Bandung. Sejak lama Kota Bandung memang menjadi tempat wisata yang menyenangkan. Walaupun sebagian kalangan menyatakan bahwa Bandung sekarang sudah semakin macet dan tak lagi sejuk udaranya seperti di masa lalu, tetap saja wisatawan seolah berbondong-bondong datang ke kota itu. Apalagi di saat akhir pekan atau week end kota ini bak lautan weekenders.

Batagor Kuah

 Mi Kocok

Kota yang terletak sekitar 800 meter dari atas permukaan laut itu memang seakan tak pernah habis-habisnya memanjakan wisatawan yang datang ke kota tersebut. Kota itu pernah dijuluki “Kota Kembang”, karena di suatu waktu pernah begitu banyaknya bunga yang berkembang di hampir setiap pelosok kota itu. Membuat kota indah mewangi, menyebabkan banyak wisatawan datang untuk berkunjung melihat keindahan tersebut.

Bandung juga pernah dijuluki “Kota Semangat Asia-Afrika”. Di bulan ini 52 tahun yang lalu, tepatnya April 1955, pernah diadakan Konferensi Asia-Afrika di Bandung. Hasilnya, Dasa Sila Bandung yang menjadi semangat kemerdekaan dan kesetaraan negara-negara Asia-Afrika agar “duduk dan berdiri sama tingginya” dengan negara-negara di belahan lain di dunia.

Saat itu, ratusan bahkan ribuan orang dari berbagai negara di Asia dan Afrika datang ke Bandung. Para anggota delegasi konferensi datang bersama istri dan stafnya. Ratusan wartawan dari mancanegara, hadir pula di Bandung.

Selain berkonferensi, kegiatan wisata ke berbagai tempat wisata juga digelar. Mulai dari menyaksikan kesenian khas Jawa Barat, termasuk angklungnya, sampai mengunjungi Lembang dan Tangkuban Perahu yang kaya dengan belerangnya.

Limapuluh tahun kemudian, tepatnya 2005, Bandung kembali dihadiri oleh para delegasi mancanegara yang hadir pada peringatan 50 tahun Konferensi Asia-Afrika. Beberapa saat sebelum itu, untuk mempermudah akses delegasi mancanegara yang ke Bandung, Pemerintah RI membangun jalan tol yang meneruskan jalan tol yang sudah menghubungkan Jakarta – Cikampek. Jalan tol yang diberi nama Cipularang itu, memperpendek jarak tempuh dari Jakarta ke Bandung.

Bila sebelumnya dari Jakarta ke Bandung lewat Puncak dan Cipanas membutuhkan waktu sekitar 4 jam berkendaraan, sedangkan lewat Cikampek sebelum ada Tol Cipularang memakan waktu sekitar 3 sampai 3,5 jam dengan mobil, maka menggunakan Tol Jakarta – Cikampek lalu berbelok ke kiri masuk ke Tol Cipularang, hanya membutuhkan waktu paling lama 2,5 jam. Bahkan tak jarang untuk mobil-mobil berkapasitas mesin tertentu hanya dengan 2 jam saja dari Jakarta sudah sampai di Bandung.

Kemudahan akses transportasi dengan adanya Tol Cipularang, ditambah lagi dengan makin banyaknya moda angkutan umum darat yang melewati jalan tol itu, membuat orang semakin mudah ke Bandung. Suatu hal yang sedikit banyak membantu memperbanyak jumlah wisatawan yang ke Bandung. Terutama di akhir pekan, mulai dari Jumat sore sampai Minggu petang.

Kue Soes

v

Terus Berbenah

Namun tentunya bukan kemudahan akses saja yang membuat makin banyak wisatawan datang ke Bandung. Walaupun saat ini cenderung lebih macet dibandingkan beberapa tahun sebelumnya, keberadaan Jembatan Pasupati yang dibangun untuk mempermudah akses orang ke Bandung setelah melewati Pintu Tol Pasteur, terlihat agak membantu.

Jadi wisatawan dapat menikmati kota Bandung dan sekitarnya dengan lebih mudah. Bila ingin wisata yang “tradisional”, telah ada Lembang dengan Observatorium Bosscha-nya, Tangkuban Perahu, Gedung dan Museum Asia-Afrika, Gedung Sate, sampai Saung Angklung Mang Udjo. Jalan Braga yang penuh kenangan di masa lalu, dapat juga menjadi salah satu tujuan wisata bagi mereka yang ke Bandung.

Selain itu, warga Bandung memang selalu kreatif. Mereka terus berbenah memperbanyak tempat menarik bagi wisatawan. Kerja warga Bandung memang dilakukan oleh individu-individu, namun ketika menyatu, menjadi suatu hal yang membanggakan dan dapat menarik wisatawan datang ke kota itu.

