Dari kemegahan puncak Gunung Tangkuban Perahu, terbentang pesona alam yang tidak tertandingi bingkai cakrawala berselimut kabut, di antara tetesan embun pagi. Membawa Anda pada lingkungan alami di Wisata Agro Kebun Percobaan Margahayu Lembang.

gedung-balitsaLembang, kota kecamatan di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, merupakan daerah wisata yang menawarkan suasana alami yang indah dan udara pegunungan yang sejuk. Tidak mengherankan jika kota ini sering disinggahi wisatawan yang ingin menikmati keindahan alam, dan sebagian besar akan membeli sayuran serta buah-buahan sebagai oleh-oleh.

Jarak dari Bandung tidak jauh. Hanya 20 km. Juga dari Jakarta. Sekitar dua jam tiga puluh menit. Melewati jalan tol Cikampek, Subang, terus menuju ke Lembang. Pemadangannya juga asri sepanjang jalan dengan udara yang sejuk.Dengan didukung udara sejuk dan berada pada ketinggian 1.250 meter di atas permukaan laut, Lembang merupakan daerah yang berpotensi untuk menghasilkan sayuran. Begitu banyak jenis sayuran yang diproduksi di kawasan Lembang sehingga daerah ini sangat dikenal dengan produk sayuran dataran tingginya.

Jika datang ke daerah ini, kita bisa menjumpai tanaman sayuran seperti kentang, cabai merah, bawang merah, tomat, buncis, kacang panjang, jamur, terong, mentimun, dan sayuran tropis asli Indonesia lainnya. Setelah perjalanan dari Bandung dan memasuki daerah Lembang, kita sudah disuguhi sayuran yang dipajang di pinggir jalan.

Berbagai jenis sayuran itu diambil dari kebun sayur yang berada di daerah pegunungan sekitar Lembang, dan dijual dalam kondisi segar.

Kita bisa memilih jenis-jenis sayuran dan buah-buahan sesuai selera kita dan membelinya. Harga sayuran ini pun bisa ditawar seperti layaknya di pasar tradisional.

Sementara itu, di balik kios-kios penjual sayuran, terlihat hamparan luas tanaman sayuran yang menghijau. Hamparan itu ada yang berada di lembah, dan ada yang berada di lereng perbukitan sehingga menambah keragaman topografi di daerah Lembang. Sangat jelas terlihat, hamparan hijau dalam areal yang tertata rapi. Ada pula hamparan cokelat tanah karena areal itu bekas dipanen.

Memang sangat disayangkan, masih ada hamparan tanaman sayuran di lereng yang tingkat kemiringannya besar yang seharusnya lahan itu ditanami tanaman keras (pohon-pohonan). Sangat berbahaya membuka lahan tanaman sayuran di lereng seperti itu sebab akan mengakibatkan tanah longsor. Namun tampaknya hal itu bukan masalah bagi para petani sayur di Lembang. Mereka memilih menanam berbagai jenis sayuran karena memang lebih menguntungkan dibandingkan dengan menanam tanaman keras yang menghambat laju erosi.

Potensial

Harus diakui, jalan utama di Lembang dengan pemandangan alam yang demikian indah mempunyai nilai yang tinggi jika dilihat dari potensi wisata. Saat memarkir mobil di pinggir jalan untuk berbelanja sayur misalnya, kita dapat memandang jauh ke sekeliling kita. Mata menjadi segar kembali dan kita bisa menghirup udara segar pegunungan.

Selain menyaksikan indahnya panorama alam, ternyata di Lembang kita juga bisa mengetahui lebih jauh tanaman sayuran. Bisa dipastikan, saat ini banyak anak-anak – bahkan orang yang sudah dewasa – di Jakarta yang tidak mengetahui berbagai jenis tanaman sayuran atau pohon buah-buahan. Seperti buah apel, jeruk, salak, jambu, atau jenis sayuran tomat, wortel, cabai, pasti banyak yang sudah menikmatinya. Tetapi yang menjadi pertanyaan, apakah mereka sudah tahu seperti apa sebenarnya bentuk tanaman dari buah dan sayuran itu.

Dengan berbelanja langsung di Lembang, dan menyaksikan tanaman di kebun yang berada di pinggir jalan, kita akan bisa menyaksikan secara langsung jenis-jenis tanaman sayuran yang sering kita makan. Kita bisa bertanya kepada para penggarap kebun sayuran dan meminta penjelasan jenis tanaman yang sedang digarapnya.

Namun, tentu saja hanya sedikit pengetahuan yang kita dapatkan. Karena itulah, peluang untuk menikmati kebun sayuran dan mendapatkan penjelasan secara memadai tentang berbagai jenis tanaman sayuran, benar-benar dimanfaatkan oleh Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa), Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Departemen Pertanian di Lembang.

