Catatan perkembangan Kota Palembang terkuak di sini. Tak ketinggalan, sisi budaya masyarakat ikut membantu pengunjung mengenal tanah Sriwijaya.

Bangunan dengan padupadan gaya Eropa dan tradisional rumah limas khas Palembang itu masih tampak kokoh berdiri, tak jauh dari Sungai Musi, dan dekat kawasan Benteng Kuto Besak. Didirikan pada 1823 dan selesai 1825 di masa pemerintahan kolonial Belanda. Bangunan dua lantai ini berfungsi sebagai rumah dinas residen Belanda.

Sebelumnya, menurut kisah sejarah, keberadaan gedung tersebut merupakan keraton yang dibangun oleh Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo sekitar 1737. Namun, setelah kekalahan perang dialami pasukan Sultan, Belanda menghancurkan keraton agar tidak ada lagi sisa-sisa peninggalan kesultanan.

Selepas penjajahan Belanda, gedung tersebut tidak lagi menjadi rumah dinas, melainkan tiga kali berubah fungsi sebagai markas Jepang, lalu, teritorium II Kodam Sriwijaya diawal kemerdekaan, hingga akhirnya menjadi museum dibawah pengelolaan Pemerintah Kota Palembang. Dan, Museum Sultan Mahmud Badaruddin II atau SMB II inilah yang menjadi fokus penjelajahan Kunjung Museum edisi ini.

Sebelum melangkah masuk menelusuri sudut demi sudut ruang, pengunjung diharuskan melewati tangga setengah melingkar, terdapat di bagian luar bangunan inti. Saat tiba di pintu masuk museum, sebuah lukisan besar bergambar sosok Sultan Mahmud Badaruddin II terpajang dalam bingkai, serta merta siap menyambut kedatangan para pengunjung.

Travel Club pun diajak berkeliling melihat sejarah peradaban kota pempek itu bersama pemandu museum. Di ruang pertama, pengunjung akan menemukan ruang pamer masa Sriwijaya. Ruangan ini menceritakan awal lahirnya Sriwijaya, mulai dari penemuan nama Sriwijaya, berkembangnya kerajaan, hingga keberadaan pendeta Buddha dari Cina, I-tsing yang belajar tata bahasa Sansekerta di Sriwijaya.

Kemudian, dilanjutkan ke ruang Pra Kesultanan, ruang Masa Kesultanan Palembang, Masa Kolonialisme Belanda di Palembang, serta ruang Daur Hidup berisi benda-benda berkaitan dengan tradisi orang Palembang dalam menyiapkan peristiwa penting yang perlu diperingati, seperti kelahiran, khitanan, pernikahan dan kematian. Selain itu, terdapat juga koleksi alat musik jidur, musik tradisional yang terkenal di Sumatera Selatan.

Dari sekian banyak ruang pamer di museum tersebut, total keseluruhan koleksinya ada 566 buah. Dengan perincian sebagai berikut, koleksi arkeologika sebanyak 10 buah, etnografika sebanyak 209 buah, numismatika ada 173 buah, biologika 15 buah, keramalogika 117 buah, seni rupa 6 buah, filologika 9 buah, historika 23 buah.

Seluruh koleksi merupakan perwujudan Palembang dari masa ke masa. Termasuk didalamnya terdapat Gelumpai, tidak lain adalah naskah kuno ditulis dengan huruf ‘ULU’ diatas potongan bambu. Lalu, arca Budha Siguntang iuga menarik untuk dilihat.

Museum SMB II memang lebih banyak menyimpan peninggalan masa lampau dari sisi etnografika. Jadi, pengunjung bisa mengenal lebih jauh seperti apa budaya tradisional masyarakat Palembang.

Nah, bila Anda sedang berada di Palembang, jangan lupa untuk singgah di Museum Sultan Mahmud Badaruddin II dan nikmati sejuta pesona Sriwijaya dari dekat.

Lokasi museum
JI. Sultan Mahmud Badaruddin II No. 2 Palembang
Telp. (0711) 358450

Jadwal kunjung
Senin-Jumat Pukul 08.00-16.00 WIB
Sabtu-Minggu Pukul 08.30-16.00 WIB

Tiket
Umum: Rp. 2.000
Pelajar: Rp. 1.000,-

Sumber: Majalah Travel Club