curug-cileatDesa Cibogo Kecamatan Cisalak – Subang
PT. Perhutani

Lokasi curug ini terletak di Kecamatan Cisalak Kab. Subang, dengan ketinggian curug ± 100 m, ditambah udara yang sejuk dan akan bermunculan pelangi-pelangi kecil memantul dari air terjun jika matahari pagi memancar. Selain itu, obyek wisata ini merupakan tempat ideal bagi penggemar kegiatan berkemah.

Aksesibilitas

Untuk menuju ke lokasi ini belum dapat dilalui oleh kendaraan, sehingga pengunjung harus berjalan kaki beberapa kilometer. Adapun jarak dari kota Subang ± 37 km, ke arah selatan, jarak dari kota Bandung ± 62 km, ke arah utara, jarak dari kota Jakarta ±180 km, arah selatan via Subang.

Daya tarik utama di lokasi curug Cileat adalah sebuah air terjun dengan ketinggian 100 meter. Tumpahan airnya membentuk sebuah kubangan atau kolam yang sangat besar dengan radius hampir 40 meter. Wisatawan dapat bermain air dan berendam didalamnya. Butiran-butiran air yang sangat halus bertebaran terbawa aingin dan bisa membasahi pengunjung pada jarak 50 m. Pada senja hari menciptakan bentangan pelangi yang sangat indah.
Di Kampung Cibago Desa Mayang terdapat potensi Cultural Tourism dimana kehidupan sehari-hari masyarakat tradisional Sunda masih sangat kental, diantaranya:

  • Kesenian Sunda yang masih asli: Kecapi suling dan beluk (beluk adalah sejenis kesenian yang dilakukan oleh 2 orang pria, dimana yang satu membaca “wawacan”/hikayat buhun, baris demi baris dan yang satunya mengikutinya dengan cara dinyanyikan
  • “Ngawuluku” yaitu membajak sawah dengan menggunakan kerbau sambil menyanyi tradisional (kia…………kia …………..mideur). Pengunjung bisa langsung menikmati menaiki wuluku yaitu alat untuk membajak sawah yang ditarik oleh kerbau berkeliling dalam kotakan sawah.
  • “Ngahuma” menanam padi di lahan kering yang merupakan tradisi asli masyarakat Sunda (dalam sejarahnya masyarakat Sunda tidak mengenal budaya sawah)
  • “Ngaderes gula kawung” atau menderes pohon aren untuk diambil niranya dan dibuat gula kawung. Atraksi yang bisa dinikmati berupa penderesan pohon aren (memanjat, membacakan jampi-jampi dan mengambil nira/lahang) dan memasak air lahang menjadi gula aren untuk langsung dinikmati dan dibawa pulang sebagai oleh-oleh.