Banyak anak sekarang tidak tahu dari mana asalnya nasi yang mereka makan setiap hari. Bahkan banyak yang tidak bisa membedakan mana sapi dan domba. Maklum saja anak-anak itu, terutama yang hidup di perkotaan tahunya nasi itu langsung disajikan dari pemasak nasi. Mereka juga hanya kenal sapi yang putih berbercak cokelat seperti yang sering ada reklame.

Sawah menghijau dengan latar belakang para petani membajak sawah.

Anak-anak belajar memancing ikan.

Namun, di liburan kali ini sejumlah anak-anak dari Sanggar Kreativitas Bona Depok yang berusia dua hingga lima tahun diajak mengunjungi rumah Pak Tani di Kebun Wisata Agro Pasir Mukti, Citeureup, Bogor, Jawa Barat. Di sana mereka berkenalan dengan lingkungan alam pertanian yang sesungguhnya.

Antusias anak-anak mengunjungi rumah Pak Tani sudah terasa sejak awal keberangkatan. Perjalanan selama satu jam dari Depok ke lokasi yang terletak di diantara desa Tajur Pasirmukti dan Gunungsari dengan bus tidak membuat anak-anak itu menjadi lelah. Apalagi di kiri kanan jalan pemandangan terus berganti. Dari kawasan perumahan yang padat, jalan tol hingga pabrik semen yang terus menerus mengeluarkan asap.

Begitu tiba, rombongan yang terdiri dari puluhan anak balita yang didampingi orangtuanya langsung dipapar dengan lingkungan yang asri namun alami. Panas yang cukup menyengat tidak dihiraukan. Mereka sudah tidak sabar menemui hal-hal menarik yang terhampar di hadapan mereka.

Di lahan yang meliputi tiga desa itu tersedia beragam kegiatan peternakan dan pertanian. Anak-anak segera menjadi “anak desa”. Mereka mendapat kesempatan memberi makan bebek, memberi makan ikan, memberi makan kambing dan memancing. Melihat kebun anggrek, kebun pembibitan tanaman buah-buahan, mengenal tanaman obat-obatan, serta memetik buah. Dalam kegiatan tersebut para pemandu menjelaskan tentang terbuat dari apa makanan ternak, unggas dan ikan itu, jenis-jenis bunga anggrek seperti dendtobium, phalaenopsis, oncisidium, cattleya serta berbagai tanaman hias yang indah.

Meski tidak semua anak memahami apa yang “diocehkan” para pemandu tersebut mereka terlihat begitu antusias mengikuti segala instruksi yang diberikan. Lihat saja Ken (2 tahun 10 bulan) yang begitu gembira melemparkan pelet pada sekumpulan bebek yang datang ke tepi danau. Berulang-ulang dia meminta kepada instruktur untuk memberikan lagi wadah berisi makanan agar dia dapat melemparkannya kepada bebek-bebek itu. Dia menjerit penuh rasa bangga karena makanan yang dia berikan dihampiri kumpulan ikan. “Lihat, ikannya makan banyak,” ujarnya kepada Chandra sang ayah yang mendampingi.

Antusias juga terlihat di kolam pemancingan ikan. Anak-anak yang diberi kail segera berdiri di tepi kolam dan berusaha melemparkan kailnya untuk menangkap ikan mas, nila, gurame dan patin. Seperti Jodi (2,5 tahun), dia berulang kali melemparkan kail yang sudah diberi umpan cacing ke tengah kolam. Padahal awalnya dia sempat geli melihat cacing yang menggeliat dalam wadah yang dipegang ibunya, Intarti. Dengan bantuan sang Ibu, seekor ikan bawal berhasil ditangkapnya. “Hore aku dapat ikan,” serunya sambil berlompat-lompat kegirangan. Hanya saja, karena ikan itu masih sangat kecil oleh ibunya ikan itu dikembalikan lagi ke kolam.

 Foto-foto: SP/Stevy Widia - Pembibitan Anggrek.

Memberi makan angsa.

Memetik jeruk

Takjub

Pengalaman itu sangat menyenangkan. Mereka bisa mengenal alam lebih dekat termasuk melihat hewan unik seperti kambing bertanduk empat dan burung jalak. Seru! Karena ternyata tak banyak anak yang melihat hewan ternak dengan jarak sedekat itu.

Mereka berseru-seru takjub ketika melihat seekor sapi yang tertambat dekat pematang sawah. Beberapa anak yang penasaran langsung mendekati sapi putih yang rupanya sedang beristirahat dari membajak sawah. “Lihat Pak, itu domba!” kata Ken dengan yakin. “Bukan nak itu sapi,” jelas bapaknya. Rupanya dia selama ini mengenal sapi dengan wujud putih berbercak cokelat seperti yang sering ditampilkan reklame. Begitu melihat sapi-sapi itu menarik bajak di sawah dia pun ingin ikut terjun.

“Dasar anak iklan,” demikian komentar sejumlah orangtua menyaksikan ulah anak-anak mereka yang terkagum-kagum dengan aksi hewan yang ada di Pasir Mukti. Sepertinya di mata anak-anak itu atraksi ikan, bebek, kambing dan sapi sedasyat atraksi ikan hiu, lumba-lumba atau bahkan dinosaurus.

Kegiatan menjadi anak tani itu menurut Asih Wijayanti, Kepala Sanggar Bona Depok, akan memperkaya pengalaman hidup bagi anak-anak. “Saya ingin anak-anak sejak dini bisa mengenal alam dan lingkungan sekitar mereka. Paling tidak, mereka tahu dari mana sumber makanan mereka temui sehari-hari seperti nasi, daging, ikan dan sayur,” katanya.

Orangtua pun turut mendukung. “Saya ingin anak saya dapat berinteraksi dengan lingkungan dan alam sehingga dia dapat menghargai alam itu sendiri,” ucap Chandra. Hal senada juga diungkapkan Yosep ayah dari Yota (3). “Kegiatan ini mendekatkan anak saya pada kehidupan pertanian seperti yang saya kenal ketika kecil. Paling tidak dia mendapat pengalaman langsung dengan Pak tani, tidak hanya dari cerita saja,” katanya.

Anak-anak kecil itu juga begitu asyik bisa memetik buah jeruk langsung dari pohonnya. “Anak-anak saya begitu gembira dengan kegiatan itu. Selama ini mereka cuma tahu nasi dan lauk sudah tersedia matang di meja. Di sini mereka melihat sendiri dari mana semua itu berasal,” kata Retno ibu dari Hasel (3) dan Fidel (4).

Sesungguhnya ada banyak kegiatan yang disediakan pengelola wisata agro ini. Selain belajar bertani, lokasi wisata ini menyediakan arena perkemahan lengkap dengan api unggun, menanam tanaman di cup, bermain di kolam lumpur, merawat tanaman, serta memandikan sapi dan membajak sawah. Paket wisata yang disediakan cukup terjangkau mulai dari Rp 10 ribu hingga Rp 300 ribu per orang. Sebuah harga yang pantas untuk pengalaman menjadi “anak desa” barang sejenak. [SP/Stevy Widia]