Namanya kian berkibar sebagai destinasi wisata bahari yang terindah dan terlengkap di dunia. Petulangan menarik akan terus Anda dapatkan di sini, dari keunikan biota laut hingga kuliner khas. Inilah surga dunia yang tak mungkin Anda lupakan.
Seorang milioner asal Amerika, rela membawa kapal pesiarnya melaut ribuan mil jauhnya untuk menikmati keindahan sebuah daerah yang masih “perawan” bernama Raja Ampat. Cerita yang mampir ke telinga saya dua tahun lalu itu memang bukan isapan jempol. Perlahan namun pasti, Raja Ampat yang terletak di kepala burung Papua (Vogelkoop), kini sudah menjadi tujuan pariwisata bahari dunia, terutama bagi para penyelam.
Selain memiliki terumbu karang terlengkap di dunia -dari 537 jenis karang yang ada di dunia, 75 persennya berada di perairan ini-, ditemukan pula 1.397 spesies ikan, 669 jenis moluska (hewan lunak), dan 537 hewan karang. Juga ratusan pulau yang menyebar dengan indahnya bak jamur di musim hujan. Tak salah jika pecahan Kabupaten Sorong yang masuk Provinsi Papua Barat ini dijuluki surga bagi para pecinta kehidupan bawah laut.
Banyak fotografer bawah laut internasional datang berulang kali mengabadikan pesona laut Raja Ampat. Buku khusus tentang keindahan terumbu karang dan biota laut kawasan ini pun mulai banyak beredar di pasaran. Apalagi saat tim khusus dari majalah petualangan ilmiah terkemuka dunia, National Geographic, membuat liputan khusus mengenai Raja Ampat pada 2007. Kepopulerannya pun tak terbendung lagi.
Menilik sejarahnya, nama Raja Ampat tersemat sejak abad ke-15, ketika seorang sultan asal Tidore melakukan kesepakatan dengan Raja asal Waigeo, Bantata, Salawati, dan Misool. Maka saat keempat pulau ini ditetapkan sebagai bagian dari Provinsi Papua Barat pada 2003 maka diambillah nama Raja Ampat menjadi identitas kabupaten yang berpenduduk 31 ribu jiwa ini.
Selain empat gugusan pulau besar utama tersebut, hingga kini tercatat lebih dari 1500 pulau kecil yang dimiliki Raja Ampat, dari jumlah itu hanya 35 pulau yang dihuni. Selebihnya adalah pulau-pulau karang tak berpenghuni. Sehingga dari luas wilayah sekitar 46.000 km2 yang ada hanya sekitar 6.000 km2 nya berupa daratan. Inilah yang kemudian menjadikannya destinasi taman laut terbesar di Indonesia.
Tak hanya itu, Raja Ampat saat ini sudah dinominasikan untuk masuk dalam World Heritage Coral Reef Areas oleh UNESCO. Sejak 2005, Bank Dunia bersama lembaga lingkungan global memberikan bantuan Coral Reef Rehabilitation and Management Program (Coremap) II bagi Raja Ampat untuk menjaga kelestarian bawah laut Kepulauan Raja Ampat.
Beberapa kawasan seperti selat Dampier, Kepulauan Kofiau, Kepulauan Misool, dan Kepulauan Wayag tercatat memiliki terumbu karang yang sangat baik kondisinya, yaitu tipe terumbu karang tepi dengan kontur landai hingga curam. Namun disini juga ditemukan tipe atol dan tipe gosong (taka) di beberapa tempat seperti di kampung Saondarek, dimana bisa disaksikan hamparan terumbu karang tanpa menyelam. Uniknya, karang tersebut tetap bisa hidup walaupun berada di udara terbuka dan terkena sinar matahari langsung.
Bila berkesempatan menyelam Anda akan menemukan spesies unik seperti kuda laut katai dan ikan pari manta. Khusus di Manta point yang terletak di Arborek, Anda bisa menyelam ditemani beberapa ekor Manta Ray yang jinak. Sementara di Cape Kri atau Chicken Reef, dapat dirasakan sensasi dikelilingi ribuan ikan saat menyelam. Bahkan kadang dikelilingi oleh kumpulan ikan Barakuda, Dugong, atau ikan duyung pun bisa ditemui di sekitar Pulau Salawati, Batanta, dan Waigeo.
