Dingin angin Subuh terasa lembut mengelus kulit, tak menyurutkan tangan-tangan lincah mengayuh dayung di atas perahu kayu. Remang-remang lampu temaram menjadi alat penerang, setiap perahu mengangkut muatan berbeda, mulai dari sayuran, makanan tradisional, buah-buahan hingga bahan pokok kebutuhan sehari-hari. Tak sedikit pula perahu yang dirancang sebagai warung makan.

Riuh suasana pedagang dengan pembeli tawar menawar yang didominasi kaum wanita berbahasa Banjar terasa semakin menyemarakkan suasana pagi. Demikian sekelumit suasana di Muara Kuin, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Sebelum azan subuh berkumandang, aktivitas masyarakat berperahu di sungai Barito sudah dimulai pedagang berperahu yang berjualan di pasar Muara Kuin.

Entah sejak kapan rutinitas ini dimulai, tak ada yang bisa menjelaskannya dengan pasti. Kegiatan perekonomian diatas air ini sudah ada sejak jaman dahulu, bermula dari pedagang-pedagang dari sungai-sungai yang ada di Kota Banjarmasin yang bertemu. Sistem perdagangan yang digunakan awalnya adalah sistem saling bertukar barang dagangan atau yang disebut Sistem Barter.

Hingga kini, pasar terapung tetap berlangsung dan terjaga dengan baik. Meski serbuan pasar-pasar moderen begitu gencar. Pasar Muara Kuin tetap tak tergantikan. Pedagang dan barang yang dijual di sini mungkin tak berbeda dengan pasar tradisional di daerah lainnya di Indonesia. Namun, keunikan terletak pada aktivitas jual beli berlangsung di atas sebuah sungai yang melintasi Kota Banjarmasin. Pasar ini lebih populerdengan sebutan Pasar Terapung.

Pedagang di Pasar Terapung begitu antusias menawarkan dagangannya kepada calon pembeli. Biasanya si penjual yang mendatangi calon pembelinya, bukan sebaliknya. Para pembelinya pun menggunakan Jukung (sejenis perahu) untuk berbelanja. Tak jarang sering terjadi kejar mengejar pedagang dengan pembeli, mereka begitu lincah dalam mengemudikan jukungnya. Jukung merupakan istilah yang digunakan masyarakat Banjar untuk menyebut perahu kecil yang terbuat dari kayu.

Orang yang datang ke pasar ini tak hanya untuk kepentingan berbelanja, banyak juga yang sekadar ingin menikmati sarapan pagi diatas perahu yang menjual hidangan sarapan, atau berburu kudapan tradisional khas Kalimantan Selatan, tak kalah menarik dari aktifitas pasar ini adalah masih berlakunya sistem transaksi barter atau yang dalam masyarakat Banjar dikenal dengan nama bapanduk.

Sama seperti pasar tradisional pada umumnya yang berada di darat, Pasar Terapung juga memiliki ketentuan dalam mengatur lokasi tempat berjualan. Ada lokasi yang diisi dengan pedagang buah-buahan. Ada lokasi yang diperuntukkan khusus untuk pedagang sayuran dan seterusnya.

Aktivitas perdagangan pasar terapung mencerminkan kebudayaan masayarakat di Kota Seribu Sungai ini. Aliran sungai adalah kehidupan, tempat mereka tinggal sekaligus mencari kesejahteraan. Berdagang dan belanja di atas aliran sungai bukan semata upaya mencari nafkah dan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, lebih dari itu.

Mempertahankan aktifitas ini juga melestarikan sebuah warisan leluhur. Di pinggir sungai, bisa disaksikan rumah-rumah penduduk yang terapung. Wisatawan bisa bermalam dengan menyewa rumah-rumah yang disebut Lanting ini.

Untuk masayarakat lain, keberadaan pasar di atas air mungkin tak biasa. Tak heran Pasar Terapung menjadi sebuah daya tarik. Kini, Pasar Terapung tak hanya menjadi tempat trasansaksi jual-beli tetapi menjadi daya tarik wisata, melebur dan menikmati serunya berbelanja di atas sungai menggunakan perahu yang terombang-ambing digoyang ombak sungai akan menjadi pengalaman menarik berwisata di kota yang juga dikenal dengan predikat Kota Seribu Menara ini.

Pasar Terapung Muara Kuin menjadi banyak tujuan para penyuka fotografi. Aktivitas pasar ini menjadi obyek menarik untuk diabadikan. Aktivitas pasar terapung hanya berlangsung hingga sekitar pukul 8.00-09.00. Jika ingin menikmati keunikan Pasar Terapung, sebaiknya berangkat ketika hari masih fajar agar bisa lebih puas menyaksikan aktivitasnya. Waktu yang tepat, tiba di lokasi sekitar pukul 05.30 atau pukul 06.00. Selain suasana sudah ramai kondisipun sudah mulai benderang.

Cara Cepat Menuju Muara Kuin

Ada ungkapan yang mengatakan tak lengkap jika berkunjung ke Banjarmasin sebelum datang dan belanja di Pasar Terapung Muara Kuin. Begitu terkenalnya pasar ini membuat setiap wisatawan yang melancong ke Banjarmasin selalu menyisihkan waktu untuk mengunjunginya.

Untuk mencapai daerah ini tidaklah sulit. salah satu alternatif untuk mencapainya adalah melalui jalan darat. Dari pusat kota hanya butuh waktu sekitar 15-20 menit menuju Dermaga Kuin. Disarankan untuk menggunakan jalur sungai yang bisa ditempuh dari banyak dermaga di sana. Termasuk dermaga di depan Pemkot Banjarmasin.

Sekarang, terdapat perahu wisata yang menawarkan paket keliling Muara Kuin. Rute yang ditempuh perahu wisata itu dengan menyusuri Sungai Martapura, melalui Makam Sultan Suriansyah, berlanjut menyaksikan pasar terapung, setelah menikmati Pasar terapung perjalanan dilanjutkan menuju Pulau Kembang sebagai lokasi akhir. Setelah itu, ditempuh perjalanan kembali menyusuri Sungai Martapura hingga ke dermaga semula.

Sumber: Majalah Travel Club