Air laut jernih, halus pasir pantai putih, dan keindahan taman bawah laut menjadikan Kepulauan Banda obyek wisata lengkap.
Salah satu daya tarik pariwisata Kepulauan Banda adalah keindahan taman lautnya, yang bertebaran jauh di kedalaman. Tak salah memang jika taman taut di Kepulauan Banda menjadi magnet kuat menjadi daya pikat wisatawan, khususnya penggemar olahraga menyelam. Terumbu karang yang tersebar di kepulauan ini adalah yang terkaya di dunia. Dari 700 jenis karang di dunia, sekitar 432 jenis karang (64 persen) terdapat di Kepulauan Banda. Sungguh potensi yang menakjubkan.
Banda secara administratif masuk dalam Kabupaten Maluku Tengah. Ada tiga pulau besar dari 11 pulau yang terdapat di sini. Ketiga pulau tersebut adalah Pulau Neira, Pulau Banda Besar, dan Pulau Gunung Api. Tujuh pulau sisanya merupakan pulau-pulau kecil, yang memiliki pantai indah dan berpasir halus.
Setidaknya terdapat sekitar 52 lokasi penyelaman di sini. Setiap titik penyelaman memiliki keindahan dan kekayaan biota laut yang tidak terdapat di tempat lain. Beberapa referensi menyarankan, jika ingin menyelam di kepulauan ini waktu yang tepat adalah pada Maret-April atau September-Oktober, saat ombak dan angin laut bersahabat.
Sonegat Arm, merupakan salah satu dive site terdekat dari Kota Banda Neira. Kawasan ini terletak antara Pulau Neira dan Pulau Gunung Api. Ikan-ikan penghuni lokasi ini antara lain emperor angelfish dan blue girdled. Selain itu Keraka Island, pulau ini pun memiliki pantai yang menakjubkan. Di lokasi ini terdapat large blue dan yellow tunicates yang menutupi sebuah mini-wall setinggi 18 meter.
Sementara jika menyelam di lokasi Batu Belanda, selain keindahan barrel, tube sponge, beragam jenis ikan dari kelompok large emperor, blue girdled angelfish, wrasses, large pinnate batfish, akan menjadi teman yang menyenangkan.
Lokasi lain yang juga kaya jenis ikan terdapat di Pulau Hatta. Ikan-ikan cantik seperti rainbow runners, unicornfish, fusiliersm jack fish, bisa dijumpai di sini. Terdapat juga dari jenis whitetip sharks, napoleon wrasse, dan hawksbill turtles.
Di pulau yang berjarak sekitar 25 kilometer dari Pulau Banda-Neira ini terdapat skaru atoll. Masih banyak lagi lokasi penyelaman yang menawarkan permadani bawah air seperti di Pulau Sjahrir, Pulau Ay, Pulau Lontar, dan Pulau Gunung Api.
Bukan hanya taman bawah air yang di miliki Banda, kepulauan yang terletak di sebelah tenggara ibukota Maluku ini memiliki daratan yang subur. Bangsa-bangsa Eropa sudah mengetahui kekayaan alam kepulauan Banda sejak abad ke-15 silam.
Keberadaan rempah-rempah yang melimpah di sini, jadi salah satu alasan utama para pelaut dari belahan dunia lain rela menerjang badai dan ombak besar menuju Kepulauan Banda. Nama Banda pun kemudian kondang sebagai tempat penghasil rempah-rempah nomor wahid di dunia.
Di abad pertengahan, Banda menjadi pusat rempah-rempah, ini membuat bangsa- bangsa Eropa rela menjaganya mati-matian agar tak jatuh ke bangsa lain.
Orang-orang Portugis menjadi bangsa Eropa pertama yang menginjakkan kakinya di sini. Mereka menjadi arsitek awal pembangun kawasan Banda. Kolonial Belanda kemudian melanjutkannya dengan konsep gaya Eropa.
Jejak-jejak peninggalan para pemburu rempah-rempah itu masih bisa disaksikan hingga saat ini. Kokohnya benteng-benteng pertahanan di kepulauan ini menjadi bukti, begitu pentingnya kawasan ini di mata bangsa Eropa kala itu, saat masa Gold-Glory-Gospel.
Beberapa peninggalan masa penjajahan yang masih bisa disaksikan antara lain Benteng Nassau. Awalnya, pondasi Benteng ini dibangun orang-orang Portugis pada 1609. Sebelum rampung membangun benteng, Portugis keburu diusir Belanda. Pembangunan benteng ini pun dilanjutkan Belanda pada 1617.
Satu lagi benteng yang masih terjaga baik, Benteng Belgica, namanya. Keindahan benteng yang dibangun Pieter Both ini banyak membuat wisatawan mancanegara kagum dengan bentuk arsitekturnya yang berbentuk segi lima. Selain kedua benteng itu, terdapat ada pula benteng Hollandia di Pulau Lontar dan Benteng Revenge yang berlokasi di Pulau Ay.
Bangunan yang tak kalah menarik untuk dikunjungi adalah Istana Mini. Pada masa lalu, Bangunan ini digunakan sebagai tempat tinggal para petinggi VOC dan NHM. Didirikan pada 1622, Istana Mini berfungsi sebagai gudang penyimpanan rempah-rempah.
Banda masih memiliki rumah-rumah bekas peninggalan zaman penjajahan. Salah satunya, bangunan tua yang sekarang digunakan sebagai Kantor Polisi Sektor Pulau-Pulau Banda. Kondisi bangunan ini masih terawat baik. Terdapat pula sebuah gereja tua yang dibangun Mauritz Vantzius dan Johan Wilhelm Hoeke. Masa pembangunan gereja ini dimulai 20 April 1873 hingga 23 Mei 1875.
Pada awal 1900-an, Banda Naira (kadang disebut “Neira”) pun dijadikan sebagai tempat pengasingan pejuang kemerdekaan. Tokoh-tokoh bangsa yang pernah dibuang di sini adalah Mohammad Hatta, Sutan Sjahrir, dr Cipto Mangunkusumo (1928), Iwa Kusumasumantri (1930), serta beberapa anggota organisasi Sjarikat Islam (SI) pernah merasakan masa getir di tempat pembuangan ini.
Rumah pengasingan para pejuang bangsa itu menjadi saksi bisu sejarah Banda Neira dan negeri ini. Beragam cerita duka dan perjuangan tersimpan apik di rumah-rumah bekas tempat pengasingan tersebut. Kini, lokasi-lokasi tersebut menjadi obyek wisata sejarah yang menarik untuk dikunjungi.
Aktivitas wisata alam lain yang tak kalah menarik untuk di coba adalah mendaki Gunung Api yang berada di Pulau Gunung Api. Meski hanya memiliki ketinggian kurang dari 1.000 meter, gunung ini tetap punya daya tarik dan cukup menantang untuk ditaklukkan. Anda tertantang mencumbui di alam indah kepulauan ini?
Sumber: Majalah Travel Club
Recent Comments