FOTO-FOTO: PEMBARUAN/HENNY A DIANA

DIABADIKAN – Pemandangan indah menjelang terbenamnya matahari tidak pernah dilewatkan para pengunjung Taman Nasional Ujung Kulon. Pantai Cidaon menjadi pilihan paling asyik untuk mengabadikan keindahan “sun set” dari ujung barat Pulau Jawa.

UJUNG Kulon, sesuai namanya ia terletak di ujung barat (kulon) Pulau Jawa. Orang mengenal kawasan nan kaya keragaman flora dan fauna itu karena diidentikkan dengan Taman Nasional Ujung Kulon. Kemasyuran taman nasional, dengan maskot badak jawa (Rhinoceros sondaicus) itu telah merambah ke penjuru dunia.

Sejak ratusan tahun lalu, jauh sebelum ditetapkan sebagai taman nasional, pesona Ujung Kulon telah memikat bangsa Eropa. Terutama bagi mereka yang antusias ingin menguak rahasia alam. Flora dan fauna yang begitu beragam, keindahan alam di kawasan hutan dataran rendah, keunikan terumbu karang dan biota laut lainnya, menjadi keajaiban alam yang sulit ditemukan di kawasan lain di Jawa. Ditambah dengan kekuatan magis yang oleh sebagian orang bisa begitu kuat dirasakan di sana. Daya tarik Ujung Kulon semakin membuat orang penasaran untuk melihat, seperti apakah Ujung Kulon itu?

Sebagai taman nasional, Ujung Kulon menjadi tempat favorit para peneliti. Tak hanya peneliti dalam negeri tetapi justru lebih banyak dari negara-negara di Eropa.

Sayang memang, selama ini tak banyak yang tahu bahwa Taman Nasional Ujung Kulon bukan hanya tempatnya para peneliti atau para petualang yang gemar menyusuri rimba. Di sana terdapat gugusan pulau yang masing-masing memiliki keunikan. Pemandangan alamnya indah. Transportasi tidak terlalu sulit. Dengan fakta itu, Ujung Kulon layak menjadi tempat pilihan untuk bersantai entah menghabiskan akhir pekan, melepas penat saat cuti, atau bahkan berbulan madu.

PULAU PEUCANG – Saat menginjakkan kaki di Pulau Peucang, biasanya kita akan disambut oleh “si jahil” kera ekor panjang. Konon, mantan Presiden Soeharto selalu menyempatkan mengunjungi pulau ini setiap kali menjelang bulan puasa.

Resor dan Spa

Salah satu pulau di Ujung Kulon yang paling mudah dijangkau adalah Pulau Umang. Letaknya tepat di seberang Desa Sumur, desa paling barat di Jawa, sebelum memasuki kawasan Taman Nasional Ujung Kulon. Sepuluh tahun terakhir, Pulau Umang bak disulap. Di sana sudah ada resor dengan fasilitas lengkap, termasuk bagi yang hobi spa. Pengunjung pulau itu diharapkan semakin betah berlama-lama menikmati keindahan pantai.

Untuk sampai ke Pulau Umang sangat mudah. Kita tinggal menyewa perahu nelayan atau perahu wisata yang memang disediakan bagi pengunjung Pulau Umang. Dengan jarak tempuh yang tak terlampau jauh, perjalanan laut ke Pulau Umang kira-kira hanya 30 menit. Soal biaya? Tak perlu bingung. Sekali menyeberang, masih di bawah Rp 100.000 setiap orang.

Bagi yang ingin menguji nyali, ayo menyeberang lebih jauh lagi, menuju Pulau Peucang. Perlu waktu sekitar empat jam dari Desa Sumur untuk sampai ke pulau ini, dengan menyewa kapal nelayan. Sewa kapal, perorangan atau rombongan sama saja, sekitar Rp 1,5 juta sampai Rp 2 juta, satu hari satu malam. Bila ingin tinggal lebih lama di Pulau Peucang, tinggal bilang saja minta dijemput kapan dan kapal yang mengantar kita akan menjemput kembali tepat waktu sesuai yang diminta.

Meski letaknya cukup jauh dari dataran Pulau Jawa, akomodasi di Pulau Peucang cukup lengkap. Di sana terdapat wisma berupa paviliun, mulai dari kelas biasa-biasa saja sampai kamar VIP, yang konon menjadi kamar favorit mantan Presiden Soeharto bila bersantai di Pulau Peucang. Keramahan kera ekor panjang dan rusa, menjadi daya tarik tersendiri di pulau ini. Jangan heran kalau tiba-tiba ada kera atau rusa yang nongol di kamar kita. Setiap pagi, biasanya mereka berkeliaran di sekitar paviliun, seolah ingin membangunkan atau menyapa penghuninya yang masih kedinginan di balik selimut.

Bila sempat mengunjungi Pulau Peucang, jangan sia-siakan kesempatan untuk menikmati terbitnya matahari dengan berjoging di pinggiran pantai. Bila hobi berenang, asyik juga menikmati birunya air di sekitar dermaga. Setelah itu, jalan-jalan menyusuri hutan di belakang paviliun. Hutannya masih lebat. Pohon-pohon yang sudah berumur ratusan tahun masih kokoh berdiri.

PULAU UMANG – Bagi yang hobi spa, berwisata di pulau ini bisa menjadi pilihan yang asyik untuk menghabiskan masa cuti atau sekadar berakhir pekan bersama teman atau keluarga. Di Pulau Umang terdapat resor mewah lengkap dengan café, beranda untuk bersantai menikmati pantai, dan kolam renang di pinggir pantai.

Terbenamnya Matahari

Lalu, kira-kira pukul 16.00 WIB, sebaiknya kita sudah bersiap menyeberang ke Cidaon, tepat di seberang dermaga Pulau Peucang. Perjalanan dengan kapal nelayan ke Cidaon kira-kira 20 menit. Ada apa di sana?

Ujung Kulon tak hanya terkenal dengan badak jawa bercula satu. Kawasan ini juga menjadi habitat banteng jawa (Bos javanicus). Nah, karena untuk bisa bertemu atau sekadar melihat badak adalah hal yang nyaris mustahil, cukuplah melihat banteng. Di Cidaon terdapat padang penggembalaan banteng yang sengaja dibuka untuk umum agar para pengunjung taman nasional tidak kecewa karena tak bisa bersua dengan badak jawa.

“Melihat banteng juga bisa menjadi suatu keajaiban. Karena menurut kepercayaan masyarakat di sini, seluruh satwa yang ada di Ujung Kulon adalah jelmaan (dewa) yang bisa memberikan keberuntungan bagi manusia yang secara kebetulan bertemu dengannya. Lagi pula, dengan melihat banteng setidaknya kita bisa meniru kebersamaan binatang itu. Lihat saja mereka bergerombol bersaing mencari makan, tetapi setahu saya tidak pernah ada yang berantem. Kita manusia seharusnya malu kalau melihat kekompakan mereka,” ujar Jaja, seorang petugas Balai Taman Nasional Ujung Kulon yang mengaku sudah 15 tahun bertugas di Ujung Kulon.

Di Cidaon, kita tak hanya akan terkagum-kagum dengan sekawanan banteng. Di pantai kita bisa bersantai menggelar tikar sambil menikmati jagung bakar. Ketika waktu beringsut mendekati senja, tengoklah ke barat. sang surya siap kembali ke peraduan dan menyisakan semburat warna yang indah. Momen ini, mengagumi sun set di Cidaon, jangan sampai Anda lewatkan bila sudah menginjakkan kaki di Pulau Peucang.

Pembaruan/Henny A Diana