Balitsa, dalam waktu dekat akan meluncurkan produknya yang tidak lepas dari bidang yang ditekuninya, yaitu wisata ilmiah sayuran (di Lembang) dan buah-buahan (di Subang). Wisata ilmiah tanaman sayuran sedang dipersiapkan di kebun percobaan Margahayu Lembang, sedangkan untuk buah-buahan dipersiapkan di kebun percobaan Subang.

Letak Balitsa yang berada di sebelah kiri jalan dari Bandung ke arah Subang ini, tepatnya di Jalan Tangkuban Perahu 517 Lembang, tidak sulit dijangkau, baik dengan kendaraan umum maupun kendaraan pribadi. Setelah masuk gerbang kompleks Balitsa, kita bisa menyaksikan tanaman sayuran di lahan percobaan, serta tanaman yang sedang diteliti yang berada di rumah-rumah kaca (green-houses).

Tentu saja wisatawan yang akan memasuki lokasi wisata ilmiah tanaman sayuran tidak akan mengganggu penelitian yang sedang dilakukan oleh 80 peneliti Balitsa, karena lokasi kebun percobaan untuk penelitian berbeda dengan kebun yang akan “dijual” sebagai objek wisata ilmiah.

Pendidikan

Kendati objek wisata ilmiah sayuran dan buah-buahan ini belum jadi seluruhnya, Kepala Balitsa Dr Agus Muharam mengakui bisnis tersebut memiliki potensi yang sangat bagus. “Terutama dari sisi manfaat, akan banyak siswa atau orang awam yang bisa belajar dan mengetahui berbagai jenis tanaman sayuran. Ini sifatnya pendidikan,” katanya.

Karena namanya wisata ilmiah, maka yang masuk lokasi ini juga berniat untuk belajar dan mengetahui secara mendalam tentang jenis sayuran dan buah-buahan. Jangan dibayangkan Anda berwisata di dalam laboratorium yang banyak preparat dan mikroskupnya. Di sini, kita disajikan berjenis-jenis tanaman yang telah diatur sedemikian rupa, dan pengaturannya juga mempertimbangkan aspek fungsi, kenyamanan, keindahan dan perawatan.

Lokasi wisata ilmiah ini juga akan menjadi area wisata, area hijau, daerah resapan air dan dapat menjadi pengendali lingkungan. “Kita berupaya untuk meningkatkan Balai Penelitian sebagai area yang multifungsi, sehingga memiliki nilai tambah,” kata Agus.

Dilihat dari aspek sosial budaya, wisata ilmiah akan banyak membantu. Seperti diketahui, masyarakat Indonesia telah mulai meninggalkan cara-cara bertani/berkebun yang sebenarnya dahulu merupakan mata pencaharian yang utama. Di kebun percobaan ini nantinya akan dipelajari bagaimana membudidayakan tanaman dengan baik dan benar. Bisnis ini juga akan mengangkat citra masyarakat dan lingkungan sekitarnya, karena ada interaksi antara keduanya.

Kebun percobaan Margahayu yang akan dijadikan sebagai areal wisata ilmiah sayuran memiliki luas sekitar 30 hektare dengan tanah yang subur berjenis andosol, dan berada pada ketinggian 1.250 meter dari permukaan laut. Di lokasi wisata ini nantinya akan ada air terjun dan lokasi dilewati sungai yang berbatu-batu dengan banyak mata air. Karena berada di dekat Gunung Tangkuban Perahu, maka objek wisata ini akan menghidangkan pemandangan yang indah.

Dengan kondisi topografi yang ada, maka selain sebagai lokasi wisata ilmiah, lokasi ini juga dipersiapkan untuk outbound, hiking dan jogging track. Wisata ilmiah ini mempunyai tema taman wisata yang membuat program dalam cara bertani yang baik dan memberikan penyuluhan-penyuluhan serta berekreasi dengan suasana pedesaan.

Wisatawan yang akan mengunjungi objek wisata ilmiah akan disambut pintu gerbang yang mempunyai karakter khusus. Gerbang ini tidak terlalu tinggi sehingga tidak mengganggu pemandangan keindahan taman wisata dari luar. Taman ini dilengkapi dengan plaza, yaitu ruang terbuka yang dibuat sebagai pusat lokasi dan bisa berfungsi untuk pertemuan. Bentuk plaza bulat yang dibuat seperti sebuah teater terbuka dengan arena pusat berada di bawah, sedangkan tempat duduk melingkar berbentuk teras-teras berurutan dari atas ke bawah.

Selain itu juga disediakan tempat parkir yang bisa menampung 30 buah kendaraan dan terletak di dalam sehingga tidak mengundang pedagang kaki lima untuk masuk. Untuk makanan dan minuman, akan disediakan kafetaria yang lokasinya berdekatan dengan air terjun, sehingga makanan dan minuman bisa dinikmati sambil menyaksikan air terjun.