Kondisi Raja Ampat yang memiliki banyak pulau dan berselat sempit, menjadikan lokasi penyelaman di waktu-waktu tertentu memiliki arus yang kencang. Ini sangat menarik, karena Anda dapat melakukan drift dive menyelam sambil mengikuti arus kencang dengan air yang sangat jernih sambil menerobos kumpulan ikan.
Pulau-pulau disini masih asri karena hutannya tetap terjaga dengan air laut yang bersih, sehingga biota laut bisa terlihat jelas dari permukaan saat para wisatawan berenang atau ber-snorkelling.
Selain keindahan bawah laut, Raja Ampat pun memiliki gugusan pulau-pulau karst yang elok dan belum terjamah. Dengan mendaki karang setinggi 80 meter, Anda akan mendapatkan birunya laut, cerahnya langit, putihnya pasir pantai, serta sebaran pulau berwarna hijau pekat, sebuah komposisi yang tak dapat dijumpai di belahan lain di dunia ini, selain di Wayag, Raja Ampat.
Jika tidak tertarik dengan aktivitas menyelam, masih banyak tempat yang menarik untuk dikunjungi diantaranya menikmati flora serta fauna unik endemik, seperti cenderawasih, kuskus, dan serta beragam bunga anggrek. Kini Raja Ampat pun sudah menjadi daerah kunjungan wisata bird watching, yaitu kegiatan wisata untuk memantau burung yang ada di Yenwaupnor, Sawinggrai, Yenbeser, dan Pulau Gam. Berbagai jenis burung hidup dengan bebas disini, diantaranya cendrawasih merah, cendrawasih wilson, maleo waigeo, beraneka burung kakatua, dan nuri.
Bagi penggemar budaya, Raja Ampat juga dapat dijadikan pilihan. Seperti upacara “Sasi”, sebuah aktivitas semacam bersih desa dengan menutup area memancing hingga waktu yang ditentukan, ini adalah bentuk konservasi biota laut yang alami. Upacara ini sarat makna dan sangat menarik untuk ditonton, karena memiliki nilai filosofi luhur.
Disini Anda pun bisa menikmati tari-tarian, lagu, maupun musik khas, dengan tampilan busana mereka yang tak kalah uniknya karena terbuat dari akar pohon, kulit kayu, dan dedaunan. Sementara untuk para penggemar kuliner, Anda bisa berpesta mencicipi hidangan laut yang lezat, apalagi ditambah makanan khas seperti Papeda, Ayam Barapan, dan Mumu.
Untuk penggemar wisata sejarah maupun arkeologi, ditemukan peninggalan prasejarah berupa cap tangan dari sekitar 50.000 tahun lalu pada dinding batu di kawasan Pulau Misool. Uniknya, cap-cap tangan ini berada sangat dekat dengan permukaan laut dan tidak berada di dalam gua. Hal ini menjadi petunjuk bagi jalur penyebaran manusia menuju Papua dan Melanesia. Kapal-kapal karam bekas Perang Dunia II yang diperkirakan memuat “harta karun” bernilai tinggi pun dapat ditemui di beberapa tempat penyelaman, seperti di Pulau Wai.
Yang jelas, tak cukup satu atau dua hari menikmati keindahan Raja Ampat, sepekan pun terasa belum cukup untuk menjelajahinya. Beberapa penyelam mancanegara bahkan dapat bertahan hingga sebulan menikmati keindahan Raja Ampat. Salah satu tempat yang menjadi langganan para wisatawan mancanegara ini adalah Papua Diving Resor yang terletak di Pulau Mansuar, konon setiap tahun resor ini dikunjungi minimal 600 turis spesial yang menghabiskan paling sedikit dua pekan.
Pemiliknya adalah Maximillian J Ammer, pelopor dan penggerak wisata laut kawasan Raja Ampat. Warga negara Belanda ini harus menyiapkan berbagai fasilitas dengan dana yang tak sedikit untuk menarik turis mancanegara, namun usaha yang dirintis delapan tahun lalu itu kini telah membuahkan hasil yang memuaskan.
