Jalur wisata Solo-Selo-Borobudur, dikenal sebagai jalur SSB atau Sasebo diresmikan pada 17 Oktober 2002. Diharapkan wisata agro di sekitar Selo bakal makin populer. Dan juga para wisatawan makin memahami bahwa Borobudur, Candi Buddha terbesar sejagad dan salah satu warisan dunia ini, berlokasi di Jawa Tengah.

Karena terletak di “sela” Gunung Merapi dan Merbabu, desa itu dinamakan Selo. Berada pada ketinggian 1.300-1.500m di atas permukaan laut, desa itu subur, berudara sejuk, dan alamnya memesona.

Selo juga dikenal para pendaki gunung berapi domestik maupun mancanegara karena dari jaraknya ke puncak Merapi maupun Merbabu hanya 4km. Ketinggian Merapi mencapai 2.875m, sedangkan Merbabu 3.142m. Biasanya pendakian dapat ditempuh dalam 2-5 jam, tergantung kondisi pendaki.

Jika pendakian dimulai sekitar pukul 01.00, kira-kira dapat mencapai puncak gunung menjelang fajar menyingsing. Suatu nilai tambah bagi pendaki, dapat menikmati keindahan fenomena alam terbitnya sang surya.

Secara topografi Selo berada di antara Gunung Merapi, Merbabu, Sindoro, Sumbing, Selamat, dan pegunungan kecil lainnya. Tak heran, panorama alam di objek wisata ini sungguh memukau.

Ketep Pass

Kalau datang dari Magelang atau Blabak, atau dari sisi barat, sekitar 15km sebelum Selo, kita bisa belok ke kiri mendaki bukit. Di puncaknya telah dibangun dua gardu pandang Ketep, dilengkapi Volcano Theater. Ketep Pass itu masih berlokasi di Kabupaten Magelang. Dari Kota Magelang berjarak 30km, dari Boyolali sekitar 35km, dan dari Salatiga melalui Kopeng 32km.

Dari Ketep puncak Merapi tampak lebih atraktif. Hamparan teras tanah pertanian menambah keelokan. Di dalam Volcano Theater, pengunjung bisa memperoleh informasi edukatif melalui film maupun peragaan tentang vulkanologi.

Melanjutkan perjalanan sekitar 13km, sebelum Selo, tepatnya di pinggir sebuah sekolah dasar dan di seberang kantor Kelurahan Wonolelo, juga telah dibangun gardu pandang. Dari sini para pelancong dapat menikmati keindahan puncak Merapi. Terlihat kawasan kaki gunung dengan lingkungan pedesaan nan damai.

Berlokasi di lereng bukit terdapat satu-satunya hotel, Hotel Selo Pass. Saat udara terang, dari gardu pandang dapat terlihat indahnya Merapi. Puncaknya selalu mengepulkan asap, tergantung ke arah mana angin meniup.

Hanya saja, sekitar kepundan tampak kering kelontang karena aliran lava. Sementara di lereng gunung tanaman menghijau, dengan rumah-rumah penduduk bertengger di kaki gunung. Cantiknya alam tampak dari Selo.

Hirung Petruk

Tepat di ujung jalan, tempat para pendaki memulai jalur naik, lagi-lagi terdapat gardu pandang New Selo Theater. Dari sana para pengunjung dapat memandang sisi lain. Ke arah utara terlihat desa Selo berlatar belakang Gunung Merbabu. Tampak panorama indah bersuasana pedesaan.

Kontur tanah dengan kemiringan curam, pertanian menggunakan sistem sabuk gunung atau terasering, terlihat berteras-teras lebih indah, rumah warga dikitari beraneka tanaman sayur yang tumbuh subur, terutama kol. Ada juga sayuran khas, yaitu adas, konon lezat dibuat pecel. Pohon tembakau juga banyak ditanam. Kawasan sejuk itu memang cocok untuk tembakau.

Dari Selo ke arah timur menuju Boyolali, jalan menurun curam dan berkelok-kelok tajam. Sekitar 6km dari Selo ada satu kelokan bernama Hirung Petruk. Di sana banyak pengunjung berhenti memandangi keindahan lembah menghijau. Denah kelokan jalan itu tampak seperti hidung petruk, sehingga disebut Hirung Petruk.

Di sana ada sarana flying fox, sangat diminati muda-mudi. Mereka dapat merasakan petualangan bergantung meluncur di areal lembah, sambil menikmati keindahan alam.

Selain alam, menarik pula melihat pasar di Desa Jrakah. Hari pasaran hanya pada weton Wage dan Legi. Penduduk membludak sampai menutupi jalan raya. Ada yang menjual hasil bumi dan banyak yang berbelanja kebutuhan harian.

Banyak warga desa harus berjalan kaki jauh menuju pasar itu, meski ada angkutan desa dan ojek. Banyak pula warga desa yang sudah memiliki kendaraan bermotor.

Sumber: Senior