Melihat barisan Piramida Meroe, teringat lagu lama yang pernah populer di tahun 1950-an:

“See the Pyramids along the Nile, send me photograph and souvenir…You belong to me”.

Bicara piramida, asosiasi orang umumnya negara Mesir. Piramid sebenarnya tidak hanya terdapat di Mesir. Di Meksiko, ada juga piramida peninggalan bangsa Aztec.

Masih di Meksiko juga, dari kawasan Semenanjung Yucatan, banyak dijumpai piramida peninggalan bangsa Maya, yang menyebar ke Amerika Tengah, sekarang masuk negara-negara Belize, Guatemala, El Salvador, Honduras, dan lain-lain. Baru-baru ini penulis berkunjung ke Sudan, negara tetangga Mesir, ternyata ada banyak piramida juga.

Penulis menyempatkan diri melongok kompleks Piramida Meroe, lokasinya 220 km di sebelah barat laut Khartoum, ibu kota Sudan. Meski dikatakan highway, jalur jalan raya itu terdiri atas dua lajur saja dan digunakan untuk dua jalur lalu lintas berlawanan arah.

Untuk menempuh jarak itu dibutuhkan waktu sekitar 4,5 jam. Perjalanan yang melelahkan dan membosankan karena pemandangan di kedua sisi jalan itu melulu berupa padang pasir.

Tiga dinasti

Ketika tampak barisan piramida di puncak bukit pasir, timbul lagi gairah kami untuk berwisata memasuki kompleks Piramida, yang dinamakan Royal Cemeteries of Meroe. Tak peduli harus mendaki lereng pasir yang membutuhkan tenaga ekstra.

Mencapai puncak bukit, tampak barisan piramida di tengah padang pasir yang luas. Ukurannya tak sebesar yang ada di Mesir, tapi jumlahnya banyak sekali. Kondisinya sudah tidak utuh, banyak yang rusak. Sebagian sudah diperbaiki, namun hasil restorasi itu terlihat jelas bekas perbaikan.

Lembah Sungai Nil dahulu dikenal sebagai daerah Nubia. Tercatat antara tahun 2600 SM-300 M berkuasa Kerajaan Kush. Dalam kurun ribuan tahun itu, ada tiga dinasti yang berkuasa, yaitu Kerma, Nepata, dan Meroe. Karena demikian perkasa, Nepata pada tahun 712-657 SM pernah menguasai Mesir sebagai Pharaoh Dinasti ke XXV.

Di Meroe tercatat kurang lebih ada 200 piramida. Itu adalah pemakaman kuno raja-raja Nubia, permaisuri, serta kerabat. Lokasi piramida terbagi dalam tiga kelompok, berdasarkan lokasi pusat kekuasaan ketiga dinasti.

Pernah dijarah

Pada tahun 1920-an terjadi penjarahan yang memilukan. Seorang penjelajah Italia, Giuseppe Ferlini, merusak puncak 40 buah piramida, lalu menjarah barang-barang berharga dari makam-makam raja itu.

Konon hanya dari sebuah makam ia bisa mendapat perhiasan emas, yang kemudian dijualnya ke museum di Munich dan Berlin. Puncak piramida itu ia tinggal begitu saja dalam keadaan rusak.

Direktorat Purbakala Sudan lalu merestorasinya pada tahun 1980-an. Saat dilakukan penelitian resmi, diadakan ekskavasi pada piramida berukuran lebih besar. Didapati berbagai artefak berupa senjata, busur panah, kotak penyimpanan panah, cincin pelindung jempol pemanah, peralatan kuda, furnitur, barang tembikar, gelas-gelas berwarna, dan sebagainya.

Pada dinding susunan batu piramid tampak banyak relief. Sayangnya, relief itu tampak samar karena tererosi tiupan angin yang membawa butir-butir pasir selama ribuan tahun. Bukan saja mengikis relief pada dinding batu, tapi juga terjadi penimbunan pasir di dalam ruangan dan halaman.

Naik unta

Terlihat kerja pemugaran puncak piramida dan pembuatan kapel di muka piramida. Kapel ini semacam biara atau musola. Perlu diketahui, pada ribuan tahun sebelum Masehi, agama Kristen dan Islam belum dikenal. Kiranya biara untuk warga membaca salawat, mendoakan arwah raja agar mendapat jalan lapang kembali kepada Sang Pencipta.

Pelancong yang ingin menghindari berjalan kaki di bawah terik sinar matahari dapat naik unta sekaligus menyimpan kenangan khas gurun pasir, piramida dan unta.

Sumber: Senior