SAWAH – Persawahan masih menghampar luas di sebagian besar wilayah desa Pulau Tengah, diselingi dengan lumbung di sana-sini. Rugi rasanya bila tak sempat menikmatinya.

JAMBI—Ibarat gadis perawan malu-malu, Kabupaten Merangin, Jambi, ternyata menyimpan banyak potensi wisata alam. Paling tidak, itu yang sempat tertangkap oleh tim perjalanan ekspedisi arung jeram Mapala UI – Sinar Harapan, di Kabupaten Merangin, 6 – 20 Agustus lalu.

Desa Pulau Tengah merupakan desa terbesar dan terluas di Kecamatan Jangkat. Mata pencaharian penduduk umumnya bertani, dengan tambahan usaha berkebun. Tetapi bukan hanya itu yang membuat desa ini istimewa. Sebab ternyata desa ini juga menyimpan banyak jenis wisata yang menarik, di antaranya panorama desa, serta tiga danau dan air terjun Mentalun.
Mengenai panorama desa, bisa dikatakan desa ini merupakan salah satu desa terindah di pertiwi ini. Persawahan yang menghampar dengan lumbung-lumbung padi. Hutan yang masih ijo royo-royo (hijau), lengkap dengan sungai yang mengalir jernih di dalamnya.
Menikmati pemandangan alam desa, seperti tak ada habis-habisnya mentahbiskan keindahannya. Semua seperti gambaran kita pada kerinduan alam pedesaan.
Bila ingin menambah kekaguman lagi mengenai keindahan wisata di sini, bisa juga kita menyempatkan diri menyinggahi ketiga danau di sekitar desa. Ketiganya biasa dikenal dengan nama Danau Dipati Empat (Gedang), Danau Pauh dan Danau Kecil (Kecik).
Dipati Empat merupakan danau terbesar diantara ketiga danau tersebut. Terletak di bagian barat desa, berjarak sekitar empat jam perjalanan. Namun disarankan bagi Anda yang ingin pergi ke danau ini, agar mempersiapkan perjalanan sebaiknya karena masih sulitnya jalur yang harus ditempuh.
Dua danau lainnya, biasa disebut penduduk sekitar dengan nama Danau Pauh dan Danau Kecik. Danau Pauh dan Danau Kecik terletak berdekatan di bagian utara desa. Berada di kilometer 4 dan dapat ditempuh dengan mobil atau ojek selama 30 menit perjalanan dari desa.
Dari penuturan masyarakat sekitar, disebut Danau Pauh karena dahulu banyak pohon Pauh di sekitar pinggiran danau. Pohon Pauh ini menurut mereka, berbuah mirip mangga, dengan getah di sana-sini.
Danau Kecik juga ternyata tak kalah berseleranya untuk didatangi. Danau terkecil di antara ketiga danau tadi, juga menyimpan aset berharga sebagai daerah tujuan wisata. Letaknya dikelilingi hamparan sawah yang tertata rapih dengan sistem terasiring, malah membuat danau ini laksana colloseum di Roma.
Tak terbayangkan indahnya, bila padi yang terdapat di sekeliling danau kecil tersebut mulai menguning. Pasti pemandangan yang tercipta sulit tertandingi oleh bagian manapun di dunia ini.

Mentalun
Aset wisata lain yang tampaknya belum juga tergali adalah air terjun Mentalun yang bertingkat dua. Bagian air terjun yang bawah setinggi 40 meter. Dengan air yang jatuh jernih di atas kolam selebar enam meter. Menurut informasi penduduk yang sempat menemani kami melihat tempat itu, masih terdapat banyak ikan di bawah air terjun tersebut.
Namun hingga kini beberapa masalah masih melingkupi potensi wisata ini. Seperti sulitnya jalan masuk menuju Danau Dipati Empat dan air terjun Mentalun. Karena kita harus berjalan kaki paling tidak sejauh empat jam menuju ke sana.
Kesulitan ini kemudian ditambah dengan belum maksimalnya pembangunan sarana transportasi menuju lokasi. Ini terlihat dari jalan yang digunakan untuk menuju Danau Pauh dan Danua Kecik. Dimana terlihat banyak jalan yang berlubang dan tak teraspal, sehingga bisa menyebabkan mobil–mobil jenis tertentu seperti sedan kandas sebelum mencapai lokasi.
Ketiga aset tersebut sebenarnya merupakan potensi wisata yang sangat berpeluang untuk meningkatkan pendapatan daerah.
Tinggal bagaimana pemerintah daerah memanfaatkannya semaksimal mungkin. Aset ini kini ibarat gadis yang malu-malu, namun sebenarnya menunggu untuk disunting.

Oleh: Sulung Prasetyo/Hendro Bakti [Sinar Harapan]