Diakuinya batik sebagai warisan kekayaan dunia asal Indonesia oleh Badan Dunia untuk Pendidikan Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan atau Unesco, menumbuhkan minat para siswa diberbagai daerah untuk melestarikan batik.

Di Bondowoso, Jawa Timur, para siswa sekolah menengah kini serius menekuni batik tulis klasik dan kontemporer. Mereka juga diajar untuk meningkatkan kepekaan terhadap permintaan pasar.

Diantara perajin batik di Desa Sumbersari, Kecamatan Maesan, Bondowoso ini terdapat puluhan siswa yang berlajar membatik. Sebagian siswa yang berasal dari sekolah kejuruan ini belajar membatik karena faktor tugas dari sekolah.

Namun tidak banyak dari mereka yang belajar membatik ini, memang menjadi pilihan hidupnya. Karena itu dalam proses belajar ini, terlihat mereka amat tekun dan cermat memperhatikan goresan demi goresan, drafting dan pola gambar yang ditorehkan di kain batik.

Mereka mengaku menyukai membatik karena ingin melanjutkan tradisi membatik, agar tidak punah. Selain teknik membatik mengambar, colet dan lorot, siswa juga memperoleh tambahan pengalaman mengasah kemampuan membuat motif batik tulis klasik kontemporer dari pembatiknya Yuke Yuliantarius.

Menurut Yuli, batik motif jenis ini memiliki pangsa pasar tersendiri. Yuke berharap kegiatan seperti ini mampu menjadi jembatan teori dan praktek membatik bagi siswa. Dengan demikian, saat siswa nanti terjun ke masyarakat, telah memiliki modal untuk berkarya.

Sumber: Indosiar.com