Banyak tujuan perjalanan dan wisata ke Cina. Umumnya orang yang datang ke sini sudah tidak asing lagi dengan nama-nama yang terkenal di kota Beijing, seperti Tembok Cina, Kota Terlarang (Forbidden City), Lapangan Tianamen, atau beberapa lokasi berbelanja seperti di jalan Wangfujing Beijing.

Foto-foto: Edwin Karuwal

KEJAYAAN – Salah satu tujuan wisata paling dikenal adalah Tembok Cina. Dengan berdiri megah,Tembok Cina, dikelilingi oleh pemandangan alam yang indah dan masih menjadi simbol kejayaan masa lalu bangsa Cina.

Bahkan kemegahan kota-kota besar yang berada di wilayah timur Cina, khususnya kota-kota pelabuhan Shanghai, Guang Zhou, atau Hangzhou sudah tidak asing lagi bagi wisatawan mancanegara.

Tetapi coba sekali-kali berkunjung ke wilayah yang agak ke barat misalnya Provinsi Qinghai dengan ibu kota Xining. Wilayah ini termasuk salah satu provinsi yang agak tertinggal dari provinsi lainnya, tetapi wilayah ini memiliki banyak kekayaan alam dan warisan budaya yang menarik. Provinsi ini, di kala musim panas, menjadi salah satu tujuan wisata, bagi masyarakat Cina maupun manca negara.

Karena itu, menurut beberapa pekerja hotel setempat, jangan sekali-kali berkunjung ke kota Xining tanpa memesan penginapan, hotel atau apa pun namanya, terlebih dulu. Sebab dipastikan tidak akan kebagian tempat bermalam.

Walaupun tanpa menyebut angka pasti, tetapi beberapa anggota masyarakat setempat mengatakan, Xining selalu dipenuhi wisatawan. Dan suasana di kota ini begitu riuh dan ramai.

Untuk mencapai ke kota itu, dari Beijing bisa melalui darat, kereta api, mobil, atau pesawat terbang. Tapi untuk mempersingkat waktu disarankan menggunakan pesawat terbang. Beijing-Xining, dengan pesawat terbang, hanya sekitar 2,5 jam.

Di kota Xining, banyak yang bisa disaksikan, taman bermain, restoran mulai dari yang mahal sampai di kelas kaki lima, pusat perbelanjaan dari berkriteria mol sampai di emperen toko, dan beberapa tempat hiburan lainnya.

Bila ingin ke luar kota Xining, juga banyak lokasi yang bisa dikunjungi, seperti biara-biara pendeta Buddha, misalnya Biara Kumbum, dan Biara Qutan. Ada juga Taman Nasional Kanbula, Danau Qinghai, dan Pulau Burung.

Untuk ke lokasi-lokasi itu, tidak sulit, sebab pemerintah daerah setempat memang mengutamakan jalan, baik yang bebas hambatan sampai jalan penghubung yang semuanya sudah beraspal.

Umpamanya dari Xining ke Biara Kumbum, berjarak 26 kilometer, perjalanan melalui jalan bebas hambatan hanya ditempuh sekitar 20 – 25 menit.

Biara Kumbum dibangun pada masa Kerajaan Jiaqing dari Dinasti Ming (1368-1644). Biara ini dibangun di lahan seluas 40 hektare. Bangunan ini didirikan dengan gaya masa Dinasti Han yang terdiri dari sebuah aula, kapel, dan beberapa bangunan bersejarah termasuk tempat tinggal salah seorang tokoh di Biara tersebut yaitu Panchen Lama, dan ruangan-ruangan untuk para pendeta Buddha.

Sekarang bangunan ini menjadi tempat yang dilindungi pemerintah Cina, karena sebagai tempat lahirnya Tsongkhapa, pendiri sekte Ge-lug-pa (kuning). Biara ini merupakan salah satu biara terbesar dari enam biara yang dimiliki Sekte Kuning ini di Cina.

