Pergelaran Seni Budaya Yogyakarta menampilkan beragam karya seni adiluhung. Kegiatan penuh daya pikat ini mampu menyedot wisatawan.

Gempa berkekuatan 7,3 skala richter telah meluluhlantakkan sebagian besar wilayah Provinsi DI Yogyakarta. Bukan hanya memakan korban jiwa dan harta benda warganya, bencana alam ini pun ternyata telah berdampak terhadap sektor pariwisata propinsi yang dipimpin Sri Sultan Hamengkubuwono X ini.

Pasca gempa, pemerintah propinsi segera melakukan pemulihan dan pembangunan kembali, termasuk bergiat membangkitkan sektor pariwisata yang menjadi andalannya. Berbagai upaya promosi pun kembali digelar.

Tahun ini, Kota Yogyakarta memperingati harijadinya yang ke-262 tahun. Seiring itu kantor perwakilan Provinsi Yogyakarta di Jakarta kembali menggelar acara Gelar Seni Budaya Yogyakarta. Kegiatan ini telah di selenggarakan sejak tahun 2000.

Lentik jemari dan gerak tubuh para penari yang amat lentur seakan menyihir para penonton yang terpukau menyaksikan pementasan tari Beksan Kridaning Kusumo, di Anjungan Daerah Istimewa Yogyakarta, Taman Mini Indonesia Indah. Alunan harmonisasi gamelan yang mengiringi, makin membius setiap penonton. Riuh decak kagum memuji keindahan gerak sarat makna itu.

Itulah sekelumit gambaran suasana dalam acara pergelaran kesenian di acara Gelar Seni Budaya (GSB) Yogyakarta di TMII, 30 Oktober hingga 1 November 2009 lalu. Terik matahari yang menyengat seakan tak menghalangi para pengunjung untuk menikmati pergelaran hingga usai. GSB tahun ini adalah pelaksanaan yang ke-9 kalinya.

Pergelaran kesenian di mulai dengan kirab budaya yang menampilkan iring-iringan Manggoloyudo, Prajurit Keraton Yogyakarta, Prajurit Puro Pakualaman, Jathilan Gaul, dan rombongan kesenian empat kabupaten serta satu kota di propinsi Yogyakarta.

Setelah pawai keliling TMII, acara dilanjutkan dengan berbagai pementasan tari. Setiap peserta berkesempatan menujukkan kerativitasnya dalam berkesenian. Pementasan dibuka dengan suguhan memukau Jathilan Gaul dari Kota Yogyakarta dengan busana yang menarik dan aksi yang atraktif.

Setelah itu dilanjutkan Sendratari Dewi Sri Angreksa Bumi dari Kabupaten Bantul, Tari Incling Rengis dari Kabupaten Kulon Progo, Tari Topeng Poleng dari Kabupaten Sleman, Tari Jelantur dari Kabupaten Gunung Kidul, Batik Rengganing Busana dari Kota Yogyakarta, dan terakhir ditutup dengan Mbesem Songsong Mataram dari Dinas Kebudayaan Propinsi DI Yogyakarta.

Salah satu daya tarik utama pariwisata Yogyakarta selama ini adalah seni dan budaya tradisionalnya yang adiluhung. “Kami harus mampu meningkatkan kualitas pertunjukan yang kami suguhkan. Juga harus terns berpromosi, karena tanpa promosi keluhuran dan keunikan seni dan budaya ini tak akan banyak di ketahui masyarakat,” kata Djoko Dwiyanto, Kepala Dinas Kebudayaan Propinsi DIY.

“Untuk kunjungan wisatawan, kami upqyakan untuk meningkatkan kualitas, ukuran keberhasilan dengan berpatok pada jumlah, itu paradigma lama. Perlu ditingkatkan kualitas pelayanan dan pengemasan paket wisata, termasuk pementasan seni dan budaya, sehingga mampu membuat wisatawan tinggal lebih lama,” kata Djoko, memaparkan.

Sikap positif pun di tunjukkan para pengunjung yang datang. Gelar Seni dan Budaya ini menjadi acara yang potensial untuk menjadi daya tarik bagi dunia pariwisata dan mengenalkan kepada masyarakat tentang seni dan budaya tradisional di Propinsi DIY.

“Bagus sekali acara seperti ini, selain menjadi daya tarik wisata juga sebagai pengenalan kepada generasi muda tentang kesenian tradisonal khususnya dari Propinsi Yogyakarta,” kata Mia Nurfitriani, pengunjung asal Ciledug yang datang bersama keluarga.

Hal senada juga diungkapkan Irwan Riyadi, pengunjung asal Kranggan. “Kegiatan bagus sekali, ditengah minimnya pertunjukan kesenian tradisional di Jakarta, dan terpenting adalah promosi agar masyarakat luas bisa lebih tahu pergelaran ni,” kata pria yang rutin menonton berbagai pertunjukan tradisional ini.

Anda tertarik untuk menyaksikan, nantikan kehadiran GSBYogyakarta tahun depan. Sekali rengkuh, pelestarian seni dan budaya dapat makin ditingkatkan.

Sumber: Majalah Travel Club