Guruh Soekarnoputra berziarah di makam ayahnya.

Lukisan Bung Karno.

Foto-foto: SP/Eko B HarsonoBendera Merah Putih, salah satu benda bersejarah.

Menyebut tempat wisata di Kota Blitar di Jawa Timur, barangkali yang tercetus pertama kali adalah makam Proklamator Republik Indonesia, Soekarno. Bila Gunung Kelud meletus, Kota Blitar dipastikan terkena dampaknya. Karena itu, ayo berwisata ziarah ke Blitar.

Seperti Guruh Soekarnoputra yang suatu ketika tampak hikmat berdoa di atas pusara sang ayah tercinta. Dua tangannya terbuka menghadap langit. Di sampingnya, Direktur Pendidikan Kesetaraan Depdiknas, Ella Yulaelawati, Ph.D juga tampak khusuk mengucap doa. Guruh tentunya memang tidak sedang berwisata ziarah, karena itu makam bapak kandungnya. Dia murni sedang berziarah. Namun bagi masyarakat umum, makam Bung Karno ini, boleh disambangi.

Makam sang Putra Fajar, Soekarno terletak di kelurahan Bendogerit, Kecamatan Sanan Wetan Kota Blitar, Jawa Timur. Makam Bung Karno, didampingi pada kiri kanan oleh Makam Ayahanda “R. Soekeni Sosrodihardjo” dan Makam Ibunda “Ida Aju Njoman Rai”.Memasuki Makam ini dimulai dari sebuah gapura Agung yang menghadap ke selatan. Bangunan utama disebut dengan Cungkup Makam Bung Karno. Cungkup Makam Bung Karno berbentuk bangunan Joglo, yakni bentuk seni bangunan jawa yang sudah dikenal sejak dahulu. Cungkup Makam Bung Karno diberi nama Astono Mulyo. Diatas Makam diletakkan sebuah batu pualam hitam bertuliskan :Disini dimakamkan Bung Karno Proklamator Kemerdekaan Dan Presiden Pertama Republik Indonesia. Penyambung Lidah Rakyat Indonesia.

“Saya sangat bersyukur karena seluruh jejak langkah bapak Bangsa terekam di sini. Begitu masuk dan melangkah ke dalam halaman kompeks makam dan perpustakaan seolah kesadaran kita dibuka untuk terus mencintai bangsa ini sampak hayat di kandung badan. Semangat patriotisme dan nasionalisme kita benar-benar tergugah. Apalagi melihat bendera pusaka asli hasil jahitan tangan ibu fatmawati,” ujar Ella.

Selain makam dalam kompleks Museum Bung Karno juga terdapat perpustakaan bertaraf internasional yang terletak disebelah selatan menyatu dengan kompleks Makam Bung karno yaitu di Jalan Kalasan no. 1 Blitar. Perpustakaan Proklamator BK dikelola oleh Perpustakaan Nasional RI melalui UPT Perpustakaan Proklamator Bung Karno (PPBK) di Kota Blitar. Di samping bangunan Perpustakaan, PPBK ini diisi dengan 2 karya seni, yang berupa Patung Bung Karno yang terletak di tengah gedung A lantai 1, serta dinding relief berisi perjalanan hidup Bung Karno yang membentang di pinggir kolam dari arah perpustakaan ke arah makam.

Relief itu akan bercerita tentang Bung Karno di masa muda, di masa perjuangan, serta di masa tuanya. Kehadiran Perpustakaan Proklamator Bung Karno di Kota Blitar merupakan ikon yang strategis, selain menambah sumberdaya yang ada di Kota Blitar juga strategis dalam rangkaian mewujudkan nation and character building Indonesia. Fungsi Perpustakaan Proklamator Bung Karno sebagai pusat studi nantinya akan memberikan sumbangan pada pembangunan manusia Indonesia, dengan kontribusi berupa “wisdom of the past” yang digali dari gagasan Bung Karno, dari hasil kajian pada umumnya. Tokoh yang lahir pada 6 Juni 1901 di Gang Pandean Surabaya bagaimana perjuangannya melahirkan bangsa bernama Indonesia dapat direkam di dua objek wisata itu.