Selain Mansuar, Pulau Kri, Waigeo, serta Misool juga menyiapkan resort-resort menarik untuk pengunjung. Salah satunya Eco Resort di Pulau Misool, sebuah resor yang sepenuhnya menjaga konservasi alam, di area yang disebut “No Take Zone” ini penduduk sekitar wilayah sepakat untuk menjaga ekosistem terpadu dengan tidak mengambil apapun dari laut, apalagi menggunakan antiseptik agar limbahnya tidak merusak ekosistem terumbu karang di sekitarnya.
Mengunjungi kepulauan ini tidaklah terlalu sulit walau memang memakan waktu dan biaya cukup besar. Ada dua pilihan untuk menjelajahinya, ikut tur dengan kapal atau tinggal di resor menikmati keindahan bawah lautnya yang luar biasa. Untuk berkeliling pulau yang diinginkan, Anda dapat menyewa speedboat atau longboat dengan kapasitas 7 hingga 13 orang dengan harga Rp 4 hingga Rp 8 juta per 8 jam, tergantung kepandaian saat menawar.
Anda juga bisa mengambil paket wisata dengan mengunjungi perkampungan untuk melihat desa wisata yang ada, tanaman anggrek, dan hewan khas seperti burung Cendrawasih. Bila dana terbatas, cukup menyenangkan berenang, snorkeling, memancing, memberi makan ikan sembari menunggu matahari terbit atau terbenam. Kegiatan ini bisa Anda lakukan di Teluk Kabuy.
Jadi dengan dana melimpah atau terbatas, Anda tetap dapat menikmati keindahan Raja Ampat. Bagi para pencinta wisata bahari, saatnya temukan “Surga Terakhir” di Bumi.
Cara Mencapainya
Satu-satunya pintu masuk ke Raja Ampat adalah melalui Sorong. Karena hingga saat ini belum ada penerbangan yang langsung kesana.
Waktu tempuh Jakarta-Sorong sekitar 5 jam jika transit di Makassar (Ujung Pandang), namun bisa mencapai 6 jam jika transit di Manado. Biaya penerbangan dari Jakarta ke Sorong (PP) sekitar Rp 4 juta hingga Rp 6 juta, tergantung maskapai penerbangan yang digunakan.
Sesampainya di Sorong, perjalanan harus dilanjutkan kembali dengan mengunakan kapal ke kota Wasai (ibukota Raja Ampat) dengan biaya Rp 125.000 per orang. Jika cuaca bagus. waktu tempuh hanya sekitar 1,5 jam, namun dalam cuaca buruk perjalanan lewat laut ini bisa mencapai 3 jam.
Bagi yang tak ingin menggunakan transportasi umum, bisa menyewa speedboat (dengan waktu tempuh sekitar 40 menit hingga 1 jam) atau longboat (waktu tempuh 2 hingga 3 jam, dengan kapasitas 10 penumpang dengan tarif Rp 3,2 juta sekali jalan).
Akomodasi
Pilihan penginapan banyak tersedia di sini, mulai dari Homestay, Hostel, Hotel, Cottage, hingga Resort. Harganya pun beragam sesuai fasilitas yang diberikan, mulai dari Rp 200.000 hingga Rp 3.000.000 per malam. Tinggal pilih sesuai budget Anda.
Bagi para penggemar olahraga selam, dapat memilih Misool Eco Resort di Pulau Barbitim, atau dapat juga mencoba kenyamanan cottage dan bungalow bergaya tradisional di Cape Kri atau Papua Diving yang terletak di Pulau Mansuar. Selain itu, terdapat pula Papua Paradise Eco Resort di Pulau Batanta serta Raja Ampat Dive Lodge di Kurkapa. Rata-rata penginapan ini dilengkapi peralatan modern, termasuk fasilitas telepon internasional dan internet.
Jika tak mau pusing, banyak paket-paket yang ditawarkan agen perjalanan untuk menikmati Raja Ampat, rata-rata untuk paket 6 hari dibanderol dengan harga sekitar Rp 8.500.000,- harga tersebut sudah termasuk penginapan (hotel dan tenda) selama menginap di sana, juga makan pagi, siang dan malam, transportasi, air mineral dan makanan ringan, serta tiket masuk taman nasional. Namun harga ini belum termasuk tiket pesawat, bagasi, airport tax, obat-obatan, alat untuk menyelam, pemandu wisata, serta biaya tambahan jika ingin jalan jalan di luar destinasi yang dijadwalkan.
Sumber: Majalah Travel Club
Recent Comments