Air Terjun NapuaWamena – Kota Wamena di Papua tak hanya dikelilingi Pegunungan Jayawijaya, dengan Lembah Baliem yang membentang indah di tengahnya. Tak jauh dari pusat kota, terdapat Air Terjun Napua yang memercikkan air dingin nan segar.

Walaupun angin membawa hawa dingin, teriknya matahari siang itu tak ada bandingannya. Tak butuh waktu lama hingga saya dan beberapa wartawan yang meliput Festival Lembah Baliem 2012 menyetujui untuk datang ke sebuah tempat wisata.

Namanya Air Terjun Napua, dengan jarak tempuh setengah jam dari pusat Kota Wamena. Bisa kami bayangkan, pasti segar sekali terkena gemericik air di tengah terik matahari siang itu.

Jumat (10/8/2012), mobil sewaan kami melintasi jalanan menanjak yang berkelok. Panorama Kota Wamena tampak luar biasa indah dari atas sini. Pegunungan Jayawijaya menjadi teman selama perjalanan, berdiri gagah di kejauhan, seakan melindungi apa yang kami pijak sekarang.

Tiga mobil sewaan kami berbelok ke jalan setapak. Tak lama, tibalah kami di atas bukit hijau. Inilah titik awal trekking untuk bisa mencapai Air Terjun Napua.

Sepuluh menit pertama, ladang jagung mendominasi pandangan. Tanah masih nyaman dipijak, turunan dan tanjakan masih wajar, sedikit lumpur tak memberatkan langkah. Namun setelah itu, jalan setapak berubah menjadi kubangan lumpur. Butuh sedikit usaha untuk melewati beberapa turunan yang licin. Bukan karena hujan, tapi karena wilayah yang kami lewati adalah hutan hujan tropis.

Setelah melewati sungai dangkal dan jembatan kayu ringkih yang memacu adrenalin, kami tiba di Air Terjun Napua setelah trekking 20 menit. Lucunya, hal pertama yang tertangkap mata bukanlah air terjun melainkan Honai! Rumah bundar khas Papua itu berdiri di lahan datar, sebagai tempat beristirahat para pengunjung Air Terjun Napua.

Tebing lumut dan lanskap hijau langsung mendominasi pandangan. Tinggi air terjun itu sekitar 7 meter, memercikkan air yang sejuk bukan main. Saya langsung melepas sepatu dan membenamkan kaki sebatas betis. Segar sekali!

Hampir satu jam kami bermain air, mengabadikan momen sebanyak mungkin dari berbagai sudut. Teriknya matahari tak terasa lagi siang itu, tertutup oleh rimbun pepohonan dan percikan air terjun. Walaupun harus kembali bergelut dengan lumpur di perjalanan pulang, saya pun kembali ke mobil dengan perasaan segar!

Sumber: detikcom