Anda ingin bepergian keluar negeri dengan ongkos murah? Vietnam adalah jawabannya. Dengan harga tiket satu juta rupiah dan berbekal sedikit uang dollar, kita sudah bisa pergi ke Negeri Paman Ho yang penuh objek wisata ini. Bagi yang suka shopping dan makan, Vietnam boleh dibilang surga juga.

Boleh dibilang Vietnam memang serba murah. Hotel Nam De yang terletak di Nguyen Trai St, hanya memasang tarif Rp 400.000 untuk family room. Satu hal hal yang perlu dicatat, jangan menukarkan dolar di Vietnam. Di sini, 100 dolar AS hanya ditukar 1 juta dong, di Jakarta bisa mendapat 2 juta dong.

Co Ben Thanh

Di sini tak sulit menjumpai mal dan toko yang menjual perhiasan serta baju. Namun, menarik berbelanja di pasar tradisional Co Ben Thanh. Mereka menjual T-shirt berlogo Vietnam, aksesori, tas, alat rumah tangga dari porselen, kopi Vietnam yang terkenal, sampai makanan dari hasil laut yang sudah dikemas cantik. Satu set seprei bordir tangan hanya berharga 300 dong.

Lelah belanja, tujuan selanjutnya pasti makan. Banyak orang tampak menghirup sup panas. Springroll alias lumpia yang dibungkus tipis menerawang sangat menggugah selera, tetapi isinya dicampur daging babi. Yang juga sangat menggoda adalah udang besar dicocol sambal dan dimakan dengan nasi panas.

Berbagai makanan khas Vietnam, dari yang berkuah sampai dipanggang, boleh dicoba. Saran bagi umat Muslim, harus cermat memilih karena masakan di sini rata-rata dikombinasikan daging babi.

Sebagai pekerja keras dan gigih, masyarakat Vietnam juga menyukai suasana santai. Hampir di sepanjang trotoar bisa kita menjumpai kafe kaki lima. Pengunjung duduk di kursi-kursi sangat rendah sambil minum kopi hitam pekat, atau minum kelapa muda yang dikupas cantik. Biasanya mereka mengobrol sambil menikmati lalu-lalang motor yang mengalahkan Jakarta.

Di depan kursi, ada banyak gerobak makanan. Kita bisa beli kacang, jagung rebus, atau ikan dan cumi bakar.

Menyusuri Mekong dan terowongan Chu Chi

Kesempatan menyusuri Delta Mekong dan mengunjungi beberapa pulau kecil yang sedikit penghuninya sungguh tak terlupakan. Di setiap pulau yang disinggahi, tampak kebun buah-buahan. Jenisnya sama dengan yang ada di Indonesia. Bedanya, buah-buahan di sini lebih besar dan manis.

Kita disuguhi potongan buah dan minuman segar sambil menikmati tarian tradisional. Ada juga yang mendemonstrasikan cara membuat kue dari kelapa atau manisan jahe.

Kenangan “ngeri” yang melekat sampai sekarang, yaitu berfoto bersama ular besar milik seorang penduduk setempat. Ketika ular besar itu dikalungkan ke leher saya, rasanya dingin, licin, berminyak, dan berat!

Terowongan Chu Chi tidak boleh dilewatkan. Chu Chi adalah tempat bersejarah peninggalan gerilyawan Vietkong, sewaktu perang melawan AS. Letaknya di luar Ho Chi Minh City, perlu waktu perjalanan dua jam dengan mobil.

Terowongan ini sudah ada sejak Vietnam dijajah Perancis, digunakan penduduk untuk menghindari kerja paksa. Jalur terowongan sangat berliku, terdiri atas beberapa tingkat dilengkapi tempat tinggal, rumah sakit, sumur, dapur umum, serta tempat penyimpanan logistik dan persenjataan.

Menurut pemandu, terowongan bisa menembus perbatasan negara sekitar. Kedalamannya ada yang mencapai lima, tujuh, dan sembilan meter. Dari atas, seluruh lorong ini tidak akan terlihat karena tertutup daun-daun kering. Di sini dapat disaksikan peninggalan Vietkong seperti amunisi berat, ranjau, patung gerilyawan, dan tank-tank AS yang dilumpuhkan.

Menyusuri terowongan itu, wou…sempit dan pengap, tingginya hanya satu meter. Sekali mencoba harus terus karena sulit untuk berbalik. Bagi yang bertubuh besar, lebih bik jangan coba-coba.

Acara menjelajah Chu Chi diakhiri dengan menikmati makanan khas tentara Vietkong, yaitu singkong rebus dan teh hijau. Tak beda dengan menu pejuang kita.

Sumber: Senior