KOKOH – Pulau Ping An yang berlokasi di seberang Pulau Xiamen Provinsi Fujian, banyak berdiri bangunan yang dulu menjadi tempat tinggal para diplomat Barat. Salah satu bangunan yang masih berdiri kokoh adalah sebuah gereja Katolik.

Di ruang aula utama, tempat ibadah, dihiasi aneka ornamen dan patung para pendiri sekte tersebut. Aroma lilin yang terbuat dari mentega dengan campuran bahan lainnya, menambah wanginya ruangan sembahyang tersebut.

Bila melakukan perjalanan ke biara itu pada musim dingin, maka siap-siap saja dengan pakaian yang tebal. Apalagi kalau ingin berlama-lama di dalam ruangan berdoa, maka akan semakin dirasakan dinginnya udara setempat.

Biara yang menghadap ke Gunung Riyue itu, selalu menjadi salah satu tempat kunjungan utama wisawatan mancanegara. Di sana bukan hanya bisa disaksikan orang beribadah, tetapi dapat juga bertemu dengan penduduk Cina yang masih berdarah Tibet.

Kota Beijing

Kembali ke Beijing, di sana biasanya orang tidak lupa ke The Great Wall atau Tembok Cina, salah satu keajiban dunia. Bangunan bersejarah ini terdaftar di Warisan Dunia oleh UNESCO tahun 1987.

Bangunan ini berdiri megah. Karena luas dan bentangannya panjang, sampai-sampai penduduk setempat menggambarkan Tembok Cina sebagai naga raksasa. Tembok Cina membentang di kawasan pegunungan yang berumput, berpasir, di daratan tinggi sepanjang 6.700 kilometer, dari timur ke barat Cina.

Dengan perjalanan sejarah lebih dari 2000 tahun, beberapa bagian Tembok Cina rusak, bahkan sudah hilang. Tetapi pemerintah Cina berusaha terus untuk memperbaikinya.

Namun demikian, tempat ini masih menjadi salah satu daya tarik wisatawan domestik dan mancanegara. Tempat wisata ini masih menjadi bagian dari arsitektur agung dunia dengan sejarah bangsa Cina yang besar.

Tidak seorang pun dapat mengatakan dengan tepat, kapan sebenarnya Tembok Cina ini dibangun. Namun secara umum diyakini bahwa bangunan itu sebenarnya adalah benteng pertahanan militer untuk menghalau serangan beberapa suku di perbatasan pada awal Dinasti Zhou.

MEGAH – Xining, ibu kota Provinsi Qinghai selain memiliki banyak tempat menarik, kehidupan penduduknya diwarnai dengan kerukunan antarumat beragama. Di salah satu sudut kota itu berdiri sebuah masjid megah dan didalamnya terdapat sebuah pesantren.

Akhir musim semi dan gugur sekitar tahun 770-476 SM, keluarga kerajaan dinasti itu memperluas pertahanan wilayah dengan membangun struktur bangunan yang “megah” untuk melindungi diri dari serangan negara-negara lain.

Sampai pada hadirnya Dinasti Qin, tembok yang terpisah dan dibangun oleh kerajaan Qing, Yan, dan Zhao, dapat dihubungkan dengan sebuah bentuk sistem pertahanan di wilayah utara perbatasan kerajaan. Kerajaan itu ialah Qing Shi Huang atau Qing Shi Huangdi, yang oleh pihak Barat disebut Kerajaam Pertama (First Emperor).

Setelah kerajaan itu menyatukan wilayah-wilayah di sekitarnya sekitar tahun 214 SM, dia memerintahkan untuk membangun tembok. Pembangunan tembok itu membutuhkan waktu 10 tahun. Dan tembok itu membentang dari Linzhao (bagian timur Provinsi Ganzu) di barat ke Liaodong (sekarang Provinsi Jilin) di sebelah timur. Akhirnya, tembok itu bukan hanya sekadar pertahanan di sebelah utara, tetapi juga menjadi lambang kemegahan kekuasaan kerajaan.

