kampung-togaSumedang – Di Kota Tahu, Sumedang, boleh punya banyak obyek wisata. Dari wisata budaya sampai ritual ziarah ke makam. Tetapi sayang kota tahu ini hanya menjadi numpang lewat para wisatawan. Mereka tak pernah diam di sini. Itu sebabnya, butuh resor yang terpadu dengan kawasan wisata alam yang unik.

”Dari dulu, saya selalu berpikir kenapa orang dari luar Sumedang nggak mau tidur di sini? Apa yang kurang dari kota ini. Obyek wisatanya kan banyak. Potensinya juga ada,” sebut Syamsudin, pemilik Kampung TOGA Resort. Dari beberapa pertanyaan yang selalu mengusik tadi, Syamsudin berkesimpulan bahwa para wisatawan itu butuh sesuatu yang baru. Sesuatu yang lain daripada lain.
Lewat kajian sana-sini, sarjana ekonomi ini mulai menjalankan sejumlah ide. Akhirnya, muncullah konsep resor yang dipadu dengan beragam wisata petualangan. ”Potensi Sumedang ada kok. Di sini ada sungai Cimanuk yang punya grade empat, Cipeles dengan grade tiga dan untuk anak-anak ada sungai Cisuereuh. Buat lintasan off-road juga ada,” papar Syamsudin.
Setelah survei ke beberapa tempat, pilihan akhirnya dijatuhkan ke Bukit Toga. Apalagi waktu 1997 ada seorang kepala desa yang butuh dana segar untuk membangun kantor desa. ”Kepala desanya minta tanah ini dioptimalkan. Ya sudah, saya bebaskan. Saya juga punya surat keputusan Gubernur Jawa Barat atas ruislag tanah ini,” cerita pemilik klub terbang TOGA get airborne ini.
Letaknya yang di perbukitan dengan tanah yang luas awalnya 16 hektare, ternyata berpotensi sebagai arena kegiatan dirgantara. Paling pas sebagai tempat peluncuran paralayang dan gantole. Dari situ, sejak 1999 bukit Toga terus disambangi para penerbang kedua cabang terbang itu. Pada 20 April 2002 lokasi ini diresmikan Bupati Sumedang, Drs. Haji Misbach.
Nama-nama kondang seperti, Budi Suryaputra (instruktur gantole dari Bandung), serta dua atlet paralayang Anwar Permana dari Seal Adventure dan Purwo Widodo dari Telkom Bandung dikenal sebagai perintis meluncur dari bukit Toga.
Di dekat tempat peluncuran, ada beberapa rumah yang sengaja dibuat untuk kelas belajar paralayang dan gantole. Mulai tahun ini, Syamsudin menggandeng penerbang-penerbang dari Malaysia, Filipina dan Thailand untuk meramaikan Kampung TOGA. ”Di sini, akan jadi home base mereka. Jadi kalau mereka datang ke sini, nggak perlu repot-repot bawa alat.”
Juga jika perut keroncongan, tak perlu bingung mencari tempat santap yang nikmat. Di sebelah utara tempat peluncuran tersedia restoran berkapasitas 250 orang. Dengan konsep rumah panggung dari kayu, resto ini menawarkan sajian spesial, macam nasi timbel, ikan bakar – dari gurame, bawal, ikan mas sampai ikan balita. Untuk harga, jangan khawatir. Semua masih masuk batas rasional.
Meski sudah dikenal sebagai kawasan wisata dirgantara, namun Syamsudin masih mengeluh soal beratnya pengelolaan resor ini. Di sini, ada 65 orang karyawan yang sebagian besar adalah tenaga lokal. ”Kami hanya ramai dikunjungi pada weekend dan hari-hari libur. Selebihnya, praktis kosong,” keluh pemilik 40 jam terbang dengan paralayang ini. Kesimpulannya, masih nombok.
Tiap akhir pekan dan musim libur, pengelola selalu menggelar acara. Beberapa waktu lalu, mereka sempat mengadakan festival paralayang. Namun yang rutin, ada sajian organ tunggal dan terbang tandem dengan instruktur dari Toga Get Airbone.


Butuh Investor

Ke depan, Syamsudin sudah punya sejumlah rencana pengembangan. Katanya, Kampung TOGA akan dibagi menjadi dua kawasan untuk meraih dua pangsa pasar berbeda. Pertama, di bagian bawah bukit – seluas delapan hektare – dibangun fasilitas seperti meeting room, restoran berkapasitas 150 orang, 20 unit vila, kolam renang, taman bermain anak, areal kemping, taman burung dan penangkaran rusa.
Kedua, pada bagian puncak bukit TOGA akan didirikan sejumlah fasilitas yang akan memanjakan kaum papan atas. Sebut saja, ruang pertemuan & restoran berkapasitas 500 orang, 20 unit vila mewah, lima kamar karaoke, kolam renang alami seluas 600 meter persegi, lima unit spa & sauna, golf driving range dan golf nine hole, lintasan ATV, lapangan terbuka dan fasilitas pendukung paralayang dan berkuda.

Sumber: www.sinarharapan.co.id