pulau-bangkaKabupaten Bangka di Pulau Bangka, Provinsi Kepulaun Bangka Belitung (Babel) memiliki sejumlah obyek wisata bahari yang potensial menjaring wisatawan di masa depan. Segala upaya tengah dilakukan pemda setempat untuk menarik investor agar obyek-obyek yang belum tergarap itu, kelak benar-benar siap sebagai destinasi baru penuh harapan.

Dari sekian obyek wisata bahari yang ada di kabupaten seluas 295.069 Ha ini, tak bisa dipungkiri Pantai Parai Tenggiri di Sungailiat sampai kini masih menjadi kawasan obyek wisata terpadu dan terlengkap. Bagaimana tidak, di pantai yang dikelola oleh EL JOHN Indonesia dibawah pimpinan Johnnie Sugiarto itu sudah dilengkapi sejumlah fasilitas wisata yang memadai dan berkelas.

Mau bermalam di villa berbintang lima yang dilengkapi kolam renang pribadi di pantai ini? Pengunjung bisa pilih Grand Parai Pool Villas Resort & Spa. Di sini ada paket honeymoon-nya dengan harga mulai dari Rp 3.808.000,nett/couple. Pilihan inap lainnya di hotel resort berbintang empat Regency Parai Beach Resort & Spa yang dilengkapi restoran, ruang rapat, dan juga kolam renang. Di sini ada paket rapat dan menginapnya Rp 2.400.000,-net berlaku minimum 20 orang.

Di pantai yang berpanorama eksotik berupa pantai landai berpasir putih nan lembut dengan ornamen batuan granit raksasa bermacam bentuk dan ukuran ini, juga fasilitasi dua pusat rileksasi, kesehatan dan kecantikan Sriwijaya Spa dan Martha Tilaar Salon Day Spa. Kalau pengunjung ingin menikmati hiburan seperti clubbing, biliar, karoke dan lainnya bisa mendatangi Planet Parai Entertainment.

Bila ingin melakukan outbound seperti high rope, paintball, dan jungle trekking bisa pesan di Hill Adventure. Atau bagi yang suka melakukan olahraga air (water sport) seperti kano, jetski, parasiling, banana boat, dan snorkeling, bisa booking di Parai Tirta Wisata yang ada di pantai ini.

Bukan cuma itu, di pantai ini pengunjung dapat mengakses Internet secara gratis karena sudah dilengkapi hot spot. Melihat kelengkapan fasilitas wisata yang dimiliki Pantai Parai Tenggiri, wajar rasanya kalau pantai ini paling siap menerima wisatawan baik nusantara maupun mancanegara sekaligus menjadi lokasi event berskala nasional dan internasional.

Buktinya, April lalu pantai ini menjadi lokasi ajang olahraga bola voli pantai se-Asia Pasifik dan November lalu menjadi tempat pemilihan Duta Wisata Tingkat Nasional kedua. Bahkan, orang nomor satu di negeri ini, presiden SBY pernah berkunjung dan menginap di sini, termasuk sejumlah pejabat penting dan selebriti ibukota maupun asing.

Sebenarnya masih banyak obyek wisata bahari yang dimiliki kabupaten berjuluk Bumi Sepintu Sedulang ini. Tradisi Sepintu Sedulang itu kata Plt. Kasi Kemitraan Wisata Disbudpar Kab. Bangka, Paulus Supriyanto, menggambarkan sifat kegotongroyongan masyarakat Kab. Bangka. “Kita dapat melihat tradisi tersebut saat masarakat Kab. Bangka memanen lada, merayakan acara adat, hari besar keagamaan seperti maulid nabi, idul fitri, perkawinan, dan kematian,” jelasnya kepada Travel Club saat meluncur ke Belinyu bersama dua orang stafnya, Kurnia dan Yusuf.

Tradisi ini di Bangka lebih dikenal dengan sebutan Nganggung. “Saat itu setiap rumah mengantarkan makanan (kalau di Jawa berupa nasi tumpeng, kue dan buah-buahan -red) dengan menggunakan dulang atau baku bulat besar,” tambah Kurnia, gadis mungil berjilbab asli Melayu Bangka.