Seluruh areal kompleks dan bangunan megah itu berdiri di atas lahan 1,8 hektare, berada di Kelurahan Bendogerit, Kecamatan Sanawetan, dan berada satu kompleks dengan makam Bung Karno itu, difungsikan sebagai perpustakaan sekaligus mini museum. Kehadiran sarana penunjang ini tentu melengkapi ”keterbukaan” makam presiden pertama RI itu, yang sekarang benar-benar terbuka untuk umum. Artinya, setiap orang yang berziarah ke makam Bung Karno bisa langsung mendekat ke pusara. Kalau toh ada pembatas, bentuknya cuma pagar kayu setinggi lutut yang dipasang secara keliling, berjarak 2,5 meter dari pusara. Pada jam-jam sepi pengunjung, para peziarah diizinkan untuk memasuki pagar ini.

Hal itu sangat berbeda dari empat tahun lalu, yaitu bangunan makam yang berbentuk joglo berukuran besar tersebut tertutup rapat oleh dinding kaca.

Peziarah hanya bisa melihat batu nisan dari luar kaca penyekat. Menurut staf Perpustakaan Proklamator Bung Karno, Budi Kustowo SE, perubahan tata ruang bangunan di makam itu terjadi pada 2001.

Saat negeri ini dipimpin oleh Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan Megawati sebagai wapresnya, dinding kaca yang membalut bangunan makam itu dibongkar total. Kini pusara Bung Karno yang diapit oleh makam kedua orangtuanya, R Sukemi Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai, benar-benar terbuka untuk umum. Artinya, setiap peziarah yang datang ke joglo makam tersebut bisa langsung menyentuh batu nisan.

Pengunjung menyaksikan foto-foto di museum dan perpustakaan Bung Karno.

Halaman perpustakaan Bung Karno.

Perpustakaan

Sedangkan perpustakaan yang makin menambah megah kompleks makam ini berdiri setahun lalu, tepatnya diresmikan oleh Presiden Megawati (saat itu) pada tanggal 3 Juli 2004. Bangunannya cukup megah, terdiri atas empat gedung bertingkat yang berjajar dua secara berhadap-hadapan, dipisahkan oleh pelataran dan kolam yang tertata secara memanjang.

Setiap pengunjung bisa memasuki perpustakaan ini secara gratis, dan tentu saja akan merasa nyaman. Sebab, bangunan ini didesain secara indah dan full AC. Kalaupun di ruangan itu kita tidak sempat membaca-baca buku, paling tidak bisa melihat gambar-gambar dan barang – barang bersejarah peninggalan Bung Karno semasa perjuangan.

Tak cuma yang realistis, hal – hal yang berbau magis dan mistis terdapat pula di sini. Antara lain kopor bersejarah, dan lukisan gambar Bung Karno yang bisa bergetar sendiri.

Lewat pengeras suara ruangan, terkadang operator juga memutar pidato Sang Proklamator yang terkenal sebagai orator.

Budi Kustowo menjelaskan, Gedung Perpustakaan Proklamator ini terdiri atas beberapa bagian. Koleksi khusus berada di Gedung A lantai 1 timur, mengoleksi otobiografi Bung Karno, buku-buku karya Bung Karno, serta buku-buku tentang Bung Karno. Masih di gedung yang sama, terdapat juga kamus, ensiklopedi, indeks, peta, dan lain-lain.

Gedung A lantai 1 barat digunakan untuk tempat koleksi foto, lukisan, dan peninggalan Bung Karno. Lantai 2 untuk mengoleksi buku-buku yang berkaitan dengan karya umum, filsafat, agama, ilmu sosial, bahasa, ilmu murni, ilmu terapan/teknologi, kesenian/olahraga, kesusasteraan, sejarah, dan geografi. Di ruangan itu juga terdapat beberapa terbitan secara berkala, seperti surat kabar, majalah, dan buletin.

Sedangkan koleksi buku-buku karangan orang luar negeri tentang Indonesia terbitan berbagai negara bisa dijumpai di Gedung B. Ruang audio visual di Gedung C, digunakan untuk menikmati koleksi audio dan visual dalam bentuk CD dengan kapasitas 100 orang.

Ruang seminar di Gedung C, untuk seminar talk show, pelatihan singkat, presentasi, dan sebagainya berkapasitas 50 orang. Satu tempat yang hingga kini belum terbangun, namun sudah masuk dalam rancangan adalah Amphi Theatre. Panggung terbuka di samping perustakaan ini diproyeksikan sebagai tempat penampilan karya budaya dan kesenian anak bangsa. [SP/Eko B Harsono]