Pemandangan Danau Poso

Pemandangan Danau Poso

Di atas air bening hijau kebiru-biruan, di tepian timur Danau Poso, berderet rapi sekumpulan bebatuan besar dan kecil yang unik. Dari kejauhan, kumpulan bebatuan itu mirip taman batu terapung dengan latar belakang rerumputan dan pepohonan hijau di atas perbukitan yang memagari sekeliling danau.

Uniknya, sebagian dari kumpulan bebatuan itu, bisa mengeluarkan bunyi kalau diketuk, yaitu yang disebut Watu Nggongi. Artinya, batu yang bisa berbunyi.

Menurut seorang tokoh masyarakat Poso, S Pelima, pada zaman dulu di Poso, Watu Nggongi menjadi alat tabuh. “Jadi, kalau batu ini berbunyi, pertanda ada sesuatu yang penting terjadi, dan masyarakat harus berkumpul di sabua (rumah pertemuan) untuk mendengarkannya,” ungkapnya.

Rumah tepi Danau Poso

Rumah tepi Danau Poso

Sampai sekarang, sebagian dari Watu Nggongi yang berada di kedalaman air danau, kalau diketuk bisa mengeluarkan bunyi seperti gong.

Kumpulan batu lainnya yang terapung di danau tersebut, disebut Watu Asa Mpangasa Angga yang dalam bahasa Poso, artinya batu tempat mengasah pisau atau parang.

Jenis batu ini, oleh masyarakat dipercaya sebagai tempat mengasah parang atau pedang orang-orang tua zaman dulu di Poso. “Sebelum orang-orang tua itu pergi ke kebun, atau mengembara ke tempat lain, mereka mengasah parang atau pedangnya di batu itu,” ujar Amir Kiat, warga Tentena.

Sampai sekarang, kata Amir, pada waktu-waktu tertentu, biasa terlihat sekumpulan orang tengah mengasah parang di Watu Asa Mpangasa Angga. “Warga biasa melihat kejadian itu, pada menjelang malam atau dini hari,” tuturnya.

Legenda Watu Nggongi dan Watu Asa Mpangasa Angga yang unik itu telah menjadikan bebatuan itu sebagai salah satu objek wisata menarik yang banyak dikunjungi wisatawan. Masih ada puluhan objek wisata menarik lainnya yang cukup terkenal di sekeliling danau luas dan cantik tersebut.

Salah satunya Gua Pamona sepanjang 200 meter yang berada di bibir muara danau. Gua ini terdiri ats 12 ruangan, namun pengunjung hanya bisa tembus sampai ke ruangan 5. Ruang 6-12 tak bisa dimasuki karena hampa udara dan gelap gulita.

Seperti juga gua-gua di Tanah Toraja, Sulawesi Selatan, Gua Pamona dipercaya sebagai tempat menguburkan para leluhur Poso, ratusan tahun lalu. Hal itu dibuktikan dengan ditemukan sisa-sisa kerangka manusia dalam gua. Kerangka-kerangka yang umumnya berupa tulang betulang itu telah menjadi salah satu objek wisata dalam gua tersebut.

Pintu gerbang Kota Poso.

Jero Wacik (ketiga dari kiri) menggunakan pakaian adat Sulawesi Tengah.

Hutan Anggrek

Di tepi utara danau itu atau di Desa Bancea, Pamona Utara, terdapat hutan anggrek alam seluas 5.000 hektare. Sejumlah jenis anggrek langka di dunia terdapat di taman alam ini. Juga ada air terjun raksasa Sulawena, yang keindahannya disebut-sebut menyaingi keindahan air terjun Niagara di Amerika Serikat. Kemudian ada air terjun Saluopa bertingkat 12 dan belut raksasa atau biasa disebut ikan sidat yang beratnya ratusan kilogram dan panjang bisa sampai 3 meter.

Karena kekayaan objek wisata yang dimiliki Danau Poso, danau yang terletak di Kota Wisata Tentena, Kecamatan Pamona Utara, Kabupaten Poso itu, telah dijadikan maskot pariwisata Sulawesi Tengah (Sulteng).

Bahkan Agustus lalu, di tepi danau yang yang dikelilingi pantai pasir putih itu, digelar Festival Danau Poso (FDP) ke-XII. Seperti juga Festival Bunaken di Sulut dan Festival Danau Toba yang terkenal di Sumut, FDP menjadi acara penting pariwisata Sulteng.

Bermacam-macam atraksi dan pergelaran ditampilkan di acara ini. Seperti pergelaran upacara adat dan tradisisi budaya lokal yang unik, atraksi seni musik tradisional, pemilihan putera-puteri duta Sulteng, lomba foto wisata, perahu tradisional, voli pasir, tour cruising di Danau Poso dan lain-lain.

Semua atraksi itu bertujuan ingin mempromosikan kekayaan objek wisata Sulteng yang unik dan menarik.

