Sebagai kota yang menuju Kota Budaya, Denpasar harus memperhatikan budaya sebagai salah satu pilar pembangunan. Hal itu sejalan dengan konsep pembangunan pariwisata Bali yang juga mengembangkan pariwisata budaya yang didukung keindahan alam dan keramahtamahan masyarakat. Bali memang terkenal dengan objek wisatanya, juga tradisi budayanya yang unik.
Hal itu tampaknya disadari betul oleh Wali Kota IB Rai Dharmawijaya Mantra SE MSi, yaitu dibuktikan dengan digelarnya kegiatan Maha Bandhana Prasadha. Kegiatan yang berlangsung awal Oktober lalu, diartikan sebagai suatu pergelaran agung untuk menggali nilai-nilai luhur.
Pergelaran Maha Bandhana Prasadha dibuka secara resmi oleh Wali Kota Rai Mantra yang ditandai dengan mencabut keris dari
sarungnya, Kamis (8/10) di Bundaran Catur Muka. Pagelaran Maha Bandhana Prasadha ini bertujuan untuk melestarikan kesenian langka yang ada di Denpasar, seperti Gambang, Gambuh, Saron, Palegongan, Selonding, Semarepegulingan, Gong Gede, Geguntangan, dan banyak lagi kesenian klasik yang harus dilestarikan dan diperkenalkan kepada generasi muda.
Pembukaan Maha Bandhana Prasada juga dihadiri Muspida, seluruh pejabat Pemkot Denpasar, dan tokoh masyarakat Kota Denpasar. “Kegiatan Bandhana Prasadha ini sangat mendukung kami dalam mengembangkan pariwisata di Denpasar, yakni City Tour kepada turis yang tengah berlibur di Denpasar. Apalagi kegiatan ini sifatnya tahunan, sehingga bisa dijadikan kalender tetap kegiatan pariwisata,” ujar Kepala Dinas Pariwisata Kota Denpasar, Putu Budiasa.
Sementara itu, Ketua Panitia Maha Bandhana, Komang Astita yang juga Ketua Majelis Tinggi Kesenian dan Budaya (Listibya) Kota Denpasar, dalam laporannya mengatakan, kegiatan yang berlangsung selama tiga hari ini melibatkan 5.000 seniman. Pawai pada acara pembukaan dikemas sebagai pertunjukan yang menceritakan fase kehidupan manusia dari dalam kandungan, masa remaja sampai dengan potong gigi, usia dewasa sampai perkawinan, dan usia tua hingga kematian. Sebelum acara pembukaan berlangsung, di depan Pura Jagatnatha juga digelar tabuh instrumental dengan tari wayang wong.
Lebih lanjut, Komang Astita mengatakan, Maha Bhandana Prasadha merupakan acara yang merepresentasikan keluhuran semangat perjuangan, seni, dan budaya Kota Denpasar. Acara ini mengajak warga Kota Denpasar melihat kembali puncak-puncak kebudayaan masa lalu yang patut dijadikan kontemplasi, introspeksi, dan inspirasi bagi kreativitas dan semangat berkarya pada masa kini dan masa yang akan datang.
Puputan Badung
Maha Bandhana Prasadha dimaknai dengan nilai dan semangat Puputan Badung, yang diwujudkan dalam pergelaran, pragmentari, gema sastra, dan ekspresi keagungan kreativitas.
Pendapat serupa juga disampaikan Kepala Dinas Kebudayaan Kota Denpasar I Ketut Mardika yang ditemui di sela-sela acara. Katanya, acara Maha Bandhana Prasada, ke depannya selain dijadikan kalender tahunan yang juga merupakan atraksi wisata, juga memberikan peluang bagi kesenian-kesenian klasik untuk ditampilkan. Selanjutnya, kesenian-kesenian klasik itu akan didokumentasikan dalam bentuk video dan foto, sehingga dapat dipelajari oleh generasi mendatang.
Lebih lanjut, Ketut Mardika mengharapkan, kegiatan Maha Bandhana Prasada mampu merangsang kesenian klasik yang ada di desa dan membangkitkan kembali kesenian-kesenian klasik yang ada.
Prosesi pembukaan Maha Bandhana Prasada, diawali dengan penampilan seorang raja melihat rakyatnya yang kemudian diikuti penampilan kesenian klasik. Kemudian, penampilan kesenian klasik serentak dari empat penjuru arah angin menuju lapangan Puputan Badung. Dari arah timur yang diwakili Kecamatan Denpasar Timur, mengisahkan tentang kelahiran manusia dari kandungan hingga lahir bayi.
Prosesi dilanjutkan dari arah selatan yang mengisahkan masa remaja hingga potong gigi. Kemudian dari arah barat, digambarkan manusia dewasa yang sampai di jenjang perkawinan. Sedangkan dari arah utara, digambarkan proses upacara kematian. Hal itu menunjukkan bahwa tradisi, menjadi sebuah tontonan seni budaya yang apik. [SP/Nyoman Mardika]
Recent Comments