BILA gugusan awan menyibak, di arah selatan dari puncak Gunung Marapi (2891 Mdpl), panorama Danau Singkarak tak ubah seperti genangan air di salah satu cekungan Bukit Barisan. Marapi, merupakan puncak tertinggi untuk melihat keindahan danau terbesar di Sumatra Barat tersebut.

Keelokan Danau Singkarak dapat juga lebih dekat disaksikan dari Bukit Aua Sarumpun, Ombilin, Kecamatan Rambatan, Kabupaten Tanah Datar. Danau Singkarak membentang panjang dari arah utara di Kabupaten Tanah Datar ke arah tenggara di Kabupaten Solok, sepanjang 20 km.

Dengan lebar danau mencapai 6,5 kilometer, berair biru dari kejauhan, Singkarak memang ‘milik’ dua kabupaten itu. Di lalui jalur lintas tengah Sumatra di bagian timur danau, membuat Singkarak mudah diakses. Dari Padang, danau ini berjarak hampir 100 kilometer melalui jalur Kota Padang Panjang. Dari arah selatan, Singkarak hanya berjarak belasan kilometer dari Kota Solok.

Danau yang sudah tersohor itu merupakan satu-satunya danau di Sumbar yang dilalui jalur kereta api yang membentang antara Padang Panjang dengan Sawahlunto. Dan ada cara lain menikmati panorama danau ini, yaitu dari kereta wisata yang sudah dirancang melalui jalurnya.

Berkereta menyusuri rel yang berliku di pinggiran Singkarak, memberi nuansa yang berbeda. Di pinggir Singkarak, Anda bisa sepuasnya berendam dan berenang di airnya nan sejuk. Setidaknya ada tiga lokasi wisata yang biasa dijadikan wisatawan untuk berenang, yaitu di Dermaga dan Tikalak, Kabupaten Solok serta di Tanjung Mutiara, Kabupaten Tanah Datar.

Bagi yang tak terbiasa berenang di air tawar, Anda bisa menyewa pelampung seharga berkisar Rp5 ribu sampai Rp10 ribu. Anda juga dapat berkeliling sejenak dengan menyewa boat atau bagi yang ingin santai bisa mengendarai sepeda air.

Penat bermain air, di sepanjang sisi timur, puluhan rumah makan dengan masakan khas danau sudah tersedia. Menu yang paling terkenal, apa lagi kalau bukan, goreng ikan bilih lado hijau. Ikan bilih adalah spesies ikan kecil sebesar jari kelingking orang dewasa yang hanya ada di Danau Singkarak. Rasanya gurih, karena hidup di air yang jernih dengan makanan alami.

Ikan bilih juga dijual dalam bentuk kering, sehingga bisa dibawa sebagai oleh-oleh. Harganya sekitar Rp50 ribu per kilogram, tergantung sedang musim atau tidak.

Bagi yang punya waktu cukup panjang dan gemar memancing, Anda bisa memilih tempat memancing di seputar danau, dengan keliling sekitar 50 kilometer itu. Ada 19 spesies ikan yang hidup di Singkarak. Selain ikan Bilih, ada ikan Asang, Turiak/turiq, Lelan, Sasau/Barau serta Gariang/Tor.

Banyaknya spesies ikan di Singkarak, menjadikan damau dengan luas permukaan mencapai 11.200 hektare itu, tidak saja menawarkan keindahan, namun juga kehidupan bagi warga di sekitarnya. Ikan bukan saja menjadi konsumsi sendiri, juga untuk dijual.

Dalam bentuk kering, ikan bilih juga sudah dijual di Padang atau Bukittinggi, dua kota terbesar di Sumbar yang lebih banyak dikunjungi pelancong.

Setahun terakhir, sebenarnya Singkarak sudah semakin sering dilafaskan masyarakat dunia, terutama bagi penggemar olah raga sepeda. Singkarak, menjadi ikon baru pariwisata Sumbar karena adanya even balap sepeda internasional: Tour de Singkarak.

Dimulai pertama kali 2009, pada 2010 tour ini akan kembali digelar dan dirancang dihadiri lebih banyak pebalap internasional.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Sumbar James Hellyward mengatakan Tour de Singkarak 2010 yang dimulai 1 Juni nanti, diikuti sekitar 200 pebalap dari 24 negara. Jumlah ini meningkat dibanding even pertama yang terbilang sukses dan diikuti 15 negara dengan 150 pebalap.

Tour ini menjadi unik, karena menggabungkan olah raga dengan pariwisata. Rute balap yang menyusuri keindahan alam Minangkabau, menjadi tambah unik karena dibalut dengan sajian budaya dan pasar rakyat.

“Masyarakat Sumbar ingin menjadikan even ini sebagai titik tolak untuk kebangkitan pariwisata daerah ini. Terkenalnya Sumbar di dunia karena gempa pada 30 September lalu, menurut kami, malah merupakan promosi gratis. Kita tinggal menambahkan, daerah ini bukan hanya ‘punya’ gempa. Lihatlah keelokan alamnya, keunikan budayanya dan bagaimana lezat kulinernya,” ujarnya bersemangat.

Sumbar memang tak berpangku tangan, meski beberapa kali didera bencana. Pariwisata daerah ini terus menggeliat. Bukittinggi malah sudah ramai dikunjungi beberapa pekan setelah gempa. Kini, giliran Singkarak menanti ‘dunia.(M-1)