Pada 1990-an, individu-individu di kota itu berlomba-lomba membangun toko-toko busana, khususnya jeans, di sepanjang Jalan Cihampelas. Bangunan-bangunan yang dipercantik eksterior maupun interiornya, menjadi tontonan menarik bagi wisatawan. Ada tokoh dari film terkenal, ada bentuk hewan tiga dimensi, bahkan ada body mobil, dipajang di atas toko-toko jeans itu.

Bicara soal produk tekstil, Bandung memang sudah terkenal sejak lama. Hal yang tak mengherankan, karena kota itu dekat dengan pabrik-pabrik penghasil tekstil yang jaraknya tak terlalu jauh dari pusat kota Bandung. Agaknya karena itu jugalah, sejak akhir 1990-an, berbagai factory outlet (FO) dan distributor store (distro) bermunculan di Bandung. Bahkan belakangan toko-toko busana sejenis FO dan distro, muncul pula di kota-kota lainnya di Indonesia.

Ada banyak FO dan distro yang terkenal di Bandung. Sebut saja beberapa nama, Heritage, Cascade, China Emporium, Rumah Mode, Mode Plus dan masih banyak lagi. Produk-produk tekstil yang dijual di tempat-tempat itu sungguh beragam dan mampu memenuhi keinginan siapa pun. Mulai dari busana wanita, pria, sampai anak-anak sekali pun. Bak ungkapan dalam Bahasa Inggris, “you name it…“, apa pun yang dicari, tersedia di sana.

Bukan hanya produk tekstil dalam bentuk busana. Aksesoris beragam jenis, tersedia pula. Mulai dari kalung, gelang, jam tangan, sampai dompet, tas, alas kaki, ikat pinggang dan lainnya. Pembeli pun bisa mendapat layanan after sales yang menarik.

Contohnya, bila membeli celana panjang yang ukuran panjang kakinya terlalu panjang, dapat dibantu diperpendek tanpa tambahan biaya apa pun. Bagi yang ingin menghadiahkan barang yang sudah dibeli, dapat pula membeli kertas kado di tempat yang sama, kemudian akan dibantu membungkusnya menjadi bungkusan hadiah yang cantik. Juga tanpa biaya tambahan apa pun.

Waduh, pokoknya memang asyik berbelanja produk tekstil di Bandung. Apalagi, tak sedikit FO yang menjual produk-produk yang disebut “sisa ekspor”. Setidaknya ada dua kualitas yang dikenal, grade A untuk menunjuk produk sisa ekspor yang kualitasnya tanpa cela, tetapi merupakan kelebihan produk yang telah melewati batas jumlah pengiriman untuk ekspor.

Ada juga grade B, yang juga merupakan kualitas ekspor, tapi ada beberapa cacat kecil. Misalnya ada yang jahitannya agak terbuka, warna kancingnya tak begitu mirip, dan sebagainya. Namun namanya barang ekspor, tentu saja kualitas dan gayanya sudah menjadi jaminan. Jadi, tak salah bila banyak juga yang membelinya.

Jembatan Pasupati di Kota Bandung. [Foto-foto: Istimewa]

Makan Enak

Selain FO dan distro, Bandung juga memiliki banyak tempat wisata lainnya. Salah satunya, Bandung juga menjadi tujuan wisata makanan bagi pencinta kuliner. Seorang teman bahkan berceloteh, kalau makan tahu dan juga tempe di Bandung, rasanya pasti lebih enak dan lezat.

Memilih tempat makan enak di Bandung memang amat mudah. Di banyak tempat, dapat ditemukan tempat makan, mulai dari warung kaki lima, restoran, sampai kafe, yang menyajikan beragam menu lezat. Salah satunya di Paris van Java Mall yang terletak di Jalan Sukajadi 137-139 Bandung. Mengambil nama dari julukan Bandung tempo dulu, “Parjis van Java”, di dalam tempat itu terdapat beragam tempat makan yang membangkitkan selera.

Ambil contoh Javana Bistro. Makanan pembuka sour-mint fruits salad, lalu main course seperti honey glazed salmon sampai Javanese roast duck rice dengan nasi kuningnya, dapat menjadi pilihan bagi yang ingin mencobanya. Di tempat itu juga ada free style bento yang dapat dipilih sesuai selera.

Sementara yang ingin menyantap makanan kaki lima serba ada, bisa menyambangi kawasan Pasir Kaliki. Di situ, dari surabi, mi kocok hingga nasi campur, tersedia di situ. Bila ingin suasana lain, maka bisa menyambangi The Peak dan Kampung Daun yang dulu sempat kesohor.

Sebelum pulang, wisatawan dapat membeli oleh-oleh berupa beragam makanan kering dan basah di kota itu. Ada Karya Umbi di Jalan Cihampelas atau Kartikasari di kawasan Dago yang menawarkan berbagai jajanan kering. Ada juga Brownies Kukus Amanda di Jalan Rancabolang, atau Soes Merdeka di Jalan Merdeka, sampai toko kue yang legendaris Braga Permai yang dulu dikenal dengan nama Maison Bogerijn. Silakan pilih, yang sesuai selera Anda. Selamat berakhir pekan di Bandung. [B-8]