Gereja Katedral di Ho Chi Minh yang merupakan peninggalan Pemerintah Prancis.

Gereja Katedral di Ho Chi Minh yang merupakan peninggalan Pemerintah Prancis.

Perjalanan panjang menuju kemerdekaan membuat sejarah Vietnam tak lepas dari peperangan. Kini, setelah 33 tahun merdeka, geliat Vietnam, khususnya di kota terbesar dan termaju, Ho Chi Minh, mulai terasa. Vietnam menjadi negara tujuan investasi yang menarik bagi Jepang, Singapura, Taiwan, dan Malaysia. Bahkan, sejumlah pengusaha Indonesia pun melirik negara yang sampai sekarang tetap dikendalikan partai komunis.

Kenyataan itulah yang membuat PT Indonesia Air Asia mengembangkan sayap dengan membuka penerbangan langsung Jakarta-Ho Chi Minh selama empat kali seminggu. Di samping memperlancar urusan bisnis dan perdagangan, dunia wisata pun diharapkan ikut berkembang. Saat ini, jumlah orang Vietnam yang ke Indonesia mencapai 40.000, sebaliknya dari Indonesia hanya 22.000.

Menurut Wakil Direktur Departemen Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata Vietnam La Quoc Khanh, Vietnam sangat berharap jumlah orang Indonesia yang melancong ke sana terus bertambah. Tak heran bila pemerintah setempat gencar mempromosikan tempat-tempat wisata di negara tersebut, khususnya di seputar Ho Chi Minh.

Salah satu tempat tujuan wisata utama adalah Terowongan Cu Chi. Tempat wisata yang satu ini memang selalu direkomendasikan biro-biro perjalanan dan wisata Vietnam, karena terkait langsung dengan sejarah perjalanan negara itu. Orang Vietnam sangat bangga karena mampu lepas dari cengkeraman negara adidaya, Amerika Serikat, setelah sebelumnya dikuasai Tiongkok dan Prancis. Sejarah panjang menuju kemerdekaan tak lepas dari Terowongan Cu Chi, yang terletak 70 kilometer di utara Ho Chi Minh.

Halaman depan Istana Presiden Vietnam Selatan. Sejak Vietnam Utara dan Selatan bersatu pada 1976, pusat pemerintahan berpindah ke Hanoi dan istana ini difungsikan sebagai objek wisata.

Halaman depan Istana Presiden Vietnam Selatan. Sejak Vietnam Utara dan Selatan bersatu pada 1976, pusat pemerintahan berpindah ke Hanoi dan istana ini difungsikan sebagai objek wisata.

Terowongan ini dibangun selama perang melawan Prancis mulai 1945 sampai 1954, karena para pejuang Vietnam membutuhkan tempat persembunyian. Terowongan ini tepatnya mulai dibangun pada 1948. Semula hanya dibuat sepanjang beberapa kilometer. Namun, pada 1961 sampai 1965, saat Amerika menjajah negeri tersebut, pembuatan terowongan diperpanjang hingga mencapai 200 kilometer dan memiliki tiga lantai. Gencarnya serangan tentara Amerika membuat para pejuang dan keluarganya terpaksa tetap tinggal di bawah tanah. Bahkan, terowongan itu berubah menjadi “desa di bawah tanah”, karena semua aktivitas manusia bisa dilakukan di bawah tanah. Tempat itu pernah menampung 10.000 orang. Selain tempat tinggal, di situ ada sekolah, rumah sakit, dan bengkel pembuatan senjata.

Bagaimana mereka bisa hidup di bawah tanah? Kebutuhan utama manusia, yakni udara untuk bernapas diperoleh dari ventilasi yang dibuat di permukaan tanah. Ventilasi itu berada di “rumah semut” yang dirancang untuk mengelabui musuh. Selain berfungsi sebagai lubang udara, ventilasi itu bisa digunakan untuk memantau pergerakan lawan. Air untuk kebutuhan sehari-hari diperoleh dari Sungai Saigon yang mengalir tak jauh dari lokasi itu.

Pekerja di Terowongan Cu Chi yang mengenaikan seragam tentara Vietkong memperagakan cara bersembunyi di lubang sedalam 1,5 meter.

Pekerja di Terowongan Cu Chi yang mengenaikan seragam tentara Vietkong memperagakan cara bersembunyi di lubang sedalam 1,5 meter.

