Dalam perjalanan kali ini saya akan mengajak Anda menjelajahi Kota Cirebon. Kota yang berada diperbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah ini memiliki beberapa objek wisata yang cukup menarik, antara lain Makam Sunan Gunung Jati dan galeri kerajinan tangan khas Cirebon.
Sebelum berjalan-jalan mengelilingi Kota Cirebon, tidak ada salahnya kalau kita melihat sejarah masa lalu kota ini. Berdasarkan catatan sejarah, pada abad ke-15 dan 16 Masehi, Cirebon merupakan pangkalan penting dalam jalur perdagangan dan pelayaran antarpulau. Akibatnya, Cirebon menjadi “Jembatan” antara kebudayaan Jawa dan Sunda, sehingga tercipta suatu kebudayaan yang khas. Bukan Jawa dan bukan pula Sunda.
Dengan dukungan pelabuhan yang ramai dan sumber daya alam dari pedalaman, Cirebon kemudian menjadi sebuah kota besar. Cirebon pun pernah menjadi salah satu pelabuhan penting di pesisir utara Jawa untuk kegiatan pelayaran dan perdagangan, baik di Kepulauan Nusantara maupun bagian dunia lainnya.
Dalam naskah Carita Purwaka Caruban Nagari, disebutkan bahwa pendiri Kota Cirebon adalah Raden Walangsungsang, putra dari Prabu Siliwangi dan Nyi Mas Subalarang. Namun sumber lain menyebutkan bahwa Cirebon didirikan oleh Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah pada awal abad ke-16 dan berkembang menjadi kesultanan yang paling disegani di Pulau Jawa dan sekitarnya. Sampai akhirnya Kasultanan Cirebon terpecah menjadi tiga, sepeninggal Sunan Gunung Jati.
Dalam perjalanan Kota Cerebon, saya pun mengunjungi makam Sunan Gunung Jati. Makam keramat ini menjadi salah satu objek wisata ziarah yang kerap dikunjungi wisatawan, baik lokal maupun mancanegara. Wisata ziarah merupakan salah satu bentuk wisata yang tidak sekadar mencari kesenangan seperti perjalanan wisata lainnya.
Makam Sunan Gunung Jati terletak di Desa Astana Kecamatan Cirebon. Lokasinya berada sekitar 6 km ke arah utara Kota Cirebon. Luas areal objek wisata Makam Sunan Gunung Jati kurang lebih 20 hektar. Di dalamnya terdapat ratusan makam keturunan Sunan Gunung Jati. Letak Makam sang Sunan berada diatas bukit. Untuk mencapainya kita harus menaiki ratusan anak tangga. Setiap wisatawan yang ingin melihat makam Sunan Gunung Jati, diharuskan melepas alas kaki.
Saya tak sabar untuk segera sampai di makam tersebut. Tak sampai 15 menit, saya sudah sampai di anak tangga teratas. Disana terdapat pintu gerbang besar berwarna cokelat. Nah, dibalik pintu itulah makam Sunan Gunung Jati berada. Tidak sembarangan orang dapat masuk ke dalamnya, kecuali para Sultan Cirebon. Pengunjung hanya diperbolehkan sampai di depan pintu.
Nah, yang unik dari makam Sunan Gunung Jati ini dikelilingi tembok berporselen dari China. Baru pertama kali saya melihat ada makan yang dikekilingi tembok berhias keramik itu. Satu per satu saya memperhatikan keramik-keramik tersebut. Konon keramik-keramik itu sengaja ditempel untuk menghormati salah satu isteri Sunan Gunung Jati yang berasal dari China. Menurut penjaga makam, keramik tersebut asli dari China dan usianya ratusan tahun.
Melihat keunikan tembok Makam Sunan Gunung Jati yang berkeramik itu, wajar kalau pengunjung yang datang bukan semata berdoa atau berziarah. Melainkan juga menikmati kekhasan temboknya.
Sumber: Majalah Travel Club
Recent Comments