taman-ria-paluPALU–Bila anda berkunjung ke Palu, salah satu obyek wisata yang biasanya ditawarkan pemandu untuk didatangi pada sore hingga malam hari adalah Taman Ria yang berada di Kecamatan Palu Barat.

Obyek wisata yang membentang panjang sekitar satu kilometer di pesisir pantai ini memang memiliki keindahan tersendiri, dibandingkan dengan obyek wisata yang terdapat pada daerah lain di Tanah Air.

Di tempat ini para wisatawan dapat menikmati pemandangan alam terbuka Teluk Palu yang dihiasi perahu biduk para nelayan yang tengah mencari ikan atau berdiri mengail di laut hingga badan terendam setinggi dada.

Tofografi Kota Palu yang dikelilingi bukit landai nan luas, lalu kemudian bertemu dengan pegunungan yang menjulang tinggi, juga menjadi sebuah daya tarik tersendiri bagi para wisatawan.

Apalagi pada malam hari lampu-lampu penerang dari aneka bangunan milik masyarakat, sarana perhotelan, serta Jembatan Teluk Palu yang diresmikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada awal Mei 2006 dan menjadi “Ikon” ibukota Provinsi Sulawesi Tengah ini, semakin menambahkan kecantikan pandangan mata.

Jika ingin mencicipi minuman dan makanan ringan, wisatawan juga dapat memesan dari pengelola kafe-kafe mungil yang membentang di sepanjang tanggul pengaman Teluk Palu.

Ada kopi dan teh panas, “Sarabba” (minuman terbuat dari air rebusan jahe ditambah susu cair dan sedikit santan kelapa), serta aneka minuman kaleng.

Ada pula pisang goreng panas dan “Pisang Gepe” (pisang setengah matang yang dipenyetkan lalu dibakar, kemudian dipotong-potong dan disiram gula merah cair), atau mie instan rebusan yang diberi sebutir telur matang.

Harga jual minuman dan makanan ringan itu pun tidak terlalu mahal dan bisa dijangkau oleh semua segmen masyarakat.

Tapi, bila ingin menikmati makanan dan minuman yang lebih “wah”, di lokasi obyek wisata ini terdapat sebuah restoran lumayan besar yang menjorok ke laut. Di Tempat ini anda bisa memesan aneka makanan “sea food” segar dan baru saja dimasak serta berbagai macam minuman jus atau minuman kaleng/botol.

Pihak pengelolanya juga menyediakan sarana hiburan berupa musik elekton disertai penyanyi wanita cantik, dan pengunjung pun bisa ikut nimbrung menyumbang lagu.

Restoran yang terbuat dari bangunan panggung ini biasanya hanya dikunjungi oleh orang-orang berkantong tebal, sebab makanan dan minuman yang dijualnya tergolong mahal.

“Taman Ria ini cukup bagus, apalagi sampai dikembangkan menjadi obyek wisata kuliner dengan menyajikan makanan khas Lembah Palu, seperti sop Kaledo (Kaki Lembu Donggala),” aku Heriyanto, seorang pengunjung asal Jakarta.

Karyawan sebuah perusahaan swasta yang tengah menyelesaikan urusan bisnis di Palu tersebut mengaku senang berlama-lama jika berkunjung ke Taman Ria, karena selain udaranya masih segar dan memiliki pemandangan alam menakjubkan, juga dapat menikmati minuman dan makanan ringan yang menghangatkan tubuh.

Namun, di balik suasana menyenangkan di Taman Ria itu, ternyata obyek wisata ini sejak beberapa tahun terakhir mulai dikotori dengan kehadiran “bilik pacaran” yang sengaja disediakan oleh pemilik kafe guna menarik pengunjung yang lagi kasmaran.

Penyediaan bilik yang disekat-sekat dengan ukuran berkisar 1×1,5 meter yang dilengkapi dua buah kursi dan satu meja kecil di bagian belakang kafe dan menghadap ke laut itu, ternyata menjadi incaran pasangan muda-mudi ketika berkunjung ke tempat ini pada malam hari.

Apalagi malam minggu di saat pengunjung tumpah ruah, bilik pacaran itu laku keras dan silih-berganti diisi pasangan yang masih berusia mahasiswa dan pelajar.

Dalam satu kafe, biasanya menyediakan dua sampai enam bilik. Bahkan, tak sedikit bilik ini sengaja tidak dilengkapi penerang balon listrik, guna memberikan kesempatan kepada pengunjung untuk melakukan perbuatan yang mereka inginkan.

“Siapa yang tahu mereka sedang berbuat apa di belakang sana. Apalagi kondisi bilik itu sangat gelap,” komentar Ny. Linawati (nama samaran), ketika menyaksikan seorang perempuan cantik usia masih “bau kencur” keluar dari bilik pacaran bersama kekasihnya untuk membayar minuman dan makanan ringan yang mereka pesan di kasir sebuah kafe beberapa hari lalu.

Bagi ibu rumah tangga ini, penyediaan bilik bermesraan di bagian belakang kafe itu merupakan sebuah perbuatan yang melanggar norma susila dan norma agama, sebab sengaja memberikan kesempatan kepada orang lain untuk melakukan maksiat.

Pemkot Palu, menurut dia, seharusnya proaktif membersihkan tempat-tempat seperti itu dengan cara membongkar paksa, karena dapat merusak moral generasi muda.

Beberapa waktu lalu, DPC Partai Keadilan Sejahtara Kota Palu sempat mengecam institusi Satuan Polisi Pamongpraja setempat karena dinilai lemah dalam melakukan penerbitan warung remang-remang di Pantai Talise Palu, termasuk pula bilik pacaran di Taman Ria, karena sarana wisata seperti itu dinilai sudah berubah fungsi menjadi tempat maksiat terbuka.

Tetapi, reaksi penertiban yang dilakukan instansi teknis itu hanya bersifat temporer, sehingga selalu muncul berulang.Rustam Hapusa/ant/ya

Sumber: Republika