Objek wisata juga dilengkapi dengan kios yang menjual cendera mata, mushola, gazebo atau pendopo yang bisa menampung 300 orang. Juga disediakan gazebo kecil untuk beristirahat dengan ukuran 2×2 meter persegi. Area outbound dan hiking dengan memanfaatkan potensi alam berupa kontur terjal, air terjun dan pohon besar dan pohon-pohon tua.

Sebagai pusat objek adalah area pertanian. Di lokasi inilah para pengunjung dapat mempraktekkan cara bercocok tanam yang baik dan benar. Mereka juga bisa menanam dan memetik tanaman sayuran serta mempelajari tanaman sayuran itu.

labuTanaman Asli

Selain mengenal jenis-jenis tanaman sayuran yang saat ini sudah banyak beredar di pasar, pengunjung juga bisa menyaksikan jenis tanaman asli Indonesia (indigenous vegetables) yang ternyata mempunyai khasiat khusus untuk kesehatan manusia. Berbagai jenis tanaman asli itu sekarang sedang diupayakan untuk dikumpulkan di Balitsa, dan kemudian akan dilakukan penelitian jenis-jenis tanaman yang bisa menyembuhkan penyakit.

Negara-negara ASEAN bersepakat untuk melestarian tanaman-tanaman aslinya. Balitbang Pertanian di negara-negara ASEAN saat ini telah membikin kebun untuk menanam, melestarikan tanaman asli tersebut. Selanjutnya dilakukan penelitian manfaat tanaman tersebut untuk kesehatan manusia. Untuk Indonesia lokasinya di Lembang.

Saat ini Balitsa sudah mendata, terdapat 87 jenis tanaman (spesies) dari 29 famili yang ada di Indonesia. Menurut Dr Anggoro, peneliti khusus tanaman sayuran dan buah-buahan asli Indonesia, dari jumlah itu memang ada beberapa tanaman yang belum bisa didatangkan ke Balitsa. Koleksi tanaman itu berasal dari berbagai daerah di Indonesia, untuk selanjutnya akan dikembangkan sehingga bermanfaat bagi manusia.

Beberapa spesies tanaman itu adalah handeuleum (Grapthophyllum pictum), sambiloto (Andrographis paniculata), kedondong (Spondias pinnata), adas (Foeniculum vulgare), antanan (Centella asiatica), sladri (Apium graveolens). Kemudian mangkokan (Nothopanax scutellarium), beluntas (Pluchea indica), jotang (Spilanthes acmella), Legetan (Spilanthes iabadiensis), sembung (Blumea balsamifera).

Jenis tanaman lainnya adalah genjer (Limnocharis flava), pepaya (Carica papaya), godobos (Enydra fluctuans), kemandilan/jonge (Emilia sonchifolia), kenikir (Cosmos caudatus), sintrong (Erechtites valerinaefolia), selada air (Nasturtium officinale), baligo (Benincasa hibrida), blewah (Cucumis melo), gambas/oyong (Luffa acutangula), kemarongan (Coccinia cordifolia), labu kuning (Cucurbita moschata), labu mie (Cucurbita), labu parang (Lagenaria sicerana), labu siem (Sechium edule), paria (Momordica charantia), paria belut (Trichosanthes anguina).

Kemudian kemangi (Ocimum americanum), keresmen (Mentha arvensis var javanica), selasih (Ocimum basilicum), gude (Cajanus cajan), koro (Phaseolus lunatus), krokot (Portulaca grandiflora), kelor (Moringa oleifera), cincau (Cyclea Barbara), simbukan (Nearotis hirsute), takokan (Solanum torvum), dan kangkung (Ipomoea aquatic/reptans).

Dengan wisata ilmiah itu, maka sebuah terobosan telah dilakukan oleh Balitsa yang mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan penelitian tanaman sayuran. Seperti mandat yang diberikan, Balitsa mempunyai visi sebagai institusi yang responsif, antisipatif, dan partisipatif dalam menciptakan, merekayasa dan mengembangkan Iptek untuk mewujudkan sistem dan usaha agribisnis sayuran yang berdaya saing, berkerakyatan dan berkelanjutan, serta terdesentralisasi.

Arah dan strategi program penelitian sayuran adalah menghasilkan teknologi efektif dan dapat diterapkan, berorientasi agribisnis, dan mampu menjawab, mengantisipasi serta menciptakan kebutuhan pengguna. Balitsa juga diarahkan untuk memanfaatkan sumber daya alam secara optimal, memanfaatkan peta informasi global, dan mengakomodasi semua potensi internal untuk mengantisipasi persaingan global.

Ke depan, berkembangnya wisata ilmiah akan semakin mendukung sosialisasi produk-produk yang dihasilkan Balitsa kepada masyarakat. Lembaga ini pada akhirnya juga akan memberikan jasa yang cukup besar bagi warga negara Indonesia untuk mengenal dan mencintai tanaman sayuran yang diproduksi alamnya sendiri.