Selain Pantai Parai Tenggiri yang namanya sudah memancanegara, kabupaten ini masih punya Pantai Matras yang landai berpasir putih halus sepanjang 3 Km, berombak tenang, berlatarbelakang pepohonan kelapa, dan beraliran sungai alami. “Setiap akhir pekan, Pantai Matras ramai dikunjungi pasangan mudamudi dan keluarga,” kata Yusuf, yang setia mengantar Travel Club ke sejumlah obyek.

Di samping itu masih ada sejumlah pantai lainnya seperti Pantai Penyusuk dan Pantai Mas Air Anyir yang landai dengan bebatuan karang yang khas sebagai tempat Upacara Rebo Kasan. Menurut Paulus, Rebo Kasan itu upacara adat tolak bala yang dilakukan turun temurun oleh penduduk Desa Air Anyir, Kecamatan Merawang setiap 24 Safar Hijriah, menjelang puasa ramadhan.

Investor Tertarik

Pantai Penyusuk, salah satu pantai alami di Kab. Bangka yang sempat dikunjungi rombongan press tour termasuk Travel Club yang diadakan Pemkab Bangka bekerjasama dengan Depbudpar, November lalu. Pantai ini belum memiliki fasilitas wisata yang memadai seperti penginapan dan hotel. Di tepiannya cuma ada 2 warung sederhana yang menjual makanan dan minuman kecil. Ketika rombongan datang sore, pantai ini sepi pengunjung. Hanya ada tiga pasang muda-mudi yang sedang berpacaran.

Padahal dari sisi panorama, pantai ini tak kalah menawannya. Pantainya landai berair jernih, berpasir putih, dan berhias bebatuan granit besar serta beberapa pulau kecil nan eksotik, antara lain Pulau Lampu yang memiliki menara yang dibangun Belanda. “Pantai ini luasnya 6,5 hektar. Di pantai ini ada Batu Belacan yang sangat besar. Belacan itu terasi, karena dulu digunakan oleh warga Penyusuk untuk tempat membuat dan menjemur terasi. Penyusuk itu berarti penyu membusuk. Sebab di pantai ini kerap ditemukan penyu hijau dan coklat yang mati membusuk atau bertelur di pesisir dan pulau-pulau kecil,” kata Suhardi, Ketua Karang Taruna Ranting Penyusuk, Kelurahan Bukit Ketam yang bertugas mengawasi pantai ini.

Menurut Suhardi, sebenarnya sudah ada beberapa investor yang tertarik menanamkan modalnya di Pantai Penyusuk untuk membangun sejumlah fasilitas wisata. “Tapi akhirnya batal, karena listrik belum masuk sampai kawasan pantai ini,” jelasnya.

Soal investor yang tertarik mengembangkan kepariwisataan di Kabupaten Bangka bukanlah soal baru. Setelah Pantai Parai Tenggiri dan Tanjung Pesona yang sudah dikelola oleh pihak swasta dengan baik, menurut Kadisbupar Kab. Bangka Drs. Ahmad Rizal, M.Si masih ada beberapa pantai lagi antara lain Pantai Matras yang sudah dilirik oleh investor dari dalam negeri untuk dikembangkan menjadi pantai wisata dengan membangun sejumlah fasilitas wisata di sana. “Bila nanti investor itu jadi menamamkan modalnya dengan mematuhi ketentuan yang berlaku, bisa jadi Pantai Matras akan menjadi obyek wisata bahari masa depan kabupaten ini, begitu juga dengan pantai-pantai lainnya,” terang Rizal.

Harapan indah akan masa depan obyek wisata bahari Kab. Bangka bisa jadi nyata. Soalnya Kabupaten Bangka dan daerah lain di Babel punya modal. Menurut Johnnie Sugiarto sektor pariwisata bahari termasuk potensi kelautan kini menjadi tumpuan Kabupaten Bangka termasuk Babel pascatimah. “Keindahan pantai dan keragaman budaya menjadi modal utamanya. Tinggal membenahi infrastruktur dan SDM-nya,” jelas Johnnie yang juga Ketua Kamar Dagang dan Industri Babel.

Berdasarkan pengamatan Travel Club dan penilaian sejumlah pihak, apa yang dikatakan Johnnie bukan isapan jempol. Kabupaten Bangka dan daerah lain di Babel memang punya daya tarik luar biasa untuk mendatangkan wisnus dan wisman, terutama keasrian dan kekhasan pantai-pantainya, kendati masih banyak kendala yang menyelimuti kepariwisataannya seperti masih minimnya alat transportasi umum menuju semua lokasi, penginapan dan lainnya.

