Bangunan kuno bergaya Yunani dengan deretan pilar besar bercat putih, berdiri kokoh menyambut pengunjung yang bertandang. Inilah suasana Museum Seni Rupa dan Keramik, Jakarta, bukan salah satu gedung di Eropa.

Sejak Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata mencanangkan tahun 2010 menjadi Tahun Kunjung Museum, antusias masyarakat mulai terlihat. Menjelang akhir pekan, cukup banyak masyarakat yang menghabiskan waktu berkeliling Kota Tua. Termasuk mengunjungi Museum Seni Rupa dan Keramik. Kumpulan pelajar, orang dewasa, hingga wisatawan asing pun berkunjung di sini, untuk melihat aneka benda bersejarah.

Di awal berdiri, pada 1870, museum yang berlokasi di Jalan Pos Kota No. 2, Jakarta Barat ini, merupakan Kantor Dewan Kehakiman dalam kawasan Benteng Batavia (Ordinaris Raad van Justitie Binnen Het Kasteel Batavia).

Kemudian, dari 1973 hingga 1976, gedung itu digunakan untuk Kantor Walikota Jakarta Barat dan kemudian diresmikan Presiden Soeharto sebagai Balai Seni Rupa Jakarta. Hingga akhirnya, pada 1990 bangunan ini digunakan sebagai Museum Seni Rupa dan Keramik yang dirawat oleh Dinas Kebudayaan dan Permuseuman DKI Jakarta.

Banyak hal menarik yang bisa ditemukan di sini. Museum ini memiliki sekitar 500 karya seni rupa seperti, keramik, lukisan karya pelukis termashur, Raden Saleh dan pelukis ternama lainnya, serta ukiran kayu dari berbagai daerah di Indonesia.

Pertama kali menginjakkan kaki di sini, pengunjung bisa memasuki ruangan pamer berbagai benda keramik yang diambil dari sejumlah kapal karam dari berbagai bangsa yang tenggelam di perairan Indonesia. Dari benda-benda yang dibawa kapal-kapal ini, bisa diketahui apa saja komoditas yang diperdagangkan pada saat itu. Jalur-jalur mana saja yang dilewati, dan periode kapal itu melintas di Nusantara. Bisa diketahui pula adanya jaringan perdagangan yang terjalin di Asia pada abad ke-9 sampai abad ke-10.

Di ruang berikutnya, ada sebuah tangga besi bergaya arsitektur Eropa dengan ukiran yang sangat indah berdiri menjulang. Di tengah ruangan, terdapat penjelasan tentang situs Intan Shipwreck, kapal tenggelam yang menyimpan ratusan artefak.

Setelah selesai berkeliling di lantai satu, pengunjung bisa menuju ke lantai atas, di sana terdapat ruangan yang menyimpan berbagai koleksi keramik dari Cina, Jepang, Arab, dan Eropa. Koleksi ini berupa piring-piring dan alat makan dengan hiasan pola tertentu yang menandakan periode pembuatannya.

Lalu, beranjak ke belakang museum, ada ruang dengan koridor panjang yang menyimpan ratusan jenis lukisan, mulai dari pelukis legendaris, Raden Saleh, Abdullah, Affandi, sampai pelukis ternama lainnya.

Disamping segala macam karya seni tersebut, museum ini pun memiliki perpustakan yang memiliki buku-buku mengenai seni rupa. Menariknya lagi, di museum ini pengunjung bisa mengikuti pelatihan membuat gerabah, mulai dari teknik pinching, cetak, dan roda putar.

Museum ini buka setiap Selasa hingga Minggu, mulai pukul 09.00 sampai 15.00. Tiketnya relatif sangat murah, yaitu Rp 2.000 untuk orang dewasa dan Rp 600 untuk anak-anak. Jadi, pastikan Anda membawa kerabat berkunjung ke Museum Seni Rupa dan Keramik untuk menyelami sejarah seni rupa Indonesia.

Sumber: Majalah Travel Club