Semasa berkuasannya Dinasti Qin, sebuah suku yang menyebut diri Xiongnu, hidup di utara Cina. Mereka konon sering memporakporandakan wilayah perbatasan di utara.

Karena itu, selama Dinasti Han, Kerajaan Wu (Han Wu Di), mengirim tiga utusan untuk menumpas Xiongnu pada tahun 127 SM, 121 SM dan 119 SM. Akhirnya Xiongnu bisa diusir keluar dan lari ke wilayah utara Gobi. Untuk memelihara keamanan Koridor Hexi (sekarang Provinsi Gansu), pihak kerajaan memerintahkan agar tembok itu diperluas ke wilayah barat hingga mencapai koridor itu dan wilayah Xinjiang.

Bila berniat berjalan menelusuri Tembok Cina sebaiknya dilakukan pada musim panas. Perjalanan pada musim dingin dikhawatirkan suhu di lokasi bisa mencapai -5 derajat celsius.

Namun bila sudah berjalan beberapa anak tangga, dinginnya suhu tidak dirasakan lagi. Badan terasa panas karena menaiki anak tangga yang terkadang curam.

BERDOA – Masyarakat Cina berdarah Tibet banyak mengunjungi Biara Kumbum. Di lokasi tersebut ada beberapa ruang untuk berdoa, dan setiap ruangan memiliki fungsi masing-masing.

Di sepanjang perjalanan, para wisatawan bisa menyaksikan kawasan pegunungan di sekitar Tembok Cina. Bahkan perjalanan dari satu tangga ke tangga lainnya, tidak terasa lelah, karena setiap orang bisa berjalan beriring-iringan sambil bernyanyi bersama rombongan wisatawan lainnya.

Memang bagi wisatawan yang tidak kuat menelusuri perjalanan Tembok Cina, bisa beristirahat, dan berfoto bersama, dengan latar belakang pemandangan yang menakjubkan.

Bangunan Tembok Cina ini cukup terawat. Karena memang pemerintah setempat merawat dengan baik setiap sudut dan sisi bangunan bersejarah tersebut.

Walaupun demikian beberapa informasi yang ada menyebutkan masih ada tempat atau menara yang rusak dan reruntuhan di sisi Tembok Han di kawasan Dunhuang, Yumen, Yungguan.

Menurut data yang dilansir TravelChinaGuide.Com, Reruntuhan Tembok Han ditemukan dekan Lopnur di wilayah Xinjiang Cina. Tembok Cina yang berdiri sekarang di Beijing adalah bangunan yang berdiri warisan Dinasti Ming (1368-1644). Pada masa ini, batu-batu, granit digunakan oleh para pekerja untuk membuat fondasi tembok itu.

Untuk memperkuat pertahanan pengawas oleh militer di wilayah utara, otoritas Ming membagi Tembok Cina menjadi sembilan zona, dan masing-masing diawasi oleh tentara Zhen, tentara yang ditempatkan di benteng itu.

Tembok Ming membentang dari Sungai Yalujiang (sekarang Provinsi Heilongjiang) melontasi Liaoning, Hebei, Mongolia, Shanzi, Shaanxi, dan Provinsi Ningxi, sampai ke Guansu. Panjang bentangan tembok itu mencapai 12.700 li (lebih dari 5.000 kilometer). Celah atau lorong Shanhaiguan and Jiayuguan adalah dua lorong yang masih terpelihara baik.

Sekarang, tembok itu menjadi tempat yang dapat disaksikan oleh siapa saja. Beberapa hanya dapat mengatakan Wow, bila mereka berdiri diatas menara dan menyaksikan “naga raksasa” ini.

Berabad-abad lamanya tembok itu menjadi kebanggaan rakyat Cina. Menjadi lambang kemegahan peradaban zaman sejarah Cina.

PEMBARUAN/EDWIN KARUWAL