Racuuun…,Racuuun…,refrain …Lagu Racun Dunia milik Band Changcuters mengalun di telingaku lewat MP4 saat duduk sendiri di atap speedboat. Lagu yang dijadikan soundtrack sinetron itu menemani pelayaranku menuju pulau yang namanya mirip-mirip lagu itu, Pulau Racun.
Dari namanya saja, Pulau Racun sudah mengundang keingintahuanku untuk mencari tahu kondisi sebenarnya sehingga pulau tersebut dinamakan begitu. Apakah pulau itu beracun karena ada ular yang sangat berbisa? Atau karena ada pohon yang berdaun atau bergetah mematikan? Atau justru ada ikan di sekitar perairannya yang mengeluarkan tinta dan semacamnya yang dapat melukai orang hingga tewas? Pertanyaan-pertanyaan itu sempat mampir di benakku sebelum sampai di pulau itu.
Di atap speedboat aku memang sendiri dari awal perjalanan hingga tiba di Pulau Racun. Namun sebenarnya masih ada beberapa rekan seperjalanan lainnya yang duduk-duduk manis di dalam speedboat, termasuk Jerry Kojansow, master diver Scuba School Internasional (SSI).
Setelah mengarungi perairan Teluk Buyat kurang dari 30 menit, Pulau Racun yang dari kejauhan nampak seperti setitik pulau yang menyembul di tengah perairan mulai jelas wujudnya. Ternyata pulau karang yang luasnya cuma 1,8 hektar itu, di atasnya ditumbuhi pepohonan perdu dan beberapa pohon besar yang kerap disinggahi beberapa jenis burung sebagai tempat transit. Saat musim hujan, pepohonan di pulau ini terlihat subur menghijau namun ketika musim kemarau, pulau itu nampak tandus karena pepohonan di atasnya ikut mengering.
Karena berukuran mini, jangan berharap Anda bakal menemukan Pantai di pulau ini. Bagian tepinya justru daerah curam yang langsung berbatasan dengan air laut yang beriak keras saat musim angin kencang. Alhasil kapal speedboat tidak bisa berlabuh di pulau itu. Beberapa meter dari pulau itu, jangkar speedboat harus ditambatkan. Sebab kalau mendekat speedboat bisa menambrak terumbu karang atau bahkan karang terjal pulau itu.
Di dekat tepian Pulau Racun, setelah menemukan posisi aman buat kapal dari hempasan ombak, anak buah kapal segera melampar jangkar. Jerry rupanya sudah tak sabar. Pria berbadan agak gempal itu langung terjun ke laut dengan masker snorkelingnya. Melihat pria ini begitu enjoy berenang dan beberapa kali menukik ke dalam hingga permukaan terumbu karang, seolah dia seperti Deni si manusia ikan. “Ayo cepat terjun,” ajak Jerry setelah muncul kembali ke permukaan. Ajakannya dipenuhi rekan-rekan yang satu persatu menyusul terjun menikmati terumbu karang Pulau Racun dari permukaan airnya yang pagi itu berarus cukup kuat.
Menurut Jerry, Pulau Racun dikelilingi aneka terumbu karang beragam bentuk yang masih utuh. Di sini, lanjut Jerry, juga ada bongkahan batu besar yang ditutupi karang dan algae. “Genus Acropora berbentuk meja merupakan jenis karang batu yang paling dominan. Jenis ikannya butterflyfish dalam jumlah besar, damselfish, ikan pelagis, dan manta ray,” terang Jerry yang pernah beberapakali menyelam di perairan Pulau Racun untuk penelitian dan pemotretan bawah laut.
Hampir satu jam Jerry mengapung di atas permukaan air laut. Dia memandu rekan lainya yang terlihat sudah begitu terhipnotis dengan keindahan bawah lautnya. Beberapa rekan lainnya cuma asik melihat dan mengabadikan mereka dari atas kapal. Setelah puas menikmati perairan Pulau Racun, kemudian kami bertolak ke titik snorkeling dan penyelaman lainnya yang berada di kawasan Teluk Buyat dan Semenanjung Totok.
Di atas kapal, beberapa rekan yang ikut bersnorkeling badannya nampak merah dan gatal-gatal. “Banyak bulu babinya, kena kulit jadi gatal-gatal, harusnya pakai baju selam jadi aman,” kata Gadis, jurnalis majalah berwajah mirip penyanyi Sherina Munaf yang kuat bersnorkeling dengan Jerry sampai tuntas. Beberapa rekan lainnya juga mengalami hal serupa. Melihat kondisi itu, benakku sempat berpikir, mungkin itulah yang menyebabkan pulau mungil itu dinamakan Pulau Racun. Benar atau tidak, yang pasti Pulau Racun dengan aneka terumbu karangnya yang masih utuh, menjadi daya tarik sendiri buat jualan wisata bahari di Teluk Buyat dan sekitarnya.
Tips Perjalanan
Pulau Racun berada di depan Teluk Buyat, Kecamatan Ratatotok, Kabupaten Minahasa Tenggara, Sulawesi Utara. Jaraknya 4,3 kilometer dari Pelabuhan Lakban. Cuma butuh waktu sekitar 15 menit dari Pantai Buyat dengat speedboat atau 30 menit dengan perahu motor milik nelayan setempat. Kalau dari Kota Manado sekita 3,5 jam ke Ratatotok dengan mobil travel.
Tujuan orang ke pulau mungil ini tentunya untuk bersnorkeling dan diving. Waktu terbaik menyelam mulai pukul 07.00-11.00 pada musim barat, antara Desember-Mei karena kondisi arus airnya relatif tenang sepanjang hari. Arus lautnya dari tenang sampai kuat. Jenis penyelamannya fun dan deep diving dengan jarak pandang antara 20-25 meter dengan suhu 26-32 derajat Celsius, dan kedalaman mulai dari 5-40 meter.
Peralatan untuk snorkeling maupun diving bisa disewa lewat klub-klub diving di Kota Manado dan Minahasa. Obyek terdekat lainnya Bukit Harapan dan Pantai Lakban. Untuk akomodasi bisa bermalam di Mess Lakban sekitar 100 meter dari Pantai Buyat. Tarifnya antara Rp150 ribu s/d Rp 300 ribu per malam sudah termasuk makan 3 kali dan laundry.
Sumber: Majalah Travel Club
Recent Comments