya diabadikan menjadi sebuah taman kota bernama Taman Kasturi yang terletak Jalan Djok Mentaya. Ikon Taman Kasturi ini adalah seekor kera bekantan yang juga menjadi ciri khas Kalsel. [Suara Pembaruan/S Nuke Ernawati]