Selain objek-objek wisata budaya yang mengandung hikayat-hikayat mistis dan unik, kelebihan objek-objek wisata di Sulteng terletak pada pesona alamnya yang indah dan langka, serta sangat jarang ditemukan di daerah lain.

Kawasan Kepulauan Togean di Kabupaten Tojo Una-una, salah satu di antaranya. Kepulauan ini terkenal dengan taman laut terumbu karangnya yang indah dan langka serta dikelilingi oleh gugusan pulau-pulau karang dengan pantai pasir putih dan air laut yang jernih sejuk. Kawasan ini menjadi tempat paling menantang untuk atraksi snorkeling dan diving.

Sebelum pecah konflik di Poso, Desember 1998, Kepulauan Togean sangat ramai dikunjungi wisatawan mancanegara. Mereka menghabiskan waktunya berminggu-minggu untuk diving dan snorkeling sambil menikmati panorama alam pantai yang menakjubkan.

Objek wisata alam lainnya yang juga tak kalah menarik, yakni Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) di Kabupaten Donggala. Kawasan hutan seluas 229 ribu hektare ini merupakan kawasan hutan tropis yang menyimpan sejuta pesona alam yang sangat langka.

Data Balai TNLL Sulteng menyebutkan, di kawasan ini terdapat 224 spesies burung, 97 di antaranya merupakan burung endemik, 117 jenis mamalia, 68 jenis ular, 29 jenis reptil dan 19 jenis ikan endemik. Lebih dari 50 persen satwa di TNLL adalah endemik Sulawesi. Seperti maleo, anoa, babi rusa, tarsius, dan lain-lain.

Aset termahal dan paling berharga yang bisa dihasilkan TNLL ke depan adalah, produksi udara bersih O2 yang merupakan kebutuhan hidup manusia, namun semakin langka di dunia. Karena itu tempat ini telah dinobatkan sebagai paru-paru dunia yang menyediakan cadangan O2 terbesar di masa datang.

Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, Jerro Wacik mengatakan, pariwisata Indonesia ke depan akan lebih diarahkan ke pengembangan ekowisata yang kini semakin langka di dunia.

“Indonesia memiliki potensi ekowisata yang sangat besar. Dengan lingkungan yang masih segar, hutan alam yang luas dan alami, maka negeri kita akan menjual produksi udara bersih pada dunia. Ini adalah aset wisata termahal bagi Indonesia ke depan,” katanya ketika membuka FDP XII di Tentena Poso.

Perahu tradisional Sulawesi Tengah di Danau Poso.

Tak Diatasi

Namun demikian, mimpi Jerro Wacik tersebut tentu saja sulit tercapai jika berbagai permasalahan pengembangan pariwisata tak diatasi secara baik.

Di Sulteng misalnya, pengembangan pariwisata setempat menghadapi kendala lemahnya sarana infrastruktur di lokasi-lokasi objek wisata yang ada. Seperti transportasi dan akomodasi yang sulit, tak tersedia money changer, dan lain-lain.

Ferran (37), seorang wisatawan asal Spanyol yang hadir di acara FDP XII mengaku, dirinya hampir saja tidur di teras rumah penduduk karena tak mendapat penginapan ketika tiba di Tentena, lokasi pelaksanaan FDP.

“Saya cek semua penginapan sudah penuh. Untung saja ada pemilik hotel di Tentena yang mau berbaik hati dengan menginapkan saya di kamar anaknya selama 4 hari FDP. Jadi saya bisa menonton FDP sampai selesai,” katanya.

Berdasarkan pemantauan SP yang turut hadir di acara FDP, sebagian besar hotel dan penginapan di Tentena, tempat FPD dilaksanakan, lebih dipenuhi para pejabat dan kerabat-kerabatnya, di samping para peserta FDP.

Situasi ini telah menjadi masalah sama dari tahun ke tahun, dan menjadi keluhan para turis asing.

“FDP lebih sebagai festival pejabat, karena mereka saja yang menginap di hotel-hotel mewah dengan memakai uang negara,” kata salah se- orang peserta FDP.

Persoalan lainnya dalam pengembangan pariwisata Sulteng yakni banyak objek wisata yang tak terawat dengan baik, sehingga terancam rusak dan punah. Sperti di Desa Bada, Kecamatan Lore Selatan, Kabupaten Poso, ratusan patung megalitik yang selama ini menjadi objek wisata paling diminati turis asing, dicuri orang. Batu-batu megalitik dalam berbagai bentuk yang unik itu, dibawa ke Pulau Jawa atas kerja sama dengan oknum-oknum di daerah itu.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sulteng Suaib Djafar mengakui kejadian tersebut. Menurutnya, alokasi anggaran untuk pemeliharaan objek-objek wisata yang diperoleh dari APBD Sulteng sangat minim. “Kami tak bisa berbuat apa-apa,” ujar Suaib.

Begitulah keadaan objek pariwisata di Sulteng. Padahal, sejuta potensi yang bisa digarap, jika pemerintah mau serius menjadikannya sebagai alternatif destinasi wisata. [Suara Pembaruan/Jeis Montesori S]