Tragedi Chernobyl merupakan kecelakaan reaktor nuklir terparah di dunia. Sekitar 9.000 orang tewas dalam tragedi tersebut. Sekarang kawasan maut ini semakin menarik minat banyak wisatawan. Tujuh Euro 50 sen atau sekitar Rp 90 ribu cukup untuk membeli tiket masuk kawasan wisata yang unik itu.

Pemandu wisata Yuri Tatartchuk bercerita, sebagian pengunjung datang ke kawasan sekitar reaktor Chernobyl karena rasa ingin tahu. Sebagian lagi menganggapnya petualangan yang membuat bulu kuduk berdiri. “Tentu, ada ancaman tersembunyi yang membuatnya menarik. Tapi wisata seperti ini juga memainkan peranan penting agar seluruh dunia dunia tahu akan masalah-masalah konkret di sini,” papar Yuri Tatartchuk.

Tahun-tahun belakangan wisawatan yang datang ke tempat bencana Chernobyl terus bertambah. Tahun 2009 lalu jumlahnya 7.000 orang, mereka datang dari Swedia, Denmark, Belanda’ dan Jerman. Perjalanan dengan bis melalui kawasan sekitar reaktor Chernobyl makan waktu tujuh jam. “Wisata ini tidak berbahaya,” kata Tatartchuk. Tingkat radiasinya tidak lebih tinggi daripada saat menjalani pemeriksaan rontgen.

Program standar selama perjalanan wisata ini adalah kunjungan ke kota Pripyat. Kota yang khusus didirikan untuk para pekerja reaktor Chernobyl dan keluarganya terletak hanya beberapa kilometer dari instalasi tersebut. Sebelum bencana tanggal 26 April 1986 kota ini dihuni 50 ribu orang.

Kota Priypat baru dievakuasi 36 jam setelah ledakan terjadi. Kebanyakan warga hanya membawa barang-barang seperlunya karena beranggapan, mereka akan segera pulang kembali ke Priypat. Di sekolah di Priypat terlihat papan tulis yang dipenuhi nama dan nomer telpon bekas murid. Mereka berusaha untuk mengontak sesama murid yang dulu bersekolah di kota ini. Di salah satu TK masih tergantung jaket merah salah satu murid yang terburu-buru meninggalkan tempat itu.

Seluruh kota Priypat terlihat seperti kota hantu. Anastasijya, seorang mahasiswi yang mengikuti tur keliling kawasan Chernobyl mengaku, selama ini dirinya beranggapan bahwa energi atom sukses dan bahwa teknologi ini perlu dikembangkan. “Tapi setelah melihat semua ini dan mendapatkan informasinya, kemungkinan besar saya akan mengubah cara pandang saya,” ujar dia.

Dengan menumpang bis, para pengunjung melanjutkan tur wisatanya ke instalasi nuklir Chernobyl. Reaktor nomer empat yang meledak 24 tahun lalu terlindung dari pandangan mata, terbungkus kubah beton yang dibangun dengan tergesa-gesa setelah bencana tersebut terjadi. Insinyur Andriy Savin menjelaskan bahwa reaktor tersebut terlindung secara maksimal. Tahun 2008, kubah beton tersebut direnovasi.

“Konstruksi ini tahan 15 tahun. Tenggat waktu ini penting karena waktu inilah yang dibutuhkan untuk membangun kubah pelindung yang baru,” diterangkan Andriy Savin. Kubah baru yang rencananya mulai dibangun musim panas ini terbuat dari besi baja. Setelah konstruksi baru ini berdiri, barulah sampah radioaktif di tempat bencana dapat dibersihkan. Warisan beracun Chernobyl harus ditangani Presiden Yanukovich yang baru terpilih, meski sampai saat ini belum jelas apa rencananya untuk bekas instalasi nuklir itu.
Red: irf
Sumber: Deutsche Welle [Republika]