Genderang rebana tanda diluncurkan Visit Banda Aceh 2011 telah di tabuh. Ibukota Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) kini mulai menggeliat membangun sektor pariwisata.

Lima tahun setalah gempa tsunami dan kesepakatan perdamaian tercapai, pembangunan negeri Serambi Mekah ini terus menggeliat mengejar ketertinggalan. Tak terkecuali sektor pariwisata yang terus berbenah.

Wajah Aceh sekarang penuh senyum kedamaian, siap menyongsong perkembangan dunia pariwisata yang sempat terhenti. Pencanangan Visit Banda Aceh 2011 mengindikasikan keseriusan membangun kembali bidang pariwisata. Program ini merupakan starting point bagi pembangunan pariwisata di Aceh secara keseluruhan

Ibu kota propinsi ini sejak berabad silam telah dikenal orang hingga ke seberang benua. Sejarah perjalanan salah satu kota Islam tertua di Asia Tenggara ini masih tersimpan di beberapa bangunan. Setiap obyeknya menawarkan informasi serta pengetahuan menarik bagi wisatawan mengenai kekayaan budayanya.

Masjid Raya Baiturrahman merupakan bangunan sebagai simbol sekaligus ikon kota yang sudah berusia lebih dari tujuh abad ini. Komplek masjid ini berlokasi di pusat kota. Dahulu masjid ini adalah masjid kerajaan Aceh Darussalam yang dibangun pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda pada 1612.

Berbagai kegiatan keagamaan berlangsung di masjid yang pada masa penjajahan digunakan sebagai benteng pertahanan pasukan Aceh melawan Belanda. Wisata sejarah, religi dan budaya tersaji sekaligus di kawasan masjid yang megah dan anggun ini. Jangan dulu pergi meninggalkan Kota Serambi Mekah ini sebelum mengunjunginya.

Sultan Iskandar Muda menjadi tokoh penting dalam sejarah Aceh. Dibawah kepemimpinannya, Kerajaan Aceh masuk dalam lima besar kerajaan Islam di dunia. Di mata rakyatnya, sang Sultan adalah pemimpin yang adil dan bijaksana.

Jasad Sultan Besar ini dikebumikan di Jalan Sultan Alaidin Mahmud Syah (Japakeh), Komplek Baperis Museum Aceh, disamping Pendopo Gubernur NAD. Lokasi makamnya kini menjadi salah satu tujuan wisata sejarah Banda Aceh, kunjungi dan belajarlah dari kearifan akhlaknya.

Sisa-sisa kemasyhuran kerajaan Aceh di Bawah perintah Sultan Iskandar Muda juga bisa disaksikan dengan mendatangi Gunongan. Bangunan bercat putih ini dibangun sebagai hadiah sekaligus tanda cinta kepada sang permaisuri, Putri Phang yang berasal dari Malaysia.

Gunongan merupakan miniatur dari perbukitan yang mengelilingi istana Putroe Phang di Pahang, Malaysia. Gunongan dibangun untuk mengobati kerinduan sang permaisuri terhadap negeri tempat kelahirannya. Obyek wisata ini berlokasi di Jalan Teuku Umar, Banda Aceh.

Tak jauh dari lokasi Gunongan terdapat sebuah pemakan tentara Belanda yang gugur dalam peperangan dengan pejuang Aceh. Situs sejarah yang dikenal dengan nama Kerkhof ini merupakan bukti perlawanan terhadap kaum penjajah di tanah Aceh. Ada sekitar 2.200 makam di komplek pemakaman yang dibangun sekitar 1880 ini.

Tak hanya serdadu Belanda yang jasadnya dikuburkan disini, beberapa tentara marsose asal Ambon, Manado dan Jawa juga bersemayam di komplek pemakaman ini. Yang membedakan antara makam tentara Belanda dan prajurit Marsose adalah inisial yang ditulis pada bagian belakang nama di nisan kuburan. Untuk prajurit Belanda diberi tanda EF/F, marsose dari Jawa di tandai dengan inisial IF (Inlander Fuselir) prajurit dari Ambon dengan tanda AMB, dan dari Manado dengan MND.

Tak kalah menarik berwisata di Banda Aceh adalah mengunjungi replika Pesawat Seuluwah yang ada di Lapangan Blang Padang, Kecamatan Baiturrahman. Pesawat Seuluweh merupakan cikal bakal maskapai penerbangan yang sekarang dikenal dengan nama Garuda Indonesia. Pesawat ini merupakan persembahan rakyat Aceh sebagai dukungan terhadap perjalanan berdirinya Republik Indonesia. Pesawat yang dikenal dengan nama RI-1 dan RI-2 ini dibeli dengan harga US$120.000, kala itu.

Bencana dahsyat yang pernah meluluhlantakkan sebagian besar wilayah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam telah meninggalkan kesedihan yang begitu mendalam bagi penduduk Aceh dan bangsa Indonesia. Ratusan ribu nyawa meninggal dunia disapu gempa Tsunami yang terjadi pada 26 Desember 2004 tersebut.

Untuk mengingatkan kembali bahaya dan ganasnya Tsunami, diatas tanah seluas 10.00 meter persegi di kawasan jalan Iskandar Muda, Blang Padang didirikan Museum Tsunami. Selain sebagai obyek sejarah, museum ini juga menjadi pusat penelitian dan pembelajaran mengenai bencana tsunami. Di, museum karya anak negeri ini, terpampang foto-foto yang merekam dampak bencana berkekuatan 9,2 skala richter tersebut.

Obyek Wisata Banda Aceh

Makam Syiah Kuala
Kawasan pantai Desa Deah Raya, Kecamatan Syiah Kuala.

Monumen Thank’s to The World
Lapangan Blang Padang.

PLTD apung
Desa Punge Blang Cut, Kecamatan Jaya Baru.

Kapal di Atas Rumah
Kawasan Gampong Lampulo, Kecamatan Kuta Alam.

Pinto Khop Putroe Phang
Jl. Teuku Umar, Kelurahan Sukaramai, Kecamatan Baiturahman.

Sumber: Majalah Travel Club