Koleksi kaktus Kebun Raya Cibodas terdiri atas 99 jenis.

Koleksi kaktus Kebun Raya Cibodas terdiri atas 99 jenis.

Kadal di atas kaktus? Foto di buku katalog kaktus keluaran Kebun Raya Cibodas tahun 2008 itu ternyata bukan rekayasa. Kadal itu benar-benar senang “bertengger” di atas kaktus penuh duri, yang punya nama ilmiah Echinocactus grusonii Hildm. Sejenak mengingatkan pada gambar-gambar yogi di India yang tidur di papan penuh paku! Bedanya ini kadal.

Kegiatan menanam pohon yang diikuti tamu sebuah hotel di kawasan Puncak.

Kegiatan menanam pohon yang diikuti tamu sebuah hotel di kawasan Puncak.

Pemandangan kadal di atas kaktus berduri itu bisa dinikmati di rumah kaca koleksi kaktus Kebun Raya Cibodas, di Ci-macan, Pacet, Cianjur, Jawa Barat. Koleksi kaktus itu berasal dari negara-negara di Benua Amerika, seperti Amerika Serikat, Argentina, Bolivia, Brasil, Cile, Ekuador, Kuba, Meksiko, Peru, dan Uruguay. Semua diperoleh dari hasil program pertukaran, dalam bentuk biji. Beberapa jenis sudah cukup dikenal di Indonesia, seperti Opuntia microdasys Pfeiff, yang acap disebut kaktus centong nasi, Mammillaria elongate DC, Pilosocereus leucocephalus (Poselg) Byles & Rowley yang tumbuh meninggi, dan Rhipsalis dissimilis K.Schum yang sering disebut kaktus patah tulang.

Koleksi kaktus di rumah kaca itu dikelompokkan berdasarkan jenis-jenisnya. Masing-masing jenis kaktus dilengkapi nama ilmiah, asal negara, dan jumlah koleksi. Echinocactus grusonii, kaktus berasal dari Meksiko itu misalnya, ditempatkan bergerombol tepat di pintu masuk ruang kaca, yang berukuran besar di tengah, dikelilingi kaktus berukuran lebih kecil. “Kecil-kecil begini, umur- nya lima tahun sejak dikembangkan dari biji,” kata Trisno Utomo, dari bagian penerangan ilmiah Kebun Raya Cibodas.

Kaktus, tumbuhan dataran kering, dicirikan dengan fisiknya yang tanpa daun. Sebab itu, rumah kaca itu pun dikondisikan semirip mungkin dengan lingkungan hidup aslinya. Memasukinya, terasa panas, sungguh berbeda dengan kondisi lingkungan di luar yang sejuk.

Mengamati satu per satu koleksi kaktus, semakin tampak eksotismenya. Bukan hanya bentuk fisiknya yang khas, namun beberapa di antaranya terlihat sedang berbunga. Bunganya pun warna-warni, merah dadu, merah jambu, merah muda, jingga, kuning, dan putih.

Kaktus-kaktus di dalam ruang kaca itu memang khusus untuk koleksi. Berdasarkan katalog, sampai dengan November 2008, jumlah koleksi di rumah kaca itu meliputi 943 spesimen. Spesimen sejumlah itu terdiri atas 99 jenis dari 34 marga. Jika ada yang menarik perhatian, pengunjung tinggal memberi tahu petugas. Tak jauh dari rumah kaca itu, ada satu bangunan rumah khusus untuk melayani penjualan.

Rumah-rumah kaca di Kebun Raya Cibodas tersebut terletak di dekat bangunan dua guest house. Selain koleksi kaktus dan anggrek yang diletakkan di ruang kaca, Kebun Raya Cibodas menyimpan koleksi tanaman obat, koleksi rhododendron, dan koleksi tumbuhan paku-pakuan, termasuk paku pohon yang terdiri atas tiga marga, yakni Dicksonia, Cyathea, dan Cibotium. Pengunjung juga bisa menikmati koleksi sakura di Taman Sakura. Trisno Utomo menyampaikan kabar terbaru sakura, bunga nasional Negeri Matahari Terbit yang mempunyai nama ilmiah Prunus cerasoides D.Don itu, mulai memasuki masa berbunga.

Koleksi paling khas dari Kebun Raya Cibodas adalah Taman Lumut. Terletak di areal seluas seluas 2.500 meter persegi, Taman Lumut menyimpan 216 jenis lumut dari berbagai tempat di Indonesia dan dunia.

Kadal di atas kaktus.

ÒGuest houseÓ dengan halaman yang luas.

SP/SotyatiKoleksi rhododendron.

Wisata Ilmiah

Kebun Raya Cibodas dengan luas 125 hektare, didirikan pada 11 April 1852 oleh Johannes Elias Teijsmann. Teijsmann adalah kurator Kebun Raya Bogor pada waktu itu.

Semula Kebun Raya Cibodas didirikan sebagai tempat aklimatisasi jenis-jenis tumbuhan asal luar negeri yang didatangkan ke Indonesia karena mempunyai nilai penting dan nilai ekonomi yang tinggi. Salah satunya adalah pohon kina (Cinchona calisaya). Pada kenyataannya, lokasi aklimatisasi itu kemudian berkembang menjadi bagian dari Kebun Raya Bogor dengan nama Cabang Balai Kebun Raya Cibodas.

Mulai tahun 2003, Kebun Raya Cibodas mendapatkan status menjadi lebih mandiri, sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas. UPT berada di bawah payung besar Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Dengan curah hujan 2.380 mm per tahun dan suhu rata-rata 18 derajat Celcius, kebun botani itu kini menjadi tempat koleksi berbagai jenis pohon besar yang dilindungi seperti tusam dan tumbuhan runjung, tumbuhan paku pegunungan, lalu hutan kaliandra dan hutan alam.

Kebun raya itu bisa ditempuh dalam waktu tiga jam perjalanan dari Jakarta, melalui jalur Puncak ke arah Cianjur, atau 2,5 jam dari arah Bandung. menjadi tempat nyaman untuk beristirahat sambil menikmati keindahan berbagai jenis tumbuhan yang berasal dari Indonesia dan negara-negara lain.

Kebun Raya Cibodas dikenal sebagai objek wisata ilmiah utama, mengingat fungsinya sebagai tempat konservasi ex-situ (di luar habitat aslinya), tempat penelitian, tempat pendidikan lingkungan, dan tempat wisata. Masing-masing tumbuhan yang dikoleksi, memang memiliki dasar ilmiah. Informasi ilmiah mengenai koleksi pun terdokumentasi dengan baik.

Seiring dengan perjalanan waktu, Kebun Raya Cibodas pun berkembang. Selain sebagai kebun pengembangan tanaman berpotensi ekonomi, Kebun Raya Cibodas berkembang menjadi sebuah lembaga ilmiah yang berperan penting dalam konservasi tumbuhan. Pada akhir Maret lalu misalnya, bekerja sama dengan sebuah hotel di kawasan Puncak, Kebun Raya mengundang tamu hotel untuk ikut dalam program penanaman pohon di kompleks kebun raya.

Dari segi ekonomi, keberadaan Kebun Raya Cibodas bahkan mampu menggerakkan ekonomi lokal dan kawasan, terutama sebagai tempat menggantungkan hidup bagi pedagang bunga dan tanaman hias, perajin cendera mata, pengusaha makanan dan minuman, pengusaha penginapan dan hotel, biro perjalanan wisata, usaha perparkiran, serta menciptakan pendapatan asli daerah. [SP/Kurniadi dan Sotyati]

Sumber: www.suarapembaruan.com