Destinasi wisata religi dalam Jelajah Utama kali ini berakhir di Aceh. Sebagai pusat dari segala pusatnya penyebaran Islam di Nusantara, Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) mempunyai nilai historis budaya dan religius yang sangat kuat dan harus menjadi perhatian semua pihak.

Sebagaimana dalam sejarah, kerajaan Islam pertama di Indonesia adalah kerajaan Samudera Pasai yang posisinya terletak di pesisir pantai utara Sumatera, kini dalam sekitaran Kota Lhokseumawe, Aceh Utara.

Pada awalnya kerajaan Samudera Pasai terdiri atas dua daerah, yaitu Samudera dan Pasai. Kedua daerah itu telah lama menjadi tempat persinggahan dan tempat pemukiman saudagar Arab, hal ini diperkuat dengan bukti keterangan perjalanan Marcopolo. Dari sinilah Islam masuk pada sekitar abad ke 13.

Sejak itu Aceh menjadi pusat perkembangan pemikiran dan dakwah Islam terbesar di Asia Tenggara, sehingga Aceh dikenal sebagai sebuah kerajaan Islam yang penting pada Abad ke 16 dan 17 silam.

Seperti destinasi lainnya, wisata ziarah spiritual di NAD berupa ratusan masjid, pesantren kuno, makam raja dan kesultanan, dan tentu saja makam ulama besar. Salah satu yang kini sangat terkenal dan menjadi favorit wisatawan adalah Masjid Raya Baiturrahman yang memiliki persyaratan penuh sebagai objek wisata spiritual.

Disamping bangunan yang megah di tengah kota, masjid ini juga merupakan bangunan budaya dengan arsitektur yang sangat tinggi. Kemudian penetapan syariat Islam berlaku untuk semua wisatawan yang memasuki area masjid menjadi nilai tersendiri yang harus ditaati, seperti harus berpakaian sesuai Islam, bagi pengunjung perempuan mutlak harus memakai kerudung/jilbab.

Kembali menengok sejarah Islam di Aceh. Cirebon sebagai destinasi yang telah dibahas pada halaman muka, ternyata mempunyai hubungan yang sangat erat dengan Aceh. Bukti ini bisa kita telusuri dengan berziarah ke makam Said Syarif, seorang menteri dari Kerajaan Samudera Pasai. Beliau merupakan ayah kandung Fatahillah atau Falatehan, seorang ulama terkenal bergelar Sunan Gunung Jati, pendiri Kota Jayakarta (Jakarta), lahir di Pasai 1490 Masehi.

Makamnya terletak di Gampong Mancang Kecamatan Samudera. Makam ini dapat ditempuh dengan kendaraan sekitar 16 km sebelah timur Kota Lhokseumawe. Batu nisannya terbuat dari batu marmer bertuliskan kaligrafi indah terdiri dari ayat Kursi, surat Ali Imran ayat 18-19 dan surat At Taubah ayat 21-22.

Di dekat Makam Said Syarif, tedapat Makam Teungku Di Iboih atau Makam Maulana Abdurrahman Al-Fasi yang nisannya bertuliskan surat Al Quran yang sama dengan makam Said. Dan masih banyak makam peninggalan lain yang nisannya bertuliskan ayat-ayat Al Quran yang merupakan situs peninggalan sejarah Kerajaan Samudera Pasai. Tokoh utama yang dimakamkan pada situs Batee Balee ini adalah Tuan Perbu yang mangkat tahun 1444 Masehi.

Lokasinya di Desa Meucat Kecamatan Samudera sebelah Timur Kota Lhokseumawe. Diantara nisan-nisan tersebut ada yang bertuliskan kaligrafi yang indah yang terdiri dari Surat Yasin, Surat Ali Imran, Surat Al’Araaf, Surat Al-Jaatsiyah dan Surat Al-Hasyr.

Sumber: Majalah Travel Club