Pun masalah lingkungan terutama tambang timah yang masih menjadi dilema, termasuk tingkat kesadaran masyarakatnya terhadap pariwisata. Soal transportasi, penginapan, dan sarana lainnya mungkin bisadicari lewat investor, namun kalau tambang timah masih terus berlanjut bisa menjadi bencana karena dapat mencemarkan perairan dan pantai-pantainya. Perlu sikap tegas pemerintah soal tambang timah sebelum benar-benar terlambat. Kalau lingkungan obyek-obyek wisata baharinya nanti rusak, apalagi yang bisa dibanggakan.

Begitu juga dengan kesiapan masyarakatnya sebagai tuan rumah bagi wisnus terlebih wisman. Bila masyarakatnya sadar bahwa wisatawan terutama asing datang ke pantai antara lain untuk berjemur dan lainnya. Perlu ada cara dan kejelasan agar mereka bisa enjoy menikmatinya. Jangan sampai wisman sudah jauh-jauh datang untuk “membeli matahari” (berjemur dan lainnya), justru dilarang. Kalau itu terjadi bisa jadi bumerang bagi pariwisata setempat.

Perlu dicari solusi terbaik dan terindah agar kunjungan wisman nanti tetap mengindahkan adat istiadat setempat yang kental bernuansa Islami-Melayu, misalnya menempatkan wisatawan di lokasi pantai atau pulau yang memang diperbolehkan untuk berjemur dengan pakaian renang, bikini, dan lainnya. Bukan di pantai umum seperti Pantai Matras dan lainnya. “Soal kesiapan masyarakat terutama menyangkut adat istiadat setempat dengan pariwisata, kami sedang mencari titik tengah agar ada jalan terbaik termasuk soal sadar wisata,” jelas Rizal.

Bila modal utama pariwisata Kab. Bangka dan daerah lain di Babel benar-benar dijaga dan kelola dengan baik, Visit Babel 2010 yang soft launching-nya Oktober lalu akan sukses dan masa depan pariwisata Babel cerah. Menurut Kadis Budpar Babel, Yan Megawandi, Bangka memang masih menjadi tulangpungung pariwisata Babel karena prasarana dan sarananya lebih baik. “Guna mensukseskan Visit Babel 2010, kini kami tengah mengkelas-kelaskan agenda-agenda kebudayaan dan pariwisata di Babel yang berskala lokal, provinsi, nasional, dan internasional,” jelas Yan.

Tips Perjalanan

pulau-bangka-2Kabupaten Bangka dengan ibukota Sungailiat mudah sekali dijangkau. Dari Jakarta dengan pesawat cuma 45 menit menuju Bandara Depati Amir di Pangkal Pinang, Ibukota Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Kemudian dilanjutkan dengan bus travel menuju ke sejumlah obyek wisatanya. Kalau ingin ke Pantai Parai Tenggiri waktu tempuhnya sekitar 45 menit dari bandara menuju lokasi di Sungailiat.

Obyek wisata lain yang bisa dikunjungi antara lain Pemandian Air Panas Tirta Tapta Pemali di Desa Pemali, Kecamatan Pemali sekitar 20 Km dari Kota Sungailiat. Di tempat rekreasi keluarga ini tersedia waterboom, beberapa pemandian air panas, panggung hiburan, dan rumah makan.

Lalu ada lagi Vihara Dewi Kwan Im di Desa Jelitik, Kecamatan Sungailiat, sekitar 15 Km dari Kota Sungailiat, Desa Wisata Kampung Gedong di Kuto Panji, Kecamatan Belinyu, sekitar 54 Km dari Kota Sungailiat untuk melihat arsitektur rumah tua etnis Tionghoa dan pabrik kerupuk, workshop Tenun Cual khas Bangka di Jalan Raya Sungailiat No.17, industri rumah kerajinan rajutan renda di Jalan Yos Sudarso No.66, dan pembuatan kuliner otak-otak serta kerupuk khas Bangka di Belinyu sebagai oleh-oleh.

Sumber: Majalah Travel Club