Naik kereta api..tut..tut..tut.
Siapa hendak turut.
Ke Bandung …
Hingga kini, lagu Naik Kereta Api ciptaan Ibu Sud ini masih terus dinyanyikan. Hanya saja, banyak warga Jakarta sudah tidak lagi menggunakan kereta api untuk pergi ke Bandung. Padahal, ada banyak hal yang dapat Anda lakukan saat menunggang kereta tak berkuda ini. Termasuk menelusuri jejak sejarah dua abad yang lalu.
Hal itu yang SP rasakan saat melakukan perjalanan Jakarta-Bandung dengan menggunakan Kereta Api (KA) Argo Gede pada pertengahan bulan Juli 2009 lalu. Oleh PT Kereta Api (Persero), kereta berlokomotif CC 204 yang melayani rute Jakarta-Bandung telah di-make over. Rangkaian gerbong terlihat bersih dengan warna putih, kelabu dan garis kuning, sehingga terlihat cantik ketika meliuk-liuk di atas rel yang membelah ngarai dan gunung alam Parahyangan.
Perubahan juga terasa pada interior. Begitu memasuki gerbong Anda akan langsung terpapar udara sejuk dan semerbak wangi. Tak ada lagi kesan kumuh dan bau pesing yang biasanya merebak dari arah toilet yang dekat dengan pintu masuk. Jika sempat melongok ke dalam toilet, Anda akan melihat toilet yang bersih mengilap dengan pewangi ruangan yang terus menyemprotkan wewangian bunga. Dijamin keharuman itu terjaga sepanjang perjalanan, karena ada satu tenaga on trip cleaning di setiap gerbong.
Yang paling mengesankan adalah kereta berkapasitas 300 penumpang itu berangkat sesuai jadwal. Tercatat, secara reguler ada 12 KA Argo Gede berjalan setiap hari. Menurut Direktur Komersial PT KA, S Wimbo Hardjito, perubahan pelayanan KA Argo Gede sebenarnya sudah dimulai sejak tanggal 1 Juli 2009 yang lalu.
“Selama perjalanan, penumpang akan merasakan peningkatan kenyamanan di atas kereta sehingga dengan waktu tempuh sekitar tiga jam, banyak aktivitas yang bisa dilakukan dngan leluasa, tidak seperti yang bisa dilakukan bila menggunakan transportasi selain KA,” kata Wimbo.
Dalam kabin, SP segera mengisi tempat duduk empuk, dengan sandaran kaki yang dapat disesuaikan. Sempat khawatir, apa yang bisa dilakukan selama tiga jam perjalanan? Tak lama, petugas membagikan majalah yang bisa menemani sepajang perjalanan. Fasilitas ini merupakan layanan terbaru dari PT KA. Jadi tak perlu khawatir bakal bengong saat kereta api berjalan selama tiga jam menuju Bandung.
Selain itu, ada banyak kegiatan yang dapat Anda lakukan. Menonton televisi, membaca majalah, bahkan berkaraoke bersama teman- teman seperjalanan Anda. Bahkan, bagi Anda yang datang dengan rombongan dapat memesan tempat untuk rapat kecil.
Yang menarik, teman seperjalanan yang membawa “PR” pekerjaan kantor, langsung bernapas lega karena menemukan soket listrik di setiap bangku. Dengan demikian, sepanjang perjalanan, dia dapat mengaktifkan perangkat seperti laptop atau BlackBerry tanpa khawatir kehabisan daya baterai.
Executive Vice President PT KA I, Jakarta, Mulianta S mengatakan, jika penumpang KA Argo Gede punya keluhan, mereka dapat menyampaikan secara langsung pada manager on duty karena di setiap gerbong dipajang nama, foto dan nomor telepon seluler dari setiap manager on duty. Termasuk jika charger telepon seluler atau BlackBerry Anda ketinggalan, pihak KA menyediakannya. Fasilitas ini mulai menghapus kesan akan terbengong-bengong di perjalanan yang cukup panjang.
Tanpa terasa, perut mulai minta diisi. Biasanya, PT KAI sudah menyediakan menu terbatas untuk para penumpangnya sesuai dengan yang telah dibebankan lewat biaya tiket. Ternyata tidak kali ini. Ada beragam menu baru yang ditawarkan restorasi yang kini ditangani oleh PT Reska. Anda dapat bebas memilih, mulai dari nasi timbel, nasi tutug oncom, nasi bogana, hingga nasi rawon. Dari steak ayam, steak sapi hingga steak cordon blue. Ditambah dengan aneka jus dan minuman lainnya. Semua tersedia dengan harga terjangkau. Anda tinggal meminta satu pramugari yang ada di tiap rangkaian gerbong untuk memesankan makanan, sehingga tidak perlu lama menahan keroncongan.
Terowongan dan Jembatan
Jika lewat jalan tol, mata Anda tidak bisa leluasa menjelajah pemandangan, maka hal itu dapat dilakukan di atas kereta. Pemandangan sepanjang perjalanan tidak kalah menariknya. Awalnya, gedung-gedung tinggi dan rumah-rumah yang padat seakan berlarian di samping kereta. Namun selepas stasiun Purwakarta, pemandangan mulai berganti dengan pemandangan khas pedesaan. Hamparan sawah, ladang, dan perkebunan silih berganti dengan rumah penduduk, dan ilalang.
Hanya sesekali kereta kami berpapasan dengan kereta lain. Maklum, rute Jakarta-Bandung memang bukanlah rute yang padat seperti halnya kereta ke arah Jawa lainnya. Meski demikian, rute ini merupakan jalur tertua di Indonesia.
Jalur kereta api Jakarta-Bandung sudah ada sejak akhir abad ke-19. Pembangunan ini dilakukan oleh Gubernur Jenderal H W Daendels yang membangun The Groote Postweg (jalur pos terhebat) hingga ke Bandung. Rel kereta api yang menghubungkan Batavia – Bandung selesai dibangun pada tahun 1880 rel dan menjanjikan perjalanan selama 2,5 jam.
Dari seluruh wilayah operasi PT KAI, Daerah Operasi II Bandung memiliki lintasan yang paling eksotis, bergunung-gunung, lembah, sungai dengan pemandangan yang sangat indah. Pada jarak sekitar 50 km antara Stasiun Padalarang dan Purwakarta saja, ada 400 jembatan dan satu terowongan, yang merupakan terowongan terpanjang yang dimiliki PT KAI.
Terowongan tersebut adalah Terowongan Sasaksaat. Terowongan ini dibangun pada masa kolonial Belanda tahun 1902-1903 untuk membuka ruas jalur kereta Karawang-Padalarang. Terowongan berlokasi di Kampung Cipicung, Desa Sumurbandung, Kabupaten Bandung memiliki panjang 950 meter yang membelah Bukit Cidepong. Konon, terowongan yang dikerjakan secara manual oleh ribuan pekerja paksa ini memiliki suasana misterius dan berbau mistis. Konon, setiap menjelang 17 Agustus masyarakat di sekitar terowongan itu memberi tumbal seekor domba jantan. Tumbal itu dipercaya untuk menolak bala.
Namun bagi para pencinta KA, terowongan ini memiliki kesan tersendiri. “Terowongan itu memiliki sejarah penting, karena merupakan terowongan pertama yang dibangun untuk jalur kereta api. Ini merupakan situs penting,” kata Sujono, anggota komunitas pencinta kereta api yang turut dalam perjalanan SP. Dia mengaku, bersama anggota komunitas pencinta kereta api sering datang ke Stasiun Sasaksaat dan terowongan itu. “Sekadar menyaksikan kereta api masuk dan keluar dari terowongan itu atau mengambil gambar,” ujarnya.
Sayang, KA Argo Gede tidak dijadwalkan berhenti di stasiun tersebut.
Pemandangan lain yang tak kalah menakjubkan adalah saat kereta melintasi Jembatan KA Cikubang. Jembatan yang terlihat di sisi kiri saat Anda melintasi Jalan Tol Cikampek berusia sama dengan Terowongan Sasaksaat. Jembatan ini panjangnya 300 meter, ditunjang empat pilar baja seberat 122 ton, sementara baja yang digunakan untuk jembatan itu beratnya sampai 394,5 ton. Dari jendela, Anda samar-samar dapat melihat aliran sungai Cikubang yang berada jauh di bawah sana. Pemandangan yang memikat sekaligus mendebarkan.
Tak bisa dimungkiri, terbentangnya rel kereta api Jakarta-Bandung turut andil mengubah bumi Priangan menjadi Kota Kembang yang kita kenal saat ini. Pada masa kejayaan kereta api itulah tumbuh hotel, kafe, dan pertokoan. Hotel Preanger dan Savoy Homann adalah hotel-hotel pilihan saat itu. Sisa kejayaan dari masa kereta api bahkan masih bisa dilihat di kompleks Braga yang hingga kini masih terdapat toko-toko eksklusif bergaya Eropa.
Tanpa terasa, perjalanan pun memasuki Stasiun Bandung. Dari stasiun kereta, Anda hanya selemparan batu dari pusat Kota Bandung. Semoga saja perjalanan kereta api akan terus senyaman ini. [Suara Pembaruan/Stevy Widia]
saya sharing juga sedikit pengalaman naik kereta jakarta bandung yah…
kereta api parahyangan jakarta bandung adai di blog k-4-s.info
jadi mengingat masa lalu
🙂
banyak yg keliru itu sejarahnya, harus direvisi lagi, cari pakar sejarah kereta api Indonesia….