Wisatawan yang datang ke tempat itu diajak merasakan suasana peperangan lebih dari 30 tahun lalu. Suara tembakan senjata yang berasal dari tempat latihan menembak seolah membawa pengunjung ke kancah peperangan. Sejumlah diorama, seperti tempat pembuatan senjata, tempat peristirahatan tentara, dapur, rumah sakit, ada di sana. Pengunjung juga bisa menyaksikan berbagai model jebakan mematikan yang dibuat tentara komunis Vietnam yang dikenal dengan sebutan Vietkong. Bahkan, pengunjung juga bisa mencoba bersembunyi di lubang sedalam satu setengah meter, seukuran tubuh manusia dan melewati terowongan sepanjang maksimal 40 meter. Untuk masuk terowongan diperlukan keberanian dan keteguhan hati. Apabila Anda mudah panik dan takut kegelapan, sebaiknya tak perlu mencoba masuk terowongan!

Wisatawan bersampan di anak Sungai Mekong.

Istana Presiden

Selain Cu Chi, juga masih ada objek wisata sejarah lainnya yang bisa dikunjungi. Salah satunya adalah Istana Presiden Republik Vietnam Selatan. Sebelum bersatu pada 1976, Republik Sosialis Vietnam memang terpecah menjadi Republik Vietnam Selatan dengan ibu kota Ho Chi Minh (sebelumnya Saigon) dan Republik Demokratik Vietnam (Vietnam Utara), berpusat di Hanoi.

"Rumah Semut" berfungsi sebagai ventilasi dan tempat memantau pergerakan musuh.

"Rumah Semut" berfungsi sebagai ventilasi dan tempat memantau pergerakan musuh.

Perpaduan arsitektur Prancis dan Vietnam yang didominasi tiang-tiang beton menyerupai bambu dan jendela-jendela besar membuat istana ini tampak megah. Ruang kerja presiden, ruang rapat presiden dengan para menteri, hingga helipad, masih terawat dengan baik.

Tak hanya itu, di pusat Kota Ho Chi Minh juga bisa dijumpai gereja katedral peninggalan Prancis. Gereja Katolik dengan patung Bunda Maria di depannya memiliki panjang 133 meter, lebar 21 meter, dan tinggi 55 meter. Para wisatawan penganut Katolik bisa memanjatkan doa sambil menempelkan tangan di patung setinggi 10 meter itu. Di sebelah gereja, masih tegak berdiri kantor pos dengan bangunan bergaya Prancis.

Rasanya belum lengkap kalau wisatawan tak menyusuri Sungai Mekong saat berkunjung ke Vietnam. Selain mengarungi sungai dengan kapal motor, pengunjung juga bisa menyusuri anak-anak Sungai Mekong dengan sampan yang umumnya didayung perempuan-perempuan paruh baya. Di sekitarnya ada beberapa pulau, seperti Pulau Unicon, Pulau Kura-kura, Pulau Phoenix, dan Pulau Naga. Di pulau-pulau itu tumbuh subur tanaman tropis, seperti nanas, rambutan, sawo, durian, dan lengkeng. Permen kelapa pun bisa dinikmati di tempat tersebut.

Lalu, bagaimana dengan wisata belanja? Untuk yang satu ini, Ho Chi Minh masih kalah dibanding Jakarta, Singapura, atau Hong Kong. Ho Chi Minh hanya memiliki satu pasar tradisional yang dianggap layak, yakni Ben Thanh. Pasar yang beroperasi mulai pukul 10.00 sampai 24.00 waktu setempat ini, antara lain menjual cendera mata dan berbagai oleh-oleh.

Wisatawan bersampan di anak Sungai Mekong.

Wisatawan bersampan di anak Sungai Mekong.

Pada malam hari, wisata-wan dapat melihat indahnya gedung-gedung di pusat Kota Ho Chi Minh dari atas kapal pesiar yang berputar-putar di Sungai Saigon. Makan malam di atas kapal memberi kesan tersendiri dalam rangkaian wisata ke kota terbesar di Vietnam itu. Ho Chi Minh mulai menggeliat dan terus mempercantik diri untuk menarik wisatawan asing. Bagaimana dengan Jakarta dan daerah tujuan wisata di Indonesia lainnya? Semoga kita terus berbenah, sehingga mampu mendatangkan wisatawan mancanegara lebih banyak lagi, termasuk dari Vietnam. [SP/Anselmus Bata]

Sumber: